LAPORAN ANALISIS SINTESIS
TINDAKAN PEMBERIAN RELAKSASI NAPAS DALAM UNTUK NYERI Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas
Clicical Instructur : TR. Dian Y, S.Kep., Ners Clinical Teacher : Suryanti, S.Kep., Ns, MSc
Disusun Oleh : MEILIA BUDIYANTI
P27220024281
PROGRAM STUDI PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2024/2025
FORMAT LAPORAN ANALISI SINTESIS TINDAKAN
Analisa Sintesis Tindakan Teknik Meredakan Nyeri Dengan napas Dalam Pada Ny. A Di Ruang Bersalin (VK) RSUD dr. Adhyatma, MPH
Hari : Selasa
Tanggal : 03 September 2024
Jam : 11.30
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawahnya. Pasien mengatakan lemas. Pasien mengatakan mengalami flek . Pasien mengatakan kehamilannya sudah 11 minggu. G1P0A0 B. Diagnosa Medis
Kehamilah Ektopik Terganggu (KET) C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (KET) D.0077 D. Data yang mendukung diagnose keperawatan
DS:
- Pasien mengatakan nyeri dibagian perut bagian bawah - Pasien tampak gelisah dan tegang
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak meringis menahan sakit DO :
- TTV
TD : 164/106 mmHg N : 97x/mnt
RR : 20x/mnt SpO2 : 98 % S : 36,6˚C
- Skala nyeri 7
- Pasien tampak kesakitan E. Dasar Pemikiran Tindakan
Nyeri merupakan manifestasi dari sebuah proses patologis.Nyeri adalah sebuah tanda peringatan terhadap potensi masalah kesehatan. Namun, rasa sakit terkadang menetap sehingga menyebabkan perasaan tidak menyenangkan dan konsekuensi negatif bagi kehidupan. The European Federation of Internasional Association for Study of Pain pada deklarasi nyeri yang dipresentasikan pada The First Global Day Against Pain mengklaim bahwa “nyeri kronis dan berulang adalah masalah perawatan kesehatan yang spesifik, sebuah penyakit dalam bentuk tersendiri.” (Jamal et al., 2022).
F. Prinsip Tindakan Keperawatan SOP terlampir
G. Analisis Tindakan
Menurut Nurman dalam Violita dkk. (2024) Relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
H. Bahaya dilakukannya tindakan
Sejauh ini belum ada bahaya saat dilakukan Teknik napas dalam.
I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan 1. Monitor TTV
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi., frekuensi, kualitas, intensitas nveri 3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S :
- Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada perut bagian kiri - pasien mengatakan nyeri seperti ditekan
- pasien mengatakan nyeri hilang timbul 20 menit sekali
- Pasien mengatakan mau diberikan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri - Pasien mengatakan mau diberikan obat analgetik untuk meredakan nyeri O :
- TTV
TD : 130/ 89 mmHg N : 86x/mnt
RR : 20x/mnt SpO2 : 98 %
S : 36,6˚C
- Pasien tampak meringis menahan nyeri - skala nyeri 6
- Pasien tampak kooperatif melakukan teknik nafas dalam secara mandiri
- pasien tampak kooperatif diberikan obat analgetik untuk meredakan nyeri Nipedipin 10mg
A : Masalah belum teratasi
P :
- Identifikasi, karakteristik,durasi, kualitas, skala, dan intensitas nyeri - Fasilitas istirahat tidur
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
K. Evaluasi Diri
Tidak ada kesenjangan antara intervensi dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan intervensi dan SOP yang terlampir.
L. Daftar Pustaka
Fitrianingsih, Di., Winahyu, K. M., Wibisana, E., & Azizah, S. N. A. (2022). Editorial Team Jurnal JKFT. Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang, 7(2), 108–
112.
Simanjuntak, S. R., & Napitupulu, L. F. (2022). Upaya Mengatasi Masalah Nyeri pada Pasien Hipertensi dengan Melakukan Kompres Hangat. Care Journal, 2(1), 51–56.
https://doi.org/10.35584/carejournal.v2i1.130
Violita, R., Wulandari, R., Frana Jaya, I. K., Alkhusari, dan, Kader Bangsa Palembang, U.,
& Selatan, S. (2024). Lentera Perawat Terapi Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Hipertensi untuk Mengurangi Gejala Nyeri Kepala. 5(1).
Mengetahui,
Pembimbing Klinik/CI/CT Mahasisawa praktikan,
(……….………) (……….
………) ‘
SOP TEKNIK MANAJEMEN NYERI RELAKSASI NAFAS DALAM
Definisi Teknik relaksasi nafas dalam adalah bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan
Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebat nya stimulasi nyeri
Manfaat Manfaat terknik relaksasi nafas dalam adalah:
1. Perasaan yang tenang dan nyaman 2. Mengurangi rasa nyeri
3. Tidak mengalami stress
4. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yangbiasanya menyertai nyeri
5. Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri
6. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan perhatian
Indikasi 1. Pasien yang mengalami stres
2. Pasien yang mengalami nyeri yaitu nyeri akut pada tingkat ringan sampai tingkat sedang akibat penyakit yang kooperatif
3. Pasien yang mengalami kecemasan
4. Pasien mengalami gangguan pada kualitas tidur seperti insomnia Pelaksanaan Pra Interaksi:
1. Membaca status klien 2. Mencuci tangan Interaksi
Orientasi
1. Salam : Memberi salam sesuai waktu 2. Memperkenalkan diri.
3. Validasi kondisi klien saat ini.
4. Menanyakan kondisi klien dan kesiapan klien untuk melakukan
kegiatan sesuai kontrak sebelumnya 5. Menjaga privasi klien
6. Kontrak. Menyampaiakan tujuan dan menyepakati waktu dan tempat dilakukannya kegiatan
Fase Kerja
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang dipahami/ jelas
2. Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban fisik, baik duduk maupun berdiri.
3. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara
4. Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan hembuskan udara membiarkannya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat bersamaan minta klien untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan lega
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2 menit)
6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian menghembuskan dengan cara perlahan dan merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru dan seterusnya, rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang mengalir dan merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki kemudian rasakan kehangatanya
8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
9. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara mandiri
10. Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali dalam sehari dalam waktu 5-10 menit
Terminasi
1. Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk melakukan teknik ini 2. Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan umpan
balik dari terapi yang dilakukan.
3. Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik relaksasi banafas dalam 4. Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi
1. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
2. Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan tindakan Sumber: Potter & Perry (2010)
No Author/Tahun Negara Judul Sample Intervensi Hasil Penelitian 1 Michael J.
Joyner, MD, dan Sarah E.
Baker, PhD.
(2021)
Penelitian dilakukan di Mayo Clinic, Rochester, MN.
Take a Deep, Resisted, Breath
Populasi penelitian terdiri dari pasien dengan tekanan darah tinggi dan pasien postmenopausal yang defisit estrogen.
Pelatihan napas dalam dengan intensitas 75%
tekanan napas inspiratori maksimal, dilakukan 6 hari seminggu selama 6 minggu.
Komponen Intervensi:
Pelatihan napas dalam meliputi 30 usaha napas inspiratori per sesi, dengan 5 set 6 usaha napas inspiratori, diikuti dengan istirahat 1 menit antar set.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan napas dalam dapat menjadi intervensi fisik yang efektif dalam mengurangi tekanan darah, meningkatkan fungsi endotel, dan mengurangi stres oksidatif. Hasil ini memiliki implikasi signifikan dalam pengembangan program fisik untuk populasi dewasa tua dengan tekanan darah sistolik di atas normal.