Analisis Spasial Tingkat Intrusi Air Laut Pada Sumur Bor Di Kota Kendari
Sulpiana1*, Iradat Salihin1, Fitra Saleh1, Nurgiantoro1 Alfirman1
1) Jurusan Geografi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari 93232, Indonesia
*Corresponding author: [email protected]
Article Info ABSTRAK
Secara sederhana air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting dan berharga untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: (1) mengetahui distribusi penggunaan sumur bor; (2) mengetahui tingkat intrusi air laut pada air tanah di Kota Kendari. Metode analisis yang digunakan adalah: (1) analisis spasial interpolasi untuk membuat peta sebaran sumur bor menggunakan aplikasi Arcgis 10.8; (2) penilaian kualitas air sumur bor dengan intrusi air laut berdasarkan nilai DHL. Hasil penelitian ini antara lain:
(1) Distribusi penggunaan sumur bor tersebar di seluruh wilayah Kota Kendari dengan sebaran terbanyak berada di Kecamatan Poasia dan Kecamatan Kambu; (2) Kondisi air tanah Kota Kendari telah terinstrusi sangat tinggi dengan luas wilayah 15.573.441,57ha atau 6 %, kondisi tersebut berada di Kecamatan Abeli, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Nambo dan Kecamatan Poasia.
Kondisi air tanah dengan tingkat intstrusi sedang sebesar 16% atau 42.465.795,75 Ha, daerah dengan air tanah
tidak terintrusi berada di Kecamatan Baruga.
Received 18 02, 2022
Revised 27 04, 2023 Accepted 30 04, 2023
Keywords:
Spatial Analysis Seawater Intrusion Deep well
ABSTRACT
In simple terms, water is one of the natural resources that is very important and valuable for the survival of humans and other living things. The aims of this study are to: (1) Determine the distribution of the use of boreholes; (2) Knowing the level of sea water intrusion on ground water in Kendari City.
The analytical methods used are: (1) Spatial interpolation analysis to create a map of the distribution of boreholes using the Arcgis 10.8 application; (2) Quality assessmentborehole water with seawater intrusion based on DHL values. The results of this study include: (1) The distribution of the use of drilled wells is spread throughout the Kendari City area with the highest distribution being in Poasia and Kambu Districts; (2) The groundwater condition of Kendari City has been very high intrusion with an area of 15,573,441.57 acre or 6%, these conditions are in Abeli District, Kendari District, West Kendari District, Mandonga District, Nambo District and Poasia District. The condition of
groundwater with moderate intrusion level is 16% or 42.465,795.75 acre, the area with unintruded groundwater is in Baruga District.
43 ISSN: 2549-9181 e-ISSN: 2684-6705
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi) Vol. 7 No. 1 (2023) (43-50)
Website: ojs.uho.ac.id/index.php/jagat/index Geography Department, Halu Oleo University
1. Pendahuluan
Air bersih merupakan jenis sumber daya air bermutu baik yang biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan sebagainya. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air. Kegunaan air yang bersifat umum atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan menjadi semakin berhargaa baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya (Setiawan, dkk. 2020).
Pemanfaatan air tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai keperluan di daerah lepasan air tanah (discharge area) memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat, sementara itu pemanfaatan lahan di daerah resapan air tanah (rechange area) juga mengalami perubahan seiring dengan kemajuan pembangunan. Beberapa akibat yang ditimbulkan adanya pemompaan yang berlebihan antara lain terjadinya penurunan muka air tanah, berkurangan cadangan air tanah, perubahan arah aliran air tanah, penurunan daya dukung tanah, kekeringan pada sumur-sumur penduduk sekitar pemompaan, instrusi air laut kea rah daratan dan lain lain (M. Amsah, 2020). Pemanfaatan air tanah dalam harus disesuaikan dengan daya dukungan akuifer setempat yang penggunaannya diatur di dalam Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah serta Peraturan Daerah (Heryani, 2014).
Penentuan potensi air tanah selalu mengacu pada kuantitas yang mengacu pada ketersediaan air tanah dan kualitas air tanah. Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan jumlah kebutuhan air. Kebutuhan air domestik adalah bentuk penggunaan air untuk kebutuhan perseorangan, apartemen, ataupun rumah untuk minum, mandi, memasak, menyiram tanaman dan sanitasi. Besarnya kebutuhan air antara satu wilayah dengan wilayah lain bervariasi menurut tempat, waktu dan kondisi sosial penduduk (Purnama dkk, 2007).
Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Perubahan penggunaan lahan dapat mempengaruhi sistem ekologi setempat diantaranya pencemaran air, polusi udara perubahan iklim lokal, berkurangnya keanekaragaman hayati (As-syakur dkk, 2010). Perubahan penggunaan lahan tidak mengubah suatu luas lahan, tetapi hanya perubahan dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan masyarakat. Banyaknya konversi lahan akan memperluas permukaan kedap air sehingga menyebabkan berkurangnya infiltrasi, menurunnya pasokan air tanah dan meningkatnya limpasan permukaan. Perubahan ini pada akhirnya akan mempengaruhi sistem neraca air, sehingga fungsi hidrogeologis akan bergeser seiring ruang dan waktu (Maria, 2014).
Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan tertentu dari sumber-sumber air. Adanya standar kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang tercantum di dalam standar kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standar kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur (Amelia, 2018).
Intrusi air laut merupakan permasalahan air tanah di daerah pantai, karena berakibat langsung pada mutu airtanah. Akibatnya terjadi pengaruh perubahan terhadap kualitas dan kuantitas air tanah itu sendiri. Air tanah yang semula layak digunakan untuk air minum mengalami penurunan mutu sehingga tidak layak digunakan untuk keperluan sehari-hari (Ardaneswari, dkk. 2016). Intrusi air laut menyebabkan air tanah menjadi terkontaminasi dari tawar, payau, hingga asin (Dogan dan Fares, 2008). Intrusi air laut dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian pada berbagai aspek kehidupan. Dampak dari terjadinya intrusi air laut antara lain (1) Penurunan muka air bawah tanah, (2) Keseimbangan hidrostatik akan terganggu, dan (3) Terjadi amblesan tanah karena pengambilan air tanah yang berlebihan. Sedangkan dapak terhadap penggunaan lahan diatasnya antara lain (1) Perumahan terdampak tidak akan memberikan fungsi yang optimal bagi penghuninya, (2) Tingkat kenyamanan pada hunian akan turun, dan (3) Kerugian bagi investor yang berinvestasi pada Kawasan terdampak (DKP Pemerintah Prov. Jawa Timur, 2012). Perlu diidentifikasi keberadaan air tanah agar tidak terjadi perluasan intrusi air laut. Penurunan kualitas air tanah dapat dilihat dari tingkat kegaraman air
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi), Vol 7, No. 1 (43-50)
44
tanah berdasarkan kadar ion klorida yang ditunjukkan dengan nilai Total Dissolved Solited (TDS) dan nilai Daya Hantar Listrik (DHL), Air Tanah (Effendi, 2003 dalam Abdurracham, ddk. 2019).
Keberadaan air bersih pada daerah perkotaan menjadi salah satu permasalahan baru yang muncul. Dimana masyarakat di daerah perkotaan kesulitan dalam mengakses air bersih. Hal ini terjadi akibat proses perpindahan penduduk yang sangat meningkat dari desa ke kota.
Peningkatan jumlah penduduk akan sebanding dengan penggunaan air bersih pada kawasan perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk pada daerah perkotaan juga akan menyebabkan pencemaran baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap air permukaan. Selain itu, akibat penggunaan air bersih yang berlebihan akan menyebabkan intrusi air laut pada daerah pesisir.
Air tanah yang digunakan oleh mayarakat pada dasarnya menggunakan air tanah dangkal yang diperoleh melalui pembuatan sumur gali/dangkal tetapi saat ini kondisi dilapangan banyak ditemukan masyarakat yang menggunakan sumur bor terutama pada wilayah-wilayah permukiman baru. Namun, ketika pengambilan air tanah melalui sumur bor/sumur dalam lebih besar dari pengisiannya akan menyebabkan lengkung-lengkung penurunan muka air tanah antara sumur satu dengan sumur lainnya.
Sitem informasi geografis mampu memberikan informasi keruangan dan kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan yang berkaitan dengan sumberdaya alam (Aini, 2007). Pemanfaatan potensi air tanah merupakan salah satu harapan, guna memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Kendari. Demikian maka air tanah merupakan salah satu sumberdaya air dan dapat berperan sebagai cadangan air permukaan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spasial.
Metode deskriptif kuantitatif dipilih dengan harapan mampu memberikan gambaran tentang keadaan yang ada di lapangan melalui pengamatan dan pengambilan data. Sementara pendekatan spasial merupakan suatu metode yang digunakan dengan menekankan analisisnya terhadap eksistensi ruang sebagai satu kesatuan wadah yang difungsikan untuk mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer (Yunus, 2008).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi jarak dari garis pantai dan data koordinat titik sampel serta sampel air sumur bor yang diperoleh melalui metode accidental sampling, dimana metode tersebut dilakukan karena belum diketahui secara pasti jumlah populasi penelitian, sehingga dipilih metode accidental sampling untuk kemudian sampel yang terpilih akan diuji untuk mengetahui parameter fisik dan kimia pada sumur bor. Parameter fisik yang diteliti yaitu rasa, bau dan warna, parameter kimia yaitu pH, kesadahan, suhu, daya hantar listrik dan total dissolved solid. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi studi literatur yang berkaitan dengan penelitian, peta administasi dan sebaran titik sumur bor di Kota Kendari. Kemudian terhadap data primer dan data sekunder yang diperoleh, dilakukan analisis data berupa analisis interpolasi untuk membuat peta pola sebaran sumur bor yang ada di Kota Kendari.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil
1. Kedalaman Muka Air Tanah
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data, sumur bor di Kota Kendari rata-rata terdapat pada kedalaman dangkal, yaitu 26 m – 45 m. Kedalaman dengan kategori dangkal tersebar pada Kecamatan Baruga, Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Nambo. Sumur bor dengan kategori dalam (>65 m) tersebar di Kecamatan Kambu dan Kecamatan Mandonga.
