• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PEMBERIAN NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PEMBERIAN NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Oleh karena itu, orang tua harus bertanggung jawab untuk menjaga semua hak yang melekat pada anak-anaknya. Kewajiban orang tua sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku sampai anak tersebut menikah atau mampu berdiri sendiri.” Berdasarkan pasal tersebut, berarti meskipun orang tua anak berpisah atau bercerai, namun kewajiban mereka sebagai orang tua untuk menjamin hak-haknya terhadap anak tidak hilang.

Perceraian bagi anak merupakan pertanda matinya keutuhan keluarganya, seolah-olah separuh dari anak tersebut hilang, kehidupan tidak akan sama lagi setelah perceraian orang tua dan mereka harus menerima kesedihan dan rasa yang begitu dalam. kerugian. . Mengenai perceraian, nafkah dan pengasuhan anak, kedua orang tua anak harus mendapat perhatian yang serius, walaupun ketika akta cerai dibacakan oleh hakim di depan pengadilan, maka hak asuh anak diserahkan kepada salah satu pihak. ini tidak berarti bahwa partai bisa bebas tanpa tanggung jawab. Kepada isteri bila penghasilannya tidak mencukupi, dan kepada anak-anak yang diserahkan kepada isteri oleh hakim.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengulas tulisan dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul: “Analisis Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Memberikan Tunjangan Kepada Anak Pasca Perceraian” (SK nomor 2289/Pdt.G/2016/PA .Mks ). Hal ini menarik minat penulis untuk mengetahui lebih jauh mengenai keputusan mengenai hak asuh setelah perceraian dengan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor: 2289/Pdt.G/2016/.

Rumusan Masalah

Kasus ini menyangkut kasus dimana seorang perempuan menuntut akibat perceraian mengenai hak-haknya sebagai perempuan yang diceraikan suaminya berupa biaya hidup dan pendidikan. Perkara ini menyangkut perkara dimana akibat perceraian, seorang perempuan mengajukan gugatan mengenai hak-haknya sebagai perempuan yang diceraikan suaminya, berupa biaya hidup, utang-utang pemohon dan tergugat, pendidikan dan kesehatan keenamnya. 6) anak-anak. Upaya hukum apa yang dapat diambil jika orang tua tidak memenuhi kewajibannya untuk menafkahi anak setelah perceraian?

Manfaat dan Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

1 Tahun 1974 Pasal 45 menyatakan bahwa orang tua wajib mengasuh dan mendidik anaknya sebaik-baiknya sampai anak tersebut menikah atau dapat berdiri sendiri, dan kewajiban ini tetap berlaku meskipun perkawinan orang tuanya putus. Peraturan ini memuat beberapa ketentuan mengenai tanggung jawab orang tua (khususnya ayah) terhadap anaknya. Jika orang tua tidak memenuhi tanggung jawabnya, maka putusnya perkawinan akibat perceraian, sehingga menimbulkan tanggung jawab bersama sebagai orang tua terhadap anak.

Kedua orang tua bertanggung jawab untuk mengasuh dan mendidik anaknya sebaik mungkin hingga anak tersebut menikah atau mampu berdiri sendiri. Kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua sesuai dengan UU no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Pasal 45 dan 46), bahwa kedua orang tua wajib mengasuh dan mendidik anaknya sebaik-baiknya, sampai anak tersebut menikah atau mampu bertahan. kewajiban ini tetap berlaku meskipun perkawinan antara orang tua putus. Dalam kaitan ini, status orang tua tidak akan berubah untuk mengasuh dan mendidik anaknya hingga anak tersebut menikah atau mampu menghidupi dirinya sendiri.

Orang tua yang bercerai tetap mempunyai kewajiban untuk menafkahi anaknya, hal ini diatur dalam Pasal 149 huruf (d) KHI. Kepada orang tua yang bercerai, jangan sampai mengabaikan kewajibannya untuk mengasuh dan mendidik anaknya hingga mencapai usia dewasa.

TINJAUAN PUSTAKA

Tentang Perkawinan

  • Pengertian Perkawinan
  • Tujuan Perkawinan
  • Syarat dan Rukun Perkawinan
  • Hak dan Kewajiban Suami Istri
  • Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian

Berdasarkan Pasal (1) UU No. 1 Republik Indonesia Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan adalah ikatan jasmani dan rohani antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (keluarga) yang bahagia dan kekal. tentang keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Citra Umbara, 2007:227). Apabila salah satu orang tua meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan wasiatnya, maka izin pada ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang sanggup menyatakan wasiatnya. Dalam hal kedua orang tuanya telah meninggal dunia atau tidak dapat menyatakan keinginannya, maka izin harus diperoleh dari wali, wali atau keluarga yang bersangkutan.

Hak dan kewajiban tersebut terdiri atas 3 macam, yaitu: 1) hak dan kewajiban suami, 2) hak dan kewajiban istri, 3) hak dan kewajiban bersama. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban suami istri. Bagi masyarakat muslim, hak dan kewajiban tersebut diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974. Pasal 30 menyatakan, “Laki-laki dan perempuan mempunyai kewajiban mulia untuk menafkahi keluarga, yang merupakan landasan tatanan masyarakat.”

Hak dan kedudukan perempuan seimbang dengan hak dan kedudukan laki-laki dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan sosial bersama dalam masyarakat. Bagian kedua