• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Intrusi Air Laut Dan Zona Klorida Pada Sumur Bor Dalam Dan Dangkal Di Kawasan Kota Medan Dan Sekitarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Intrusi Air Laut Dan Zona Klorida Pada Sumur Bor Dalam Dan Dangkal Di Kawasan Kota Medan Dan Sekitarnya"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DAN ZONA KLORIDA PADA

SUMUR BOR DALAM DAN DANGKAL DI KAWASAN

KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA

T E S I S

Oleh

ZALDY SASTRA

067004019/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S E

K O L A

H

P A

S C

A S A R JA

(2)

ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DAN ZONA KLORIDA PADA

SUMUR BOR DALAM DAN DANGKAL DI KAWASAN

KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ZALDY SASTRA

067004019/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DAN ZONA KLORIDA PADA SUMUR BOR DALAM DAN DANGKAL DI KAWASAN KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA

Nama Mahasiswa : Zaldy Sastra

Nomor Pokok : 067004019

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S) Ketua

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., PhD) (Ir. Mukhlis, M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 23 April 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S

Anggota : 1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., PhD

2. Ir. Mukhlis, M.Si

3. Drs. Chairuddin, M.Sc

(5)

ABSTRAK

Intrusi Air Laut merupakan peristiwa masuknya air asin ke dalam aquifer dalam air tanah, peristiwa ini bisa terjadi oleh beberapa hal, antara lain penggunaan air tanah yang berlebihan, perubahan fungsi lahan dan penebangan hutan bakau. Salah satu dampak negatif dari terjadinya intrusi air laut adalah menimbulkan perubahan kualitas air tanah, sehingga air tanah tidak dapat digunakan sebagai air baku.

Metode untuk memprediksikan terjadinya Intrusi Air laut ini dilakukan dengan mengambil sampel air sumur dengan menguji parameter klorida, CO3, HCO3= serta Daya Hantar Listrik (DHL), selanjutnya penelitian intrusi air laut ini juga mengukur pengaruh kadar klorida terhadap beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi konsentrasi ion klorida dalam air tanah, adapun faktor-faktor tersebut antara lain letak sumur dari garis pantai, jumlah pemakaian air, permeabilitas serta kedalaman sumur.

Dari hasil pengujian sampel air tanah pada sumur bor dalam di daerah sekitar Belawan didapat kadar klorida dengan nilai masih di bawah 500 mg/L serta nilai Harga Perbandingan Klorida dan Bicarbonat di bawah nilai 1,0, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi air tanah sumur bor dalam belum mengalami intrusi air laut, sedangkan dari hasil pengujian sumur gali beberapa tempat disimpulkan bahwa pada umumnya di daerah Belawan telah mengalami intrusi air laut dengan kategori tinggi, untuk daerah Kecamatan Labuhan sekitarnya dikategorikan daerah terintrusi air laut dengan kategori Menengah, sementara pada daerah sebagian Kecamatan Marelan telah terintrusi air laut dengan kategori rendah dan sebagian daerah belum terintrusi air laut.

Kemudian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Intrusi Air Laut yang terjadi pada air sumur dangkal di Kota Medan diperkirakan sudah mencapai ±

13 km dari garis tepi pantai, dan peristiwa intrusi air laut ini terjadi pada daerah Marelan dengan kandungan klorida sebesar 700,10 mg/L dan Harga Perbandingan Chlorida Bicarbonate Ratio sebesar 2,25.

(6)

ABSTRACT

Salt Water Intrusion is event that representated by infiltrate sea water into an aquifer in ground water. This event can happened by several things, for example: usage the water too much, changes of farm function and deforestation of mangrove. One of the negative impact from the happening of salt water intrusion is generate change of ground water quality, so that ground water can`t be used as standard water.

The analysis methode to predicted a salt water intrusion are by taking sample irrigate well testing with a parameter of chloride, CO3¯, HCO3=, and also Electric

Conductivity. And than salt water intrusion research is also measure influence of chloride rate to some estimated factor can influence chloride ion concentration in ground water, that factor such as the well situation from coastline, amount of usage of water, permeability and deepness of well.

From the result of examination about drill well at Belawan Region, that concentrate of chloride are still on under 500 mg/L and also Bicarbonate Ratio are under 1,0, hence can conclude that the water from drill well on Belawan Region doesn`t have entering a salt water. But from the result of examination the water from deep well on several Belawan Region, the water are high contain of chloride, so its a high intrusion categorie, on Labuhan region a deep well are contain a medium chloride so its a medium intrusion categorie, on several Marelan Region are contaminated chloride with a small categorie so its conclude that the region is enter small intrusion categorie, but the other Marelan Region is yet contaminate by salt water intrusion.

Later from the result of research can be concluded that a salt water intrusion are happened at well water on Medan City and estimated have reached ± 13 km from a coastal margin and event salt water intrusion are happened at Marelan region with the chloride content equal 700.10 mg/L and Chloride Bicarbonate Ratio is equal to 2,25.

(7)

KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karena dengan

izinnya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Intrusi Air

Laut dan Zona Klorida pada Sumur Bor dalam dan Dangkal di Kawasan Kota Medan

dan Sekitarnya”.

Penelitian intrusi air laut ini memang sudah banyak dilakukan oleh peneliti

terdahulu, namun penelitian ini dianggap sangat perlu dilakukan kembali mengingat

peristiwa intrusi air laut diprediksikan bahwa posisi garis intrusi air laut tidak tetap,

seperti di Kota Jakarta yang menunjukkan majunya garis intrusi air laut setiap

tahunnya. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Utara Kota Medan dikarenakan

secara geologis daerah tersebut diperkirakan telah terjadinya intrusi air laut, untuk

menganalisa terjadinya intrusi air laut tersebut maka penulis mengambil contoh

sampel yang diamati berupa air yang diperoleh dari beberapa sumur bor dalam dan

sumur gali, selain hal tersebut ada beberapa faktor yang juga diamati sebagai bahan

pertimbangan yang dapat mendukung antara lain jarak sumur terhadap posisi garis

pantai, permeabilitas tanah, jumlah pemakaian air serta kedalaman sumur.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam

pengelolaan air tanah selanjutnya dan kemudian tak lupa Penulis pun menyadari

bahwa penelitian ini belum cukup sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran

(8)

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

membantu dalam penyusunan tesis ini dan mudah-mudahan tesis dapat bermanfaat

bagi pihak yang membutuhkan informasi tentang intrusi air laut.

W A S S A L A M

MEDAN, AGUSTUS 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya panjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karena dengan

izinnya Penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Intrusi Air Laut

dan Zona Klorida di Kawasan Kota Medan dan Sekitarnya”, dan tak lupa penulis

banyak mengucapkan ucapan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Medan yaitu Ibu Ir. Purnama Dewi,

MM yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan

Sekolah Pascasarjana serta memberikan data-data sekunder dalam penyusunan

tesis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS sebagai Pembimbing Utama, Bapak Prof. Ir.

Zulkifli Nasution, MSc, PhD dan Bapak Ir. Mukhlis, MS sebagai Pembimbing

Pendamping atas segala arahan, bimbingan serta waktu luangnya untuk

membantu menyelesaikan tesis.

3. Dekan Institut Teknologi Medan (ITM) yaitu Bapak Ir. Syafriadi, MT yang

telah meluangkan waktu untuk berkonsultasi dalam penyusunan tesis dan

memberikan data-data sekunder serta bantuan alat-alat yang dibutuhkan dalam

penyusunan tesis.

4. Kasubdis ESDM Kota Medan Bapak Ir. M. Syahdar DH dan Kasi

Pemanfaatan ESDM Ibu Retta Rianda Sihite, STP yang banyak membantu

(10)

5. Bapak Gozali Lubis, S.Sos, Rasmita Br. Ginting, SP, Hotland ML Tobing, SP,

MM, Evi staf LabKes PROPSU, Erwin Hadi, ST, Kondar Rambe, ST, Dimas,

Amd, Bapak Majid, Boy Zaki, ST dan Pak Lili yang telah banyak membantu

dalam upaya pengambilan sampel di lapangan.

6. Bapak Camat Medan Belawan, Bapak Camat Medan Marelan, Bapak Camat

Medan Labuhan dan Bapak Camat Medan Deli beserta seluruh jajaran dan

stafnya, yang telah memberikan arahan serta bantuan dalam upaya

pengambilan sampel di lapangan.