Sementara itu, sumur bor dengan kedalaman sedang (46 m – 65 m) digunakan di seluruh kecamatan Kota Kendari dan paling banyak tersebar Kecamatan Kambu, Kecamatan Poasia dan Kecamatan Puuwatu. Informasi mengenai sebaran spasial kedalaman muka air tanah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Sebaran Kedalaman Muka Air Tanah
Gambar 2. Peta Sebaran Data Nilai TDS 2. Total Dissolved Solited (TDS)
Nilai Total Dissolved Solid (TDS) menggambarkan kandugan garam-garam mineral secara tidak langsung.Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data, Nilai TDS sumur bor Kota Kendari terdapat dua kategori yaitu <1.000 ppm dan 1.000 ppm – 10.000 ppm .Dimana nilai TDS dengan kategori <1.000 tersebar diseluruh wilayah Kota Kendari. Jika ditinjau dari menujukkan bahwa sumur bor Kota Kendari belum terintrusi air laut karena belum ada kandungan garam yang terdapat dalam air sumur bor tersebut. Sementara itu, nilai TDS 1.000 ppm – 10.000 ppm hanya tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Nambo, Puuwatu, Kendari Barat dan Kecamatan Abeli. Informasi mengenai sebaran data spasial nilai TDS dapat dilihat pada Gambar 2.
3. pH
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data, pH sumur bor Kota Kendari terdiri asam, netral dan basah dengan netral nilai <5,9, 5,9 – 7,9 dan >7,9. pH asam dan netral sumur bor Kota Kendari menyebar di seluruh wilayah kecamatan Kota Kendari. Sementara itu, pH basah sumur Kota Kendari hanya menyebar di empat kecamatan yaitu, Kecamatan, Abeli, Kadia, Kambu dan Kecamatan Poasia. Informasi mengenai sebaran spasial nilai pH dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Sebaran Spasial Nilai pH 4. Daya Hantar Listrik
Nilai daya hantar listrik menggambarkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik.
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data, sumur bor Kota Kendari berkisar antara 0,3 hingga 3.3682 (µS/cm). Nilai DHL sumur bor Kota Kendari terendah (air tanah tawar) menyebar hampir diseluruh wilayah Kota Kendari. Nilai DHL sedang (air tanah payau) terdapat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Abeli, Kendari, Kendari Barat dan Kecamatan Nambo.Nilai DHL tertinggi (air tanah asin) juga terdapat di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Abeli, Kendari, Kendari Barat dan Kecamatan Nambo. Informasi mengenai sebaran data spasial nilai daya hantar listrik dapat dilihat pada Gambar 4.
3.2. Pembahasan Gambar 4. Peta Sebaran Data Nilai Daya Hantar Listrik
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis pada 419 penggunan sumur bor di Kendari, rata-rata kedalaman sumur bor yaitu 51meter dengan minimal kedalaman 26 meter dan maksimal kedalaman 82 meter. Berikut sebaran spasial titik penggunaan sumur bor di Kota Kendari dapat di lihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta Sebaran Titik Penggunaan Sumur Bor
Berdasarkan hasil analisis menggunakan beberapa parameter diatas diketahui bahwa sebanyak 6% kondisi air tanah di Kota Kendari telah terintrusi sangat tinggi yang tersebar di Kecamatan Abeli, Kendari, kendari Barat, Mandonga, Nambo dan Kecamatan Poasia dengan total luas wilayah 15.573.441,57 Ha. Kondisi wilayah tersebut berada pada nilai DHL pada air tanah payau hingga asin, nilai TDS berkisar antara 1.000-10.000 ppm, nilai kedalaman muka air tanah rendah hingga sedang, dan pH yang bersifat asam serta memiliki suhu tinggi, warna keruh dan rasa asin.Wilayah dengan tingkat intrusi sangat tinggi paling sedikit menyebar di Kecamatan
Poasia dengan luas 16.700,65 Ha, sedangkan untuk daerah yang memiliki tingkat intrusi sangat tinggi terbesar menyebar di Kecamatan Nambo dengan luas 4.731.849,21 Ha. Hal ini dikarenakan Kecamatan Nambo terletak di wilayah pesisir pantai, sehingga memungkinkan air laut merembes ke dalam sumur bor yang digunakan secara terus menerus.
Kondisi air tanah pada sumur bor Kota Kendari yang terintrusi sedang telah mencapai 16%
atau 42.465.795,75 Ha dari seluruh wilayah Kota Kendari. Wilayah Kota Kendari yang tidak terintrusi sedang adalah Kecamatan Baruga.Wilayah dengan tingkat intrusi sedang tertinggi menyebar di Kecamatan Puuwatu dengan luas 7.196.482,69 Ha, sedangkan wilayah dengan tingkat intrusi sedang paling sedikit menyebar di Kecamatan Wua-Wua dengan luas 36.690,70 Ha.
Wilayah dengan tingkat intrusi sedang memiliki nilai TDS <1.000 ppm, nilai kedalaman muka air tanah 26 m – 65 m, pH yang bersifat asam hingga netral, dan warna yang agak keruh.
Pada kondisi tidak terintrusi, hampir seluruh wilaya di Kota kendari memiliki air tanah pada sumur bor yang tidak terintrusi. Hal ini disebabkan jarak dari pantai yang lumayan jauh hingga air laut tidak dapat memasuki pori-pori tanah yang menyababkan terjadinya intrusi. Terlihat pada hasil analisis bahwa wilayah pada Kecamatan Baruga sama sekali tidak terjadi intrusi air laut.
Informasi spasial mengenai sebaran tingkat intrusi sumur bor dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta Sebaran Tingkat Intrusi Sumur Bor 4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kondisi air tanah Kota Kendari telah terinstrusi sangat tinggi dengan luas wilayah 15.573.441,57 Ha atau 6 %. Kondisi tersebut berada di enam kecamatan yaitu Kecamatan Abeli, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Nambo dan Kecamatan Poasia. Kondisi air tanah dengan tingkat intstrusi sedang sebesar 16% atau 42.465.795,75 Ha.
Wilayah Kota Kendari yang tidak terintrusi sedang adalah Kecamatan Baruga. Wilayah dengan tingkat intrusi sedang tertinggi menyebar di Kecamatan Puuwatu dengan luas 7.196.482,69 Ha, sedangkan wilayah dengan tingkat intrusi sedang paling sedikit menyebar di Kecamatan Wua-Wua dengan luas 36.690,70 Ha. Wilayah dengan tingkat intrusi sedang memiliki
nilai TDS <1.000 ppm, nilai kedalaman muka air tanah 26 m – 65 m, pH yang bersifat asam hingga netral, dan warna yang agak keruh.
Daftar Pustaka
Abburrachan., Rosmaiti., & Iswahyudi. (2019). Pemetaan Zonasi Intrusi Air Laut di Kota Langsa.
Jurnal Agrosamudra, 6(1), 1-2.
Aini, A. (2007). Sistem Informasi Geografis Pengertian dan Aplikasinya. STMIK AMIKOM. Ameilia, D. (2018). Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) untuk Keperluan Air Minum di
Desa Pematang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 (Undergraduate thesis). Universitas Lampung.
Amsah, M. (2020). Identifikasi Pengaruh Intrusi Air Laut Terhadap Kedalaman Pemboran Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik di Kota Makassar. Jurnal Akademika, 17(1), 15.
Ardaneswari, T. A., Yulianto, T., & Putranto, T. T. (2016). Analisis intrusi air laut menggunakan data resistivitas dan geokimia airtanah di dataran aluvial kota Semarang. Youngster Physics Journal, 5(4), 335-350.
As-Syakur, A. R., Suarna, I. W., Adnyana, I. S., Rusna, I. W., Laksmiwati, I. A., & Diara, I. W. (2010).
Studi perubahan penggunaan lahan di DAS Badung. Jurnal Bumi Lestari, 10(2), 200-207.
Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (2012). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Surabaya.
Heryani, N., Budi K., & Hendri S. (2014). Pemetaan Potensi Air Tanah untuk Mendukung Pengembangan Pertanian Lahan Kering. Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.
Maria, R. (2014). Potensi Pengaruh Perubahan Lahan Terhadap Kondisi Hidrogeologi di Sub DAS Cikapundung. Institut Teknologi Bandung.
Purnama, S., Suyono, & Sulaswono, B. (2007). Sistem Akuifer dan Potensi Airtanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak. Forum Geografi, 21(2).
Setiawan, A., Eko, P., & Among, P. (2020). Analisis Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Purwodadi, Purworejo. Jurnal Ilmu Teknik Sipil, 4(2), 31.
Yunus, H. S. (2008). Metodologi penelitian wilayah kontemporer. Pustaka Pelajar.