PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat melakukan kerjasama antara pemilik modal dan penggarap lahan pertanian. Bagaimana sistem bagi hasil antara pemilik modal dan penggarap lahan pertanian di Kecamatan Kuncio Pao Kabupaten Gowa.
Tujuan Penelitian
Manfaat
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat setempat mengenai sistem bagi hasil antara pemilik modal dan pemilik lahan pertanian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
KAJIAN TEORITIS
- Petani
- Petani Pemilik
- Petani Penggarap
- Petani Penyewa
- Hak dan kewajiban Antara Petani dan Pemilik Lahan
- Jenis Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Instrumen Penelitian
- Teknik Analisis Data
Perjanjian bagi hasil ini dilakukan oleh petani dengan tujuan saling membantu antar petani, dan perjanjian yang berlaku pada umumnya dilakukan secara lisan dan atas dasar rasa saling percaya antar sesama anggota masyarakat. Penggarap artinya pekerja, pengelola atau orang yang melakukan pekerjaan dan sebagainya. 17 Petani penggarap adalah sekelompok petani yang mengolah tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. Sesuai aturan pemerintah, bagi hasil sebesar 50 persen bagi pemilik dan 50 persen bagi penggarap setelah dikurangi biaya produksi berupa fasilitas.
Lamanya jangka waktu sewa biasanya minimal satu tahun dan kemudian dapat diperpanjang kembali sesuai dengan kesepakatan antara pemilik tanah dan penyewa. Lamanya jangka waktu sewa biasanya minimal satu tahun dan kemudian dapat diperpanjang kembali sesuai dengan kesepakatan antara pemilik tanah dan penyewa. Sebagaimana disebutkan di atas, petani wajib mengembalikan tanahnya dalam keadaan baik.
Pemilik tanah dalam perjanjian bagi hasil berhak memperoleh sebagian hasil sawahnya pada saat panen sesuai dengan kesepakatan yang disepakati kedua belah pihak. Jika perjanjian bagi hasil dilanjutkan oleh pekebun karena salah satu pihak mengalami kerugian atau karena sebab lain. Perjanjian bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik dan pengolah, selain memuat hak dan kewajiban pemilik tanah, juga memuat hak dan kewajiban pengolah.
Adapun yang dilakukan oleh penggarap dalam perjanjian bagi hasil adalah ia mendapat bagian dari tanah yang digarapnya, bagian dari imbalan jasanya sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati bersama. Bagi hasil adalah pemberian hasil usaha kepada orang-orang yang mengelola atau mengolah tanah pertanian dari hasil produksinya, misalnya setengah atau lebih atau bahkan lebih rendah sesuai kesepakatan kedua belah pihak (pemilik tanah dan penggarap) 23 Dapat juga dikatakan bahwa , hak usaha Bagi hasil adalah 'orang perseorangan atau badan hukum (pemilik), dengan kesepakatan yang hasilnya akan dibagi dua menurut neraca. Perjanjian bagi hasil yang dilakukan antara petani pemilik modal dengan petani penggarap pada dasarnya bergantung pada kesepakatan bersama atau menurut adat istiadat setempat.
Dalam hal pembagian hasil panen antara pemilik modal dan penggarap biasanya dilakukan kesepakatan sebelum proses penanaman berlangsung dan harus dinyatakan dengan jelas oleh kedua belah pihak, agar dalam proses pembagian keuntungan tidak terjadi salah paham, apalagi jika ada kerugian atau gagal panen. Perjanjian bagi hasil yang dilakukan kedua belah pihak, selain untuk mencari keuntungan, juga untuk mempererat tali persaudaraan dan gotong royong di antara keduanya. Menurut Ensiklopedia Hindia Belanda, bagi hasil adalah transaksi tanah yang lazim terjadi di Indonesia di kalangan masyarakat adat, dimana pemilik atau penerima tanah menyerahkan gadai tanah tersebut.
Sebaliknya jika seluruh biaya ditanggung oleh pemilik tanah, maka pemilik tanah atau pemodal mendapat dua bagian dan penggarap satu, dalam hal ini petani hanya bertanggung jawab terhadap masalah irigasi atau air.30 Sistem bagi hasil ini memastikan tidak ada pihak yang terlibat. dieksploitasi (oleh pelaku kesalahan).31. Perjanjian bagi hasil yang dibuat oleh masyarakat pedesaan pada umumnya didasarkan pada kemauan bersama (pemilik tanah dan petani).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Demografis
Rekapitulasi jumlah penduduk di atas juga menunjukkan bahwa Desa Tamaona terdiri dari 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 3.503 jiwa, yang kepala rumah tangganya sebanyak 889 KK, terdiri dari laki-laki 1.744 orang dan perempuan 1.759 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki di Desa Tamaona. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan, begitu pula masyarakat Desa Tamaona yang berjumlah 3.503 jiwa, baik dari segi ekonomi maupun mata pencahariannya.
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi Sosial Budaya
Sore, 65 tahun sebagai pemilik modal dan pemilik tanah, sudah kurang lebih 5 tahun bekerja di pemilik koperasi. Tayang, 33 tahun sebagai pemilik lahan pertanian dan telah bekerja sama di bidang pertanian selama kurang lebih 3 tahun. Bau, 60 tahun, merupakan pemilik tanah dan pemilik modal dan telah bekerja sama dengan pemilik koperasi selama 6 tahun.
Pemilik tanah yang tidak dapat menggarap ladangnya adalah orang-orang yang mempunyai tanah tetapi kurang mempunyai keterampilan bertani. Oleh karena itu, kerjasama antara pemilik lahan dan petani penggarap tetap terjalin dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan sebelum lahan persawahan diberikan untuk digarap. Dari hasil penelitian di lapangan, salah satu faktor yang juga mempengaruhi masyarakat untuk melakukan kerja sama di bidang pertanian adalah karena pemilik tanah tinggal jauh dari tanahnya.
Untuk menghindari kerugian, kerja sama ini dimaksudkan untuk menjamin adanya gotong royong dan keuntungan antara pemilik tanah dan penggarap. Masyarakat yang tidak mempunyai modal dan tanah akan dikapitalisasi oleh pemilik tanah dengan kesepakatan bahwa setelah panen mereka akan membagi hasilnya berdasarkan kesepakatan yang dilakukan sebelum memulai usaha. Dalam bentuk kerjasama ini, pemilik tanah tidak diwajibkan ikut serta dalam pengelolaan atau penggarapan lahan pertanian, melainkan hanya melakukan pengawasan terhadap proses penggarapan lahan pertanian tersebut.
Zakat pertanian ini dikeluarkan oleh setiap orang, baik pemilik modal maupun pemilik tanah dan petani penggarap. Dalam hal ini pemilik modal dan penggarap saling membutuhkan, terbentuknya kerjasama ini biasanya terjadi karena ada pemilik tanah yang tidak bisa atau tidak mempunyai waktu untuk menggarap tanahnya, dan terkadang timbul kesepakatan karena ada penggarap, itu yang tidak. dia. tidak mempunyai modal atau lahan untuk bercocok tanam. Artinya pemilik lahan dan penggarap sama-sama bersedia bekerja sama tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, terdapat saling menguntungkan antara penggarap dan pemilik lahan. Tanpa disadari, kerjasama gotong royong hasil pertanian yang dilakukan masyarakat distrik Kuncio Pao telah membantu kedua belah pihak, dimana pemilik lahan membantu para penggarap yang tidak memiliki lahan untuk mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena jika hanya mengandalkan sawah maka mereka tidak mendapatkan penghasilan tambahan. tidak perlu. terlalu luas, maka kebutuhan tidak terpenuhi. Penggarap juga membantu pemilik tanah mengolah tanah yang tidak dapat mereka garap sendiri.
Terjadinya bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil di Kecamatan Kuncio Pao disebabkan karena adanya pemilik tanah yang tidak dapat mengolah tanahnya atau tidak mempunyai waktu untuk mengolahnya, dan sebagian dari petani bagi hasil juga ada. tidak mempunyai lahan pertanian untuk bercocok tanam sama sekali. Bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil yang terdapat di Kecamatan Kuncio Pao didasarkan pada adat istiadat setempat yaitu rasa saling percaya antar anggota masyarakat dan dilakukan secara lisan oleh para pihak.Untuk menghindari perselisihan antara pemilik lahan dan penggarap lahan pertanian di kemudian hari, penulis menyarankan sebelumnya bahwa perjanjian kerjasama mereka harus dituangkan dalam perjanjian tertulis.
Deskripsi Narasumber 27
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Melakukan Kerja Sama…
Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Modal dan Penggarap Lahan Pertanian
Tinjauan Hukum Sistem Bagi hasil di Tengah Masyarakat
PENUTUP