7. Ir. Lies Setyowati, MT, Rofie Dharmayanti, S.Si dan Sahlawati Siregar serta

Seluruh staf Badan Lingkungan Hidup Kota Medan yang turut berpartisipasi

dalam penyusunan tesis dan menuangkan saran serta masukan dalam

penyusunan tesis.

8. Seluruh Rekan-rekan PSL USU 2006 serta seluruh pihak yang tak dapat

disebutkan satu persatu dalam memberikan bantuan penyusunan tesis.

9. Keluarga tercinta papa dan mama, Endah dan Nanot, Evi yang turut

membantu dalam bentuk bantuan moral dan morilnya sekaligus berkat doa

dan ridhonya tesis ini dapat diselesaikan.

10. Istriku dr. Erniawati Lestari dan anakku Zaidan Obsidian Rahman yang selalu

memberikan motivasi, dukungan moral dan moril serta doa untuk

(11)

RIWAYAT HIDUP

ZALDY SASTRA lahir di Medan pada tanggal 11 Mei 1980 yang merupakan

seorang anak laki-laki dari pasangan H. Solehuddin dan Hj. Zulaifah Syamlan, dan

memiliki 2 (dua) saudara kandung yaitu Endah Puspa Maylinda dan Evi Latifah.

Zaldy Sastra saat ini telah memiliki seorang istri bernama dr. Erniawati Lestari dan

seorang anak bernama Zaidan Obsidian Rachman.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada Sekolah Dasar KCK di Bandung

yang diselesaikan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan pada SMPN

14 Bandung yang diselesaikan pada tahun 1995, pendidikan SMU dilaksanakan pada

SMUN 12 Bandung yang diselesaikan pada tahun 1998, selanjutnya pada tahun 2004

Zaldy Sastra mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi di Universitas Padjadjaran

Bandung.

Saat ini penulis merupakan Pegawai Negeri Sipil yang bekerja sebagai salah

satu staf pada Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dan penulis merupakan salah

satu Anggota Tim Teknis Penilai AMDAL Kota Medan, sehingga untuk mengenal

informasi masalah lingkungan lebih lanjut maka penulis mengikuti studi Sekolah

Pascasarjana Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Geologi Umum... 8

(13)

2.1.2. Stratigrafi... 9

2.2. Keterdapatan Air Tanah ... 10

2.3. Kualitas Air Tanah ... 19

2.3.1. Klorida... 20

2.3.2. Daya Hantar Listrik... 23

2.4. Pendekatan Statistik Melalui Uji Regresi Berganda dan t Melalui Program SPSS... 24

III METODE PENELITIAN... 26

3.1. Tempat dan Waktu ... 26

3.2. Bahan-bahan dan Alat-alat... 27

3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Sampel ... 27

3.4. Variabel yang Diamati ... 28

3.4.1. Klorida... 28

3.4.2. Daya Hantar Listrik... 29

3.4.3. Jumlah Pemakaian Air ... 29

3.4.4. Permeabilitas Tanah ... 30

3.4.5. Kedalaman Sumur... 30

3.4.6. Jarak Sumur dari Garis Pantai... 30

3.5. Teknik Analisis Data... 30

3.5.1. Uji Pengaruh Secara Simultan ... 31

(14)

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Sumur Bor Dalam ... 34

4.1.1. Analisis Regresi Berganda Sumur Air Tanah Dalam .. 37

4.2. Sumur Gali ... 43

4.2.1. Analisis Regresi Berganda pada Sumur Gali ... 50

V KESIMPULAN DAN SARAN... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran-saran ... 58

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kolom Stratigrafi Daerah Medan dan Sekitarnya ... 9

2. Permeabilitas pada Beberapa Tipe Batuan ... 11

3. Klasifikasi Air Berdasarkan Konsentrasi Klorida ... 21

4. Klasifikasi Air Berdasarkan Khlorida Bicarbonat Ratio ... 23

5. Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik ... 23

6. Klasifikasi Air Sumur Bor dalam Berdasarkan Harga Perbandingan 34 7. Klasifikasi Air Berdasarkan Kadar Klorida ... 35

8. Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik ... 36

9. Pengukuran Kedalaman Sumur, Jumlah Pemakaian, Permeabilitas Tanah dan Jarak terhadap Garis Pantai pada Sumur Bor Dalam ... 37

10. Ujit t pada Sumur Bor Dalam ... 39

11. Klasifikasi Air Sumur Gali Berdasarkan Harga Perbandingan ... 44

12. Pengukuran Kedalaman Sumur, Jumlah Pemakaian Air, Permeabilitas Tanah dan Jarak terhadap Garis Pantai pada Sumur Gali... 45

13. Klasifikasi Air Sumur Gali Berdasarkan Kadar Klorida ... 47

14. Klasifikasi Air Sumur Gali Berdasarkan Daya Hantar Listrik ... 48

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Siklus Hidrologi ... 11

2. Penampang Sayatan Akuifer ... 14

3. Hukum Herzberg pada Air Tanah Tawar dan Asin Dekat

Garis Pantai ... 18

4. Penerobosan Air Asin pada Air Terkekang ... 19

5. Peta Lokasi Penelitian di Kota Medan ... 26

6. Grafik Prediksi Konsentrasi klorida terhadap Jumlah

Pemakaian Air Sumur Dalam... 40

7. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Permeabilitas Tanah 41

8. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Kedalaman Sumur ... 42

9. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Jarak Sumur dari

Garis Pantai ... 42

10. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Jarak Sumur

dari Garis Pantai ... 52

11. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Kedalaman Sumur ... 53

12. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Permeabilitas ... ... 54

13. Grafik Prediksi Konsentrasi Klorida terhadap Jumlah Pemakaian

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Peta Sampling Sumur Bor Dalam ... 62

2. Peta Sampling Sumur Gali ... 63

3. Peta Intrusi Air Laut... 64

4. Tabel Analisis Kimia Air Sumur Bor Dalam... 65

5. Tabel Analisis Kimia Air Sumur Gali... 66

6. Analisa Regresi Berganda untuk Sumur Bor Dalam... 67

7. Uji T Variabel Dependen terhadap Variabel Independen pada Sumur Bor Dalam ... 68

8. Analisa Regresi Berganda untuk Sumur Gali ... 70

9. Uji T Variabel Dependen terhadap Variabel Independen pada Sumur Bor Dalam ... 71

10. SNI 03-2916-1992, Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih... ... 73

(18)

ABSTRAK

Intrusi Air Laut merupakan peristiwa masuknya air asin ke dalam aquifer dalam air tanah, peristiwa ini bisa terjadi oleh beberapa hal, antara lain penggunaan air tanah yang berlebihan, perubahan fungsi lahan dan penebangan hutan bakau. Salah satu dampak negatif dari terjadinya intrusi air laut adalah menimbulkan perubahan kualitas air tanah, sehingga air tanah tidak dapat digunakan sebagai air baku.

Metode untuk memprediksikan terjadinya Intrusi Air laut ini dilakukan dengan mengambil sampel air sumur dengan menguji parameter klorida, CO3, HCO3= serta Daya Hantar Listrik (DHL), selanjutnya penelitian intrusi air laut ini juga mengukur pengaruh kadar klorida terhadap beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi konsentrasi ion klorida dalam air tanah, adapun faktor-faktor tersebut antara lain letak sumur dari garis pantai, jumlah pemakaian air, permeabilitas serta kedalaman sumur.

Dari hasil pengujian sampel air tanah pada sumur bor dalam di daerah sekitar Belawan didapat kadar klorida dengan nilai masih di bawah 500 mg/L serta nilai Harga Perbandingan Klorida dan Bicarbonat di bawah nilai 1,0, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi air tanah sumur bor dalam belum mengalami intrusi air laut, sedangkan dari hasil pengujian sumur gali beberapa tempat disimpulkan bahwa pada umumnya di daerah Belawan telah mengalami intrusi air laut dengan kategori tinggi, untuk daerah Kecamatan Labuhan sekitarnya dikategorikan daerah terintrusi air laut dengan kategori Menengah, sementara pada daerah sebagian Kecamatan Marelan telah terintrusi air laut dengan kategori rendah dan sebagian daerah belum terintrusi air laut.

Kemudian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Intrusi Air Laut yang terjadi pada air sumur dangkal di Kota Medan diperkirakan sudah mencapai ±

13 km dari garis tepi pantai, dan peristiwa intrusi air laut ini terjadi pada daerah Marelan dengan kandungan klorida sebesar 700,10 mg/L dan Harga Perbandingan Chlorida Bicarbonate Ratio sebesar 2,25.

(19)

ABSTRACT

Salt Water Intrusion is event that representated by infiltrate sea water into an aquifer in ground water. This event can happened by several things, for example: usage the water too much, changes of farm function and deforestation of mangrove. One of the negative impact from the happening of salt water intrusion is generate change of ground water quality, so that ground water can`t be used as standard water.

The analysis methode to predicted a salt water intrusion are by taking sample irrigate well testing with a parameter of chloride, CO3¯, HCO3=, and also Electric

Conductivity. And than salt water intrusion research is also measure influence of chloride rate to some estimated factor can influence chloride ion concentration in ground water, that factor such as the well situation from coastline, amount of usage of water, permeability and deepness of well.

From the result of examination about drill well at Belawan Region, that concentrate of chloride are still on under 500 mg/L and also Bicarbonate Ratio are under 1,0, hence can conclude that the water from drill well on Belawan Region doesn`t have entering a salt water. But from the result of examination the water from deep well on several Belawan Region, the water are high contain of chloride, so its a high intrusion categorie, on Labuhan region a deep well are contain a medium chloride so its a medium intrusion categorie, on several Marelan Region are contaminated chloride with a small categorie so its conclude that the region is enter small intrusion categorie, but the other Marelan Region is yet contaminate by salt water intrusion.

Later from the result of research can be concluded that a salt water intrusion are happened at well water on Medan City and estimated have reached ± 13 km from a coastal margin and event salt water intrusion are happened at Marelan region with the chloride content equal 700.10 mg/L and Chloride Bicarbonate Ratio is equal to 2,25.

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia, dan

saat ini perkembangan dan pembangunan di segala bidang semakin pesat, antara lain

ditandai dengan perkembangan di bidang pendidikan, ilmu, teknologi, kebudayaan,

serta pemerintahan, yang pada khususnya terlahir oleh Otonomi Daerah. Selanjutnya

pembangunan di sektor fisik baik barang atau jasa yang diikuti oleh kegiatan

Perdagangan serta Industri, dan Kota Medan merupakan salah satu kota yang

diprediksikan menjadi Kota Perdagangan (BAPPENAS, 2008).

Seiring dengan hal tersebut di atas maka beragam kegiatan serta aktivitas yang

ada di Kota Medan membutuhkan ketersediaan air bersih dalam menunjang

keberlanjutan program pembangunan yang dijalankan. Penyediaan air bersih di Kota

Medan saat ini diselenggarakan oleh pihak PDAM Tirtanadi, sebagai lembaga resmi

dalam penyelenggaraannya, namun disisi lain penyediaan air bersih dapat diperoleh

juga dengan memanfaatkan air bawah tanah. Pemanfaatan air bawah tanah di Kota

Medan dikendalikan oleh Pemerintah Kota Medan melalui Bagian Perekonomian

Setdako Medan, hingga saat ini perusahaan yang memakai air bawah tanah telah

terinventarisasi sebanyak 271 buah sumur bor, sedangkan yang tidak terdaftar

jumlahnya diperkirakan jauh lebih besar (DKLH - ESDM, 2007).

Peningkatan pemanfaatan air bawah tanah yang tidak memperhitungkan daya

(21)

(Hendrayana, 2002). Pandangan orang awam tentang air bawah tanah merupakan

barang bebas (Free Goods) yang dapat dipergunakan secara bebas tanpa memikirkan

upaya pemulihan serta kebutuhan di masa akan datang harus segera dirubah, karena

pada dasarnya air tanah merupakan Komoditi Ekonomi yang sangat vital bahkan

strategis dalam menunjang pembangunan.

Penggunaan air sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dan kegiatannya

dapat dilihat di daerah-daerah pemukiman serta daerah industri. Penggunaan air tanah

yang terus meningkat secara bebas di kemudian hari diprediksi akan memunculkan

dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas air bawah tanah tersebut serta

terhadap lingkungan fisik di sekitarnya.

Dampak negatif terhadap penggunaan air bawah tanah secara berlebihan

menurut Bagian Lingkungan Hidup Pemko Medan (1999) antara lain:

a. Terjadinya degradasi air tanah baik kualitas maupun kuantitasnya.

b. Menurunnya muka air tanah.

c. Meningkatkan salinitas air bawah tanah, karena terjadinya peristiwa intrusi air

laut.

d. Dampak negatif terhadap lingkungan fisik ditandai dengan gejala amblesan

tanah (Land Subsidence) di sekitar lokasi pengambilan air tanah yang sangat

intensif.

Daerah Utara Kota Medan tepatnya pada daerah Belawan sebagian daerah

terdiri dari daerah pantai, kemungkinan terjadinya intrusi air laut sangat besar apabila

(22)

efektif dan efisien. Menurut Hendrayana (2002) Intrusi air laut pada akuifer pantai

mengakibatkan perubahan komposisi kimiawi air bawah tanah, perubahan ini dapat

terjadi dengan cara:

1. Reaksi antara air laut dengan mineral-mineral yang terdapat dalam akuifer.

2. Reaksi sulfat dan penambahan karbon atau asam lemah yang lain.

3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.

Menurut Hendrayana (2002), bahwa ion Cl- dan Na+ lebih dominan pada air

laut, sedangkan pada air bawah tanah tawar ion yang dominan adalah CO3= dan

HCO3¯. Komposisi kimiawi air bawah tanah akan bertambah dengan kandungan ion

klorida, kemudian dari sebaran jumlah kandungan klorida yang memiliki nilai

tertentu akan dapat diketahui zona klorida. Demikian juga bahwa intrusi air laut akan

meningkatkan salinitas air bawah tanah dan Daya Hantar Listrik, atau dalam

perkataan lain bahwa ion klorida, dan Daya Hantar Listrik dapat menunjukkan

adanya intrusi air laut.

Dari hasil penelitian Girsang dan Siddik tahun 1992, diperkirakan kualitas air

bawah tanah sebagian daerah Kota Medan telah terintrusi air laut, berdasarkan kadar

klorida yang terdapat dalam air bawah tanah dengan kadar lebih besar dari 600 mg /L,

maka diperkirakan telah terjadi intrusi air laut di sepanjang pantai 4.5 – 8 km

di bagian Utara Medan, kemudian melebar 6.5 – 12 km di bagian Barat dan ke arah

Timur sampai Percut Sei Tuan berjarak 0.5 – 2 km, begitu juga menurut Delima

(23)

pada akuifer dalam, dan kadar klorida yang terendah terdapat pada daerah Medan

Deli sebesar 10 mg/L.

Adapun peningkatan kecepatan terjadinya peristiwa intrusi air laut dan

perluasan zona klorida di Utara Kota Medan menurut Dinas KLH – ESDM Kota

Medan (2003) disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah:

a. Pemanfaatan dan penggunaan air bawah tanah yang berlebihan tanpa

memperhatikan faktor lingkungan yang terjadi di Kecamatan Medan Belawan,

Medan Labuhan dan Medan Marelan. Pemompaan sejumlah air bawah tanah

yang lebih besar akan mengakibatkan terjadinya kekosongan pori pada akuifer

yang semakin besar sehingga tekanan pada akuifer semakin berkurang, dengan

kondisi demikian maka akan memungkinkan air laut menerobos akuifer.

b. Terjadinya perubahan fungsi lahan mangrove di Kecamatan Medan Belawan,

Medan Labuhan dan Medan Marelan yang kemudian berubah fungsi menjadi

lahan tambak, pemukiman tanpa izin dan kegiatan industri.

c. Penebangan hutan bakau yang berfungsi sebagai penahan air laut dan mencegah

terjadinya abrasi saat ini semakin sering dilakukan karena dapat digunakan

sebagai bahan baku kayu arang namun tanpa diikuti dengan penanaman pohon

bakau kembali.

Selanjutnya dengan mengetahui telah terjadinya intrusi air laut di utara kota

Medan maka diperkirakan akan memunculkan dampak negatif yang dapat

(24)

a. Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat air pasang naik, sehingga

akan menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang lebih rendah.

b. Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung tinggi,

sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan yang lain.

c. Intrusi air laut ini akan menimbulkan permasalahan pada pemanfaatan air bawah

tanah di daerah pantai, karena akan berakibat langsung pada mutu air bawah

tanah. Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum,

maka akhirnya air bawah tanah tidak layak lagi digunakan untuk air minum.

1.2. Perumusan Masalah

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Seberapa jauh intrusi air laut yang terjadi di Kota Medan dan sekitarnya.

2. Adakah pengaruh jarak, permeabilitas tanah, jumlah pemakaian air dan

kedalaman sumur terhadap konsentrasi intrusi air laut.

3. Berapa besar kadar klorida, luas zona klorida, yang terdapat pada air bawah

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perkembangan intrusi air laut di Kota Medan.

2. Mengetahui pengaruh jarak, permeabilitas tanah, jumlah pemakaian air dan

kedalaman sumur terhadap intrusi air laut.

3. Mengetahui besar kadar klorida dan zona klorida dalam air bawah tanah karena

intrusi air laut.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dalam penulisan penelitian ini maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Intrusi air laut di Kota Medan telah terjadi di daerah Utara Kota Medan.

2. Jarak, permeabilitas tanah, jumlah pemakaian air bawah tanah dan kedalaman

sumur akan memberikan pengaruh terhadap konsentrasi intrusi air laut.

3. Kadar klorida dan Chlorida Bicarbonate Ratio akan mempengaruhi kualitas air

bawah tanah.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai:

1. Informasi bagi Pemerintah Daerah dalam pembuatan kebijakan menyangkut

(26)

2. Mengurangi dampak negatif dari pengadaan, penggunaan serta pemanfaatan air

bawah tanah, sehingga air bawah tanah dapat digunakan secara efektif dan

efisien sesuai dengan fungsi kelestarian lingkungan hidup baik generasi saat ini

maupun akan datang.

3. Upaya mengelola kawasan secara preventif maupun represif akibat terjadinya

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Umum

2.1.1. Geomorfologi

Geologi daerah Kota Medan merupakan termasuk ke dalam Zona Dataran

Rendah, dengan susunan batuan lempung, kerikil serta pasir selanjutnya bentang alam

daerah penelitian termasuk dataran rendah bagian Timur yang sedikit bergelombang

dengan ketinggian 0 – 100 meter di atas permukaan laut, yang tersusun oleh produk

gunung api muda yaitu Tufa Toba (Girsang dan Siddik, 1992).

Sungai yang berada di kota Medan seperti sungai Belawan, sungai Deli,

Sungai Patahan, sungai Percut yang kemudian akan bermuara ke Selat Malaka. Pola

aliran yang berkembang di daerah Medan dan sekitarnya terutama di bagian selatan

merupakan pola aliran paralel yang dikontrol oleh struktur kekar dan rekahan dengan

elevasi antara 35 – 350 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan lebih besar

5% (Girsang dan Siddik, 1992).

Sungai Belawan, memiliki beberapa anak sungai yaitu paluh Pertamina dan

paluh Pegatalan, paluh ini pada saat air pasang naik akan terasa payau, dan

diperkirakan mempengaruhi sungai Belawan sejauh 4 km ke arah hulu

(28)

2.1.2. Stratigrafi

Secara geologi Kota Medan dibentuk oleh batuan sedimen Tersier, yang

masing-masing satuan tersusun oleh formasi Seurula, kemudian formasi Seurula

diendapkan secara selaras oleh formasi Julok Reyeu yaitu berupa batupasir selang

seling batu lempung, kemudian formasi Julok Reyeu ditutupi oleh formasi Tufa Toba

dengan diselingi oleh batuan vulkanik, secara tidak selaras, kemudian pada jaman

Kwarter, formasi Medan berupa bongkah, kerikil pasir, lanau dan lempung menutupi

formasi Tufa Toba secara tidak selaras, kemudian pengendapan formasi aluvium

menutupi formasi Medan secara tidak selaras (Tabel 1).

Tabel 1. Kolom Stratigrafi Daerah Medan dan Sekitarnya

Formasi / Satuan

Simbol

Geologi Litologi

Umur Geologi Aluvium Medan Tufa Toba Julok Rayeu Seurula

Kerikil, pasir, lempung

Bongkah-bongkah, kerikil, pasir, lanau, lempung

Tufa Riodasit sebagian terelaskan

Batu pasir selang-seling batu lempung

Batu lempung berglaukonit, batu pasir, batu lanau, dan Konglomerat.

K W A R T E R T E R S I E R

Sumber: Girsang dan Siddik, 1992.

V V V V V V

(29)

Menurut Girsang dan Siddik tahun 1992, diperkirakan lapisan batuan yang

telah terintrusi air laut pada Kota Medan diperkirakan terjadi pada endapan aluvium,

di mana ketebalan aquifer yang dimiliki oleh alluvium berkisar 20 – 30 meter,

sehingga diperkirakan sumur yang telah terintrusi merupakan sumur dangkal.

2.2. Keterdapatan Air Tanah

Air bawah tanah adalah air yang terdapat di pori-pori tanah atau batuan, Air

tanah berasal dari proses peresapan (recharge) dan dapat keluar ke permukaan

(discharge) dengan beberapa cara seperti melalui mata air atau pemompaan.

Pola aliran air tanah regional dipengaruhi oleh keadaan topografi dan geologi,

kondisi geologi antara lain stratigrafi, misalnya perbedaan lapisan lensa bawah

permukaan, struktur geologi misalnya rekahan dan perlipatan. Semua kondisi ini

menyebabkan perbedaan nilai permeabilitas yang menentukan pola aliran air tanah.

Menurut Todd (1993), permeabilitas merupakan suatu ukuran kemudahan aliran

melalui suatu media porous. Perkiraan permeabilitas berbagai tipe batuan dapat

(30)
[image:30.612.162.476.135.269.2]

Tabel 2. Permeabilitas pada Beberapa Tipe Batuan

Tipe Batuan Permeabilitas (m/hari)

Kelas (USDA, 1951)

Lempung 0.0004 Sangat Lambat

Pasir 41 Sedang

Kerikil 4100 Sangat Cepat

Kerikil & Pasir 410 Cepat

Batupasir 4.1 Sedang Sampai Lambat

Batukapur/Serpih 0.041 Lambat

Kwarsit/Granit 0.0004 Sangat Lambat

Sumber: USDA, 1951.

Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan dan permukaan yang meresap

masuk ke dalam tanah yang merupakan suatu proses peredaran atau yang umum

disebut siklus Hidrologi (Gambar 1). Air hujan jatuh di permukaan tanah yang

selanjutnya mengalir ke arah sungai, danau dan laut dan sebagian dari air tanah akan

muncul dalam bentuk mata air yang diserap ke dalam tanah pada daerah tangkapan

air (Catchment Area).

Sumber: DKLH – ESDM Kota Medan, 2003.

[image:30.612.151.472.448.658.2]
(31)

Berdasarkan perlakuan batuan atau material dalam menyimpan dan atau

mengalirkan air tanah terutama pada sifat fisik berupa tekstur dari batuan dapat

dibedakan menjadi (Buddemeier, Macfarlane, Misgna, 2004):

a. Akuifer, yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa

sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang berarti

di bawah kondisi lapangan. Dengan demikian batuan ini berfungsi sebagai

lapisan pembawa air yang bersifat permeabel. Contoh: Batu pasir, batu

gamping, batuan beku yang berkekar, dan lain-lain.

b. Akuitar, yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa,

sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam

jumlah yang terbatas. Dengan demikian batuan ini bersifat semi permeabel.

Contoh: Batu lempung, batu lempung pasiran.

c. Akuiklud, yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa

sehingga dapat menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah

yang berarti. Dengan demikian batuan ini bersifat impermeabel. Contoh: Lanau,

Serpih dan tufa halus.

d. Akuifug, yaitu suatu tubuh batuan yang tidak dapat menyimpan dan

mengalirkan air. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh: Batuan

beku yang kompak dan padat.

Pada dasarnya air tanah mengisi lubang-lubang pori dalam suatu tubuh atau

(32)

berdasarkan hubungan batuan dengan batuan lainnya (Gambar 2), akuifer terbagi atas

(Collection of Groundwater Data, 2004):

a. Unconfined aquifer: Akuifer tidak tertekan (bebas), di mana akuifer ini pada

bagian bawahnya dibatasi oleh suatu lapisan yang tidak dapat meloloskan air

(lapisan impermeabel), sedangkan pada bagian batas atasnya dapat kontak

langsung dengan udara di atmosfer. Akuifer ini juga dapat disebut Phreatic

Aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer. Ketinggian muka air tanah bebas

umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi musim, biasanya pada musim kering

muka air tanah akuifer ini posisinya menurun dan pada musim hujan kondisi

muka air tanah akan naik.

b. Confined Aquifer: Akuifer tertekan, adalah akuifer yang bagian atas dan

bawahnya dibatasi oleh lapisan impermeabel. Umumnya terletak pada kedalaman

relatif besar. Pola penyebaran ketebalannya bervariasi dan sangat dipengaruhi

kondisi geologi yang berperan pada waktu proses pembentukan daerah yang

bersangkutan. Pada bagian atas akuifer ini memiliki sumber daerah tangkapan

curah hujan (Catchment Area), dan pada bagian bawahnya terpotong oleh suatu

perlapisan batuan lainnya. Jika batuan yang memotong merupakan batuan yang

porous yang tersingkap di permukaan maka air tanah tertekan akan keluar dan

dapat memancar sampai ketinggian tertentu, yang disebut juga dengan mata air

artesis dan ketinggian muka air tanah ini relatif tidak dipengaruhi oleh kondisi

perubahan musim. Pada daerah topografi yang landai maupun yang curam,

(33)

akan positif dan air akan mengalir secara alamiah tanpa dipompa. Sebaliknya

pada topografi perbukitan di mana permukaan potensiometrik lebih rendah dari

permukaan topografi maka watertable akan negatif dan tidak keluar melalui

permukaan tanah secara alamiah. Discharge air tanah akan cenderung

terkonsentrasi pada daerah topografi lembah dan rendah.

c. Leakage Aquifer: akuifer bocor adalah suatu akuifer yang berada di bawah lapisan

setengah kedap air (semi permeable), sehingga akuifer ini diklasifikasikan juga

di antara akuifer bebas dan akuifer tertekan.

d. Perched Aquifer: akuifer menggantung, merupakan akuifer yang mempunyai

massa air tanah terpisah dari aliran induk oleh suatu lapisan yang relatif kedap air

yang tidak begitu luas dan terletak di atas zona air jenuh.

Sumber: R. Girsang, 2007.

(34)

Di daerah Medan dan sekitarnya, sumur gali memiliki kedalaman yang

bervariasi dari kedalaman 1 meter hingga 8 meter di bawah muka tanah setempat,

kedudukan muka air tanah antara 0.5 – 4 meter, sedangkan di wilayah bagian Selatan

muka air tanah lebih dari 4 meter, sementara di musim penghujan muka air tanah

meningkat secara tajam mencapai 2 – 3 meter dari kedudukan semula, sehingga

kedudukan muka air tanah di Kota Medan dan sekitarnya dipengaruhi oleh curah

hujan (Girsang dan Siddik, 1992).

Aquifer di Kota Medan terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok (Girsang dan

Siddik, 1992) antara lain:

1. Aquifer endapan aluvium berupa pasir dan kerikil berkelulusan sedang – tinggi,

dengan ketebalan 20 – 30 meter, debit air yang dapat dihasilkan kurang dari 1

l/detik, berkedudukan muka air tanah sekitar 3 – 4 m di bawah muka air tanah

setempat.

2. Aquifer endapan Kwarter berupa pasir, kerikil dan Formasi Medan berkelulusan

sedang – tinggi, dengan ketebalan lebih dari 50 meter, debit air yang dapat

dihasilkan kurang dari 1 – 2 l/detik, berkedudukan muka air tanah sekitar 5 – 7

m di bawah muka air tanah setempat.

3. Aquifer endapan Julurayeu dan Seureula berupa batu pasir dan konglomerat

berkelulusan sedang – tinggi, dengan ketebalan pemboran 225 meter, debit air

yang dapat dihasilkan kurang dari 10 l/detik.

Aquifer yang tersusun oleh material batu pasir diperkirakan memiliki derajat

(35)

akan lebih cepat terintrusi oleh air laut dibandingkan dengan material pasir atau

kerikil, mengingat batu pasir bersifat lebih porous. Kemudian dengan melihat derajat

kelulusan dari ketiga aquifer di atas maka aquifer endapan Julureyeu dan Seureula

memiliki debit air yang tertinggi dibandingkan kedua aquifer (aquifer endapan

alluvium dan aquifer endapan kwarter).

Untuk kualitas air tanah ditentukan oleh lingkungan mulai dari batuan

penyusun aquifer dan areal lintasan pada saat aliran air bergerak dari daerah

timbulnya sampai ke tempat daerah penyimpanan cadangan air tanah atau aquifer,

kualitas air tanah juga dipengaruhi oleh perilaku manusia terutama menyangkut

limbah yang dihasilkan oleh aktivitas hidupnya (Hendrayana, 2002).

Air tanah tawar mengalir ke laut melewati akuifer di daerah pantai yang

berhubungan dengan laut dalam keadaan alami, tetapi karena meningkatnya

kebutuhan air tawar, maka aliran air tawar ke arah laut telah menurun atau bahkan

sebaliknya air laut mengalir masuk ke dalam akuifer air tawar di daratan karena muka

air tanah telah berada di bawah muka air laut yang disebabkan oleh pengambilan air

tanah secara berlebihan, peristiwa ini dinamakan intrusi air laut (Delima Panjaitan,

2001), karena akuifer telah dicemari air asin, maka air tidak dapat digunakan sesuai

peruntukannya, dan untuk mengembalikan kondisi seperti pada awalnya sangat sulit

dan membutuhkan waktu yang relatif lama.

Dari hasil analisis kimia yang diambil dari sumur gali di daerah pantai, maka

diperkirakan kualitas air tanah yang rendah dengan ditujukan berupa rasa asin,

(36)

diperkirakan telah terjadi penyusupan air laut di sepanjang pantai 4.5 – 8 km

di bagian Utara Medan, kemudian melebar 6.5 – 12 km di bagian Barat dan ke arah

Timur sampai Percut Sei Tuan berjarak 0.5 – 2 km (Girsang dan Siddik, 1992).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka kecepatan penyebaran intrusi air asin

tergantung oleh permeabilitas material penyusun aquifer, debit pemakaian air bawah

tanah serta perubahan fungsi lahan mangrove. Kemudian kondisi air bawah tanah

yang mempunyai kelulusan tertinggi untuk diterobos air asin adalah sebagai berikut:

a. Air Tanah Bebas; pencampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur sesuai

Hukum Ghyben – Herzberg (Gambar 3) dapat terjadi dalam hal-hal sebagai

berikut (Atsunao Marui, 2003):

i. Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai

pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben – Herzberg.

ii. Dasar sumur terletak di bawah perbatasan antara air asin dan air tawar.

iii. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari

permukaan air laut, sehingga daerah pengaruhnya mencapai tepi pantai.

iv. Keseimbangan Perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat

dipertahankan, perbatasan itu dapat naik secara abnormal yang disebabkan

oleh penurunan permukaan air di dalam sumur selama pemompaan.

v. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah

tawar, maka bidang batas (interface) tergantung pada keseimbangan

(37)
[image:37.612.147.493.112.289.2]

Sumber: Atsunao Marui, 2003.

Gambar 3. Hukum Herzberg pada Air Tanah Tawar dan Asin Dekat Garis Pantai

b. Air Tanah Terkekang di Pantai

Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akuifer terkekang ditentukan oleh

dalamnya akuifer, besarnya tekanan dan lain-lain. Sehingga bisa saja sumur itu

dalam dan terletak di dekat pantai tidak tercampur dengan air asin, tetapi

terkadang percampuran tersebut terjadi meskipun sumur tersebut dangkal dan

cukup jauh dari pantai (Gambar 4). Namun faktor lingkungan setempat, terutama

sifat kemampuan meneruskan air dari jenis batuan yang menyusunnya, serta

perbedaan jarak dengan lokasi sumber pencemaran, memegang peranan penting

juga dalam hal terjadinya proses pencemaran air pada beberapa sumur (Collection

(38)
[image:38.612.155.489.112.324.2]

Sumber: Collection of Groundwater Data, 2004.

Gambar 4. Penerobosan Air Asin pada Air Terkekang

2.3. Kualitas Air Tanah

Untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu air bawah tanah untuk dapat

dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya, maka terlebih dahulu diperlukan

pengetahuan tentang kualitas air tanah tersebut. Menurut Dinas KLH – ESDM Kota

Medan (2003), kualitas air tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

lapisan akuifer yang dilalui, morfologi daerah sekitar, litologi penyusun akuifer, serta

kegiatan atau aktivitas manusia di sekitar lokasi, sedangkan kestabilan kualitas air ini

dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masuknya unsur-unsur asing yang

melewati ambang batas kenormalan, unsur-unsur asing tersebut dapat terjadi karena

adanya aktivitas manusia yang berlebihan dan pembuangan limbah tanpa ada

(39)

Kualitas air tanah pada daerah hulu pada umumnya lebih baik dari pada

kualitas air tanah pada bagian hilir, karena pada bagian hilir umumnya telah

dipengaruhi oleh adanya rembesan air laut yang masuk kedalam akuifer air tanah,

rembesan air laut terjadi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan tekanan yang

terjadi antara air tanah dan air laut pada akuifer dan ketidakseimbangan ini

disebabkan oleh adanya pemanfaatan air tanah yang tidak terkendali (Delima

Panjaitan, 2001).

Untuk mengidentifikasi adanya intrusi air laut terhadap air tanah pada daerah

pesisir terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian laboratorium terhadap sampel air,

adapun pengambilan sampel air pada sumur bor akan menguji perbandingan ion

Klorida dengan karbonat dan bikarbonat, konsentrasi ion klorida, dan Daya Hantar

Listrik (Hendrayana, 2002).

2.3.1. Klorida

Secara semula klorida hanya dijumpai dalam bentuk ion klorida. Klorida

membentuk kebanyakan garam zat terlarut dalam lautan bumi— kira-kira 1.9% air

laut adalah ion klorida, Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh itu klorida pepejal

biasanya hanya ditemui dengan berlimpahnya di kawasan beriklim kering, atau

bawah tanah. Klorida merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar

tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman,

misalnya daun. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl

kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah

(40)

meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang,

memperbaiki penyerapan ion lain, dan juga berperan dalam fotosistem II dari proses

fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen (Wikipedia, 2009).

Selanjutnya berdasarkan konsentrasi klorida dapat dibedakan klasifikasi air

menurut A.B Gosmawi (2006) yaitu apabila air dengan kadar klorida berada di bawah

300 mg/L maka air diklasifikasikan sebagai air tawar dan jika air dengan kadar

[image:40.612.215.422.334.388.2]

klorida di atas 500 mg/L maka diperkirakan air tersebut merupakan air asin (Tabel 3).

Tabel 3. Klasifikasi Air Berdasarkan Konsentrasi Klorida

Konsentrasi Cl (mg/L) Klasifikasi

0 – 300 Air Tawar

300 – 500 Air Payau

> 500 Air Asin

Sumber: A.B. Gosmawi, 2006.

Kemudian untuk menentukan kualitas air yang berkaitan dengan pengaruh

intrusi air laut maka dilakukan metode “Chlorida Bikarbonat Ratio”, Harga

Perbandingan antara kadar klorida dengan jumlah kadar karbonat dan bikarbonat

adalah penentu klasifikasi air tanah dalam pengaruh ada intrusi air laut pada air tanah

atau tidak terintrusinya air tanah (Ipung Fitri Purwanti, Ira Mutiara Anjasmara,

Suharmadi, 2006).

Keberadaan ion karbonat pada umumnya tersebar di laut, pada dasarnya laut

mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, di mana sebagian besar dalam bentuk ion

bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau

karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini

(41)

(source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara

atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer.

Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke

lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:

CO2 + H2O ⇌ H2CO3

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi

lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion

hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:

H2CO3⇌ H+ + HCO3 −

Selanjutnya sekitar 1% daripada jumlah karbon dioksida terlarut bertukar menjadi

asid karbonik dan kemudian Asid karbonik seterusnya berpisah sebahagiannya untuk

membentuk bikarbonat dan ion karbonat (Wikipedia, 2009).

Kemudian penentuan klasifikasi air yang diindikasikan telah terintrusi oleh air

laut dapat ditentukan melalui Harga Perbandingan atau Chlorida Bicarbonat Ratio

(A.G. Chachadi, 2005), Harga Perbandingan ini diperoleh dari nilai hasil

perbandingan kadar klorida terhadap HCO3¯ dan CO3=, bila air terindikasi intrusi air

laut maka memiliki nilai Harga Perbandingan di atas angka 1.5, sedangkan air tanah

yang diperkirakan belum mengalami intrusi air laut memiliki Harga Perbandingan

(42)

Tabel 4. Klasifikasi Air Berdasarkan Klorida Bikarbonat Ratio

Harga Pembanding Klasifikasi

> 2,0 Kategori Tinggi

1,5 – 2,0 Kategori Menengah

1,0 – 1,5 Kategori Rendah

< 1,0 Sangat Rendah/Belum Terintrusi

Sumber: A.G. Chachadi, 2005.

2.3.2. Daya Hantar Listrik

Daya Hantar Listrik adalah sifat air dalam menghantarkan listrik. Apabila air

banyak mengandung garam maka Daya Hantar Listrik yang tinggi, Panitia Ad Hoc

Intrusi Air Laut (PAHIAA, 1986) menetapkan apabila air memiliki Daya Hantar

Listrik di atas 15000 mikromhos/cm maka air diklasifikasikan termasuk air asin,

seperti yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Daya Hantar Listrik

(mikromhos/cm pada 250 C) Jenis Air

< 1500 air tawar

1500 - 5000 air agak payau

5000 - 15000 air payau

15000 - < 50000 air asin

Sumber: PAHIAA, 1990.

Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) pada saat suhu campuran tersebut

harus dikonversikan terlebih dahulu, mengingat pada kondisi di lapangan suhu air

relatif beragam, untuk itu berdasarkan DHL dapat dihitung pada suhu 250 C dengan

persamaan (Collection of Groundwater Data):

DHL25 = DHLt 25

(43)

Keterangan : DHL25 = Daya Hantar Listrik pada Suhu 250 C

DHLt = Daya Hantar Listrik pada Suhu t 0 C

t air = suhu air (0 C)

2.4. Pendekatan Statistik Melalui Uji Regresi Berganda dan Uji t Melalui Program SPSS

Program SPSS merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk

membantu pengolahan, perhitungan, dan analisis data secara statistik. Program SPSS

menyediakan Command Windows dengan nama Analyze, menu Analyze ini memiliki

beberapa sub menu yang dapat mengolah data secara statistik sesuai kebutuhan,

antara lain mengenai statistik parametrik seperti Descriptive Statistics, Compare

Means, Correlate, Regression, Classify, Data Reduction dan Scale.

Uji Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel

terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau

dependen variabel, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas

atau independen variabel, variabel ini telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti

berdasarkan perkiraan serta penelitian sebelumnya, untuk kemudian diharapkan

bahwa variabel independen ini memiliki hubungan pengaruh terhadap variabel

dependen.

Pendekatan statistik melalui uji regresi dalam penelitian ini maksudnya adalah

untuk mengetahui hubungan pengaruh kadar klorida (variabel dependen) terhadap

(44)

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen secara parsial maka dilakukan Uji t, Uji t ini bermaksud untuk

mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen, sehingga kita dapat menjelaskan apakah Ho ditolak dan Ha diterima

ataukah Ho diterima dan Ha ditolak, untuk itu apabila t Hitung > t Tabel maka Ho

(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di daerah Kota Medan, yang

difokuskan pada daerah Utara Kota Medan, dikarenakan daerah tersebut secara

geologi diperkirakan berkaitan untuk diteliti dengan terindikasinya intrusi air laut

di daerah tersebut dan daerah tersebut merupakan daerah yang cukup dekat dengan

pantai Utara daerah Kota Medan, yang secara administratif daerah tersebut termasuk

dalam Kecamatan Medan Belawan.

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret tahun 2008 sampai bulan

September tahun 2008. Penelitian ini dilakukan melalui kerjasama dengan pihak

[image:45.612.171.469.442.672.2]

Institut Teknologi Medan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan.

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

(46)

3.2. Bahan-bahan dan Alat-alat

Bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk mengambil data lapangan dan

sampel di lapangan antara lain:

a. Peta Google Earth.

b. Peta Geologi/Peta Potensi Air Bawah Tanah.

c. GPS.

d. Alat Ukur/Meteran.

e. Botol Sampel.

f. Plastik Sampel.

g. Conductivity Meter.

h. Termometer.

i. Alat-alat tulis

3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Sampel

Teknik pengambilan sampel digolongkan menjadi dua golongan yaitu sumur

bor dalam dan sumur dangkal. Pengumpulan data lapangan yang akan diuji diperoleh

dari beberapa sumur bor dalam dan sumur dangkal yang ada di daerah penelitian yang

dimiliki oleh masyarakat setempat, sampel yang akan diambil direncanakan

berjumlah 10 buah sampel sumur bor dalam dan 28 sampel sumur dangkal (dapat

lihat pada lampiran).

Data primer yang akan diperoleh dengan cara observasi atau pengukuran

(47)

dilakukan dengan mengukur pemakaian air sumur oleh masyarakat setempat yang

menggunakan sumur tersebut atau menggunakan asumsi Puslitbang Permukiman,

Badan Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departemen Kimpraswil, untuk

mengetahui nilai permeabilitas tanah maka dilakukan pengujian dengan cara

mengambil sampel tanah yang kemudian di analisa di labolatorium, sedangkan

sampel air yang diambil di lapangan dianalisa untuk mengetahui kadar klorida, kadar

HCO3¯ dan kadar CO3=, yang kemudian akan di uji di labolatorium, sementara untuk

Daya Hantar Listrik akan diukur langsung di lapangan.

Data sekunder yang akan membantu penelitian antara lain Peta Geologi, Peta

Topografi Daerah Kota Medan, kedalaman sumur bor dalam, dan Peta Air Tanah

yang diperoleh dari Dinas Pertambangan Energi Propinsi SUMUT dan Dinas KLH –

ESDM Kota Medan.

3.4. Variabel yang Diamati

3.4.1. Klorida

Untuk menentukan kualitas air yang berkaitan dengan pengaruh intrusi air laut

maka dilakukan metode “Chlorida Bicarbonat Ratio”, yang merupakan Harga

Perbandingan antara kadar klorida dengan jumlah kadar karbonat dan bikarbonate.

Sampel air dari sumur bor dalam dan sumur dangkal yang diambil di lapangan akan

diuji di Laboratorium. Ion klorida diuji dengan metode analisis Titrimetri, sedangkan

untuk HCO3¯ dan CO3= akan di analisa dengan metode acidi – alkalimetri. Kemudian

(48)

diketahui zona klorida yang diperoleh dengan cara menghubungkan nilai-nilai klorida

sesuai.

3.4.2. Daya Hantar Listrik

Sampel air dari sumur bor dalam dan sumur dangkal yang diambil di lapangan

akan diuji Daya Hantar Listrik (sifat air dalam menghantarkan listrik), pengukuran

Daya Hantar Listrik akan dilakukan secara langsung di lapangan dari sampel air yang

diperoleh, adapun pengukuran Daya Hantar Listrik ini akan diukur dengan alat

Electric Conductivitymeter.

3.4.3. Jumlah Pemakaian Air

Untuk pengukuran jumlah pemakaian air bawah tanah pada sumur bor dalam

akan diukur di lapangan secara langsung dengan melihat pengukuran pada flow

meter, sedangkan untuk pengukuran jumlah sumur dangkal akan diukur dengan cara

mengukur pemakaian masyarakat terhadap air sumur gali, kemudian dihitung melalui

standarisasi dari SNI 03-2916-1992 Spesifikasi Sumur Gali Untuk Air Bersih, adapun

rumus jumlah pemakaian air tersebut adalah sebagai berikut:

Pemakaian air

Q(md) = q x Fmd

Keterangan:

Q(md) = Pemakaian air dengan Faktor Maksimum (m3/hari)

q = Pemakaian air (m3/hari)

Fmd = Faktor Maksimum (1.05-1.15)

(49)

Pemakaian total air dengan faktor kehilangan air 20% (Qt).

Qt = Q(md) x 100/80

3.4.4. Permeabilitas Tanah

Pengukuran permeabilitas tanah diperoleh dari sampel pada sumur bor

dangkal yang kemudian diukur permeabilitasnya pada Laboratorium, sedangkan

permeabilitas sumur bor dalam diperoleh dari informasi sekunder yang diperoleh dari

Institut Teknologi Medan (ITM).

3.4.5. Kedalaman Sumur

Kedalaman sumur air bawah tanah dangkal akan diukur langsung di lapangan

dengan mengukur kedalaman sumur melalui alat ukur, sedangkan sumur bor dalam

akan diperoleh dari data sekunder yang didapatkan dari Institut Teknologi Medan

(ITM).

3.4.6. Jarak Sumur dari Garis Pantai

Pengukuran variabel jarak diukur dengan cara mengukur letak sumur dari

garis pantai, pengukuran ini diukur dengan Google Earth, posisi sumur dengan

koordinat yang diperoleh di lapangan kemudian ditarik garis lurus dengan posisi garis

pantai.

3.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini pada dasarnya bersifat penelitian analitik dan diharapkan dapat

menjelaskan kondisi air bawah tanah dengan analisis teknik survey dan pengujian

(50)

Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4

Keterangan :

Y = Tingkat kadar klorida (mg/l)

X1 = Jumlah pemakaian air (m3/ h)

X2 = Permeabilitas tanah (m/hari)

X3 = Kedalaman sumur pemompaan (m)

X4 = Jarak sumur dari garis pantai (m)

B0 = Konstanta regresi

B1, B2, B3, B4 = Koefisien regresi yang berkaitan dengan variabel X

3.5.1. Uji Pengaruh Secara Simultan

Uji simultan terhadap seluruh variabel independen terhadap variabel

dependen, uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Uji f ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen, apabila f Hitung > f Tabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

Ho : Bi = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan jarak, jumlah pemakaian air,

permeabilitas, kedalaman sumur terhadap Tingkat kadar klorida).

Ha : Bi ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan jarak, jumlah pemakaian air,

(51)

3.5.2. Uji Pengaruh Parsial

Selanjutnya dilakukan analisa Uji t (t-Test) terhadap parameter-parameter

yang telah ditetapkan.

Keterangan:

t = Uji parsial

s = standar deviation (1 = parameter 1, 2 = parameter 2)

n = Jumlah sampel

Uji t ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen, apabila t

Hitung > t Tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Ho : Bi = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan jarak, jumlah pemakaian air,

permeabilitas, kedalaman sumur terhadap Tingkat kadar klorida).

Ha : Bi ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan jarak, jumlah pemakaian air,

permeabilitas, kedalaman sumur terhadap Tingkat kadar klorida).

Pengujian secara parsial yang dilakukan melalui uji t dalam kasus ini adalah:

1. Menguji sendiri variabel pengaruh jumlah pemakaian air terhadap tingkat

kadar klorida.

2. Menguji sendiri variabel pengaruh permeabilitas tanah terhadap tingkat kadar

(52)

3. Menguji sendiri variabel pengaruh kedalaman sumur pompa terhadap tingkat

kadar klorida.

4. Menguji sendiri variabel pengaruh jarak sumur pompa dari garis pantai

(53)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sumur Bor Dalam

Dari hasil sampling untuk sumur Bor Dalam yang dilakukan pada daerah

[image:53.612.129.512.281.471.2]

Kecamatan Medan Belawan, didapatkan hasil uji sebagai berikut:

Tabel 6. Klasifikasi Air Sumur Bor dalam berdasarkan Harga Perbandingan

No Kode/Lokasi Sampling Sampel HP suhu Klasifikasi

CL (mg/L)

HCO3¯

(mg/L)

CO3=

(mg/L) 0C

1 S BB I/ BAHARI I 11.36 134.2 0 0.04 27 Belum Terintrusi 2 S PLB /P. LABUHAN 13.49 73.2 0 0.18 27 Belum Terintrusi 3 S SB 1 /SICANANG 71.9 195.7 0 0.36 28 Belum Terintrusi 4 S BB 2 /BAHARI 67.45 152.5 0 0.44 27 Belum Terintrusi 5 S BDB /BAGAN DELI 19.88 158.6 0 0.13 26 Belum Terintrusi 6 S BLB 1 /BELAWAN 1 19.17 158.6 0 0.12 27 Belum Terintrusi 7 S BLB 2 /BELAWAN 2 19.17 219.6 0 0.09 27 Belum Terintrusi 8 S BLB 3 /BELAWAN 3 12.07 146.4 0 0.08 27 Belum Terintrusi 9 S SB 2 /SICANANG 2 12.07 140.3 0 0.08 28 Belum Terintrusi 10 S SB 3 /SICANANG 3 17.04 67.1 0 0.25 28 Belum Terintrusi

Ket : HP = Cl / CO3¯ + HCO3

=

Berdasarkan Chlorida Bicarbonat Ratio dengan perhitungan Harga

Perbandingan antara klorida dengan jumlah CO3¯ dan HCO3=, diperoleh bahwa

Harga Perbandingan bervariasi antara 0.04 sampai 0.44, angka ini dapat diartikan

bahwa air sumur bor dalam bersifat air tawar dan belum terintrusi oleh air laut (Tabel

(54)

Lokasi sampling untuk Peta Sumur Bor dalam dilakukan pada daerah

Belawan, Bagian Lingkungan Hidup Kota Medan yang menyimpulkan sejumlah

sumur bor dalam belum terintrusi air laut, sementara dari hasil investigasi penulis

di lapangan terhadap sumur bor dalam (Tabel 7) dapat disimpulkan bahwa kondisi air

tanah masih termasuk sebagai air tawar sesuai standar klasifikasi klorida (A.B.

Gosmawi, 2006), di mana konsentrasi klorida berkisar pada angka 71.90 sampai

11.36 mg/L, untuk daerah yang memiliki konsentrasi klorida relatif lebih tinggi

terdapat pada Sumur Bor Dalam pada daerah Sicanang dengan jarak sekitar 4857,37

m dari garis pantai, sedangkan daerah dengan konsentrasi klorida yang relatif rendah

[image:54.612.178.462.415.674.2]

terdapat pada daerah Bahari I dengan jarak sekitar 4198,44 m dari garis pantai.

Tabel 7. Klasifikasi Air Berdasarkan Kadar Klorida

No. Kode/Lokasi Sampling

CL (mg/L)

Klasifikasi

1

S BB I/BAHARI I 11.36 Air Tawar

2

S PLB/P. LABUHAN 13.49 Air Tawar

3

S SB 1/SICANANG 71.9 Air Tawar

4

S BB 2/BAHARI 67.45 Air Tawar

5

S BDB/BAGAN DELI 19.88 Air Tawar

6

S BLB 1/BELAWAN 1 19.17 Air Tawar

7

S BLB 2/BELAWAN 2 19.17 Air Tawar

8

S BLB 3/BELAWAN 3 12.07 Air Tawar

9

S SB 2/SICANANG 2 12.07 Air Tawar

10

(55)

Untuk Daya Hantar Listrik yang diukur langsung di lapangan yang kemudian

dikonversikan pada suhu 250C menunjukkan angka antara 303.03 sampai 1866.88

mikromhos/cm selanjutnya jika dibandingkan dengan Klasifikasi Air atas Daya

Hantar Listrik (PAHIAA, 1990) menunjukkan bahwa klasifikasi air tersebut termasuk

[image:55.612.131.507.308.459.2]

jenis air tawar sampai air agak payau (Tabel 8).

Tabel 8. Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik

No. Kode/Lokasi Sampling

DHL (µmhos/cm)

DHL25C

(µmhos/cm) Klasifikasi

1 S BB I/BAHARI I 327.27 303.03 Air Tawar 2 S PLB/P. LABUHAN 381.82 353.54 Air Tawar 3 S SB 1/SICANANG 2090.90 1866.88 Air Agak Payau 4 S BB 2/BAHARI 2000.00 1851.85 Air Agak Payau 5 S BDB/BAGAN DELI 581.82 559.44 Air Tawar 6 S BLB 1/BELAWAN 1 580.00 537.04 Air Tawar 7 S BLB 2/BELAWAN 2 580.00 537.04 Air Tawar 8 S BLB 3/BELAWAN 3 345.5 319.90 Air Tawar 9 S SB 2/SICANANG 2 345.5 308.48 Air Tawar 10 S SB 3/SICANANG 3 509.09 454.54 Air Tawar

Dari beberapa parameter pendukung seperti konsentrasi klorida, Daya Hantar

Listrik dan, rumus Chlorida Bicarbonat Ratio dapat kita simpulkan bahwa kualitas

Air Sumur Bor Dalam pada daerah Belawan dan sekitarnya belum menunjukkan

terjadinya peristiwa Intrusi Air Laut. Namun perlu kita perhatikan bahwa pemakaian

(56)

dilihat bahwa penggunaan air sumur bor dalam terbesar dilakukan di daerah Belawan

dan Sicanang mengingat daerah tersebut terdapat banyak kegiatan maupun industri,

apabila tidak dikelola dengan baik melalui pemakaian air yang efektif dan efisien

maka besar kemungkinan di kemudian hari sumur bor dalam akan terintrusi air laut.

Faktor kedalaman sumur dan permeabilitas tanah pada Tabel 9 kurang menunjukkan

pengaruh terhadap konsentrasi kadar klorida, namun pada sampel dengan kode SSB1

dan SSB2 yang memiliki faktor kedalaman relatif dalam yang menunjukkan kadar

klorida yang cukup tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya.

Tabel 9. Pengukuran Kedalaman Sumur, Jumlah Pemakaian, Permeabilitas Tanah dan Jarak terhadap Garis Pantai pada Sumur Bor Dalam

No Lokasi Sampling Kedalaman

Jumlah Pemakaian

Air

Permeabilitas

Tanah Jarak

(m) (m3/hari) (m/hr) (m)

1 S BB I/BAHARI I 120 253 45 4198,44

2 S PLB/PEKAN LABUHAN 172 275 45 5539,02

3 S SB 1/SICANANG 126 520 45 4857,37

4 S BB 2/BAHARI 110 560 45 4520,29

5 S BDB/BAGAN DELI 160 142 150 1726,54

6 S BLB 1/BELAWAN 1 150 189 150 2515,18

7 S BLB 2/BELAWAN 2 125 210 45 3516,46

8 S BLB 3/BELAWAN 3 130 260 12 1514,04

9 S SB 2/SICANANG 2 80 320 45 6970,81

10 S SB 3/SICANANG 3 96 290 45 7076,97

4.1.1. Analisis Regresi Berganda Sumur Air Tanah Dalam

Analisis Regresi Berganda dilakukan untuk menguji hubungan pengaruh

[image:56.612.114.529.378.573.2]
(57)

jumlah pemakaian air, jarak sumur terhadap garis pantai, permeabilitas dan

kedalaman sumur.

Dari hasil analisis statistik regresi berganda untuk sumur air tanah dalam

didapat Multiple R 0.96 maka dapat dikatakan bahwa model regresi cukup baik dan

angka ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dan variabel

independen memiliki hubungan yang sangat erat, sementara koefisien determinasi (R

Square) sebesar 92.74%, ini berarti 92.74% variabel dependen yaitu klorida dapat

dijelaskan variabel independen yaitu oleh faktor jarak sumur terhadap garis pantai,

permeabilitas, jumlah pemakaian air dan kedalaman sumur, sedangkan 7.26%

dijelaskan oleh faktor ataupun variabel lainnya (variabel independen

Gambar

Grafik Prediksi Konsentrasi klorida terhadap Jumlah            Pemakaian Air Sumur Dalam...........................................................
Tabel Analisis Kimia Air Sumur Bor Dalam.................................
Tabel 1. Kolom Stratigrafi Daerah Medan dan Sekitarnya
Tabel 2. Permeabilitas pada Beberapa Tipe Batuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis pengamatan dapat dilihat pada sumur gali nilai antara jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap DHL cukup erat atau relative tinggi artinya

Delima Panjaitan : Pengaruh Eksploitasi Air Bawah Tanah Terhadap Intrusi Air Laut Di Kawasan Industri…, 2001 USU Repository © 2008... Delima Panjaitan : Pengaruh Eksploitasi Air

Telah dilakukan penelitian Pendeteksian intrusi air laut dan analisis kandungan air pada sumur bor dengan metode konduktivitas listrik di daerah Belawan..

Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah karena jarak yang relatif dekat dengan pantai dan adanya intrusi air laut yang membuat keseimbangan hidrostatis

Studi intrusi air laut di Candidasa dapat dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap nilai conductivity (kemampuan suatu aliran air untuk menghantarkan

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat intrusi air laut dan pengaruh kondisi musim terhadap jumlah sumur yang terintrusi (sumur penduduk

Penelitian mengenai intrusi air laut di Candidasa sudah dilakukan oleh Pujianiki dan Simpen (2016) mengenai pemetaan intrusi air laut di Candidasa dengan menggunakan metode

Penelitian ini bertujuan mengetahui fungsi ekologis mangrove dalam pencegahan intrusi air laut dan hubungan kualitas air tanah di sekitar daerah pesisir dengan keberadaan mangrove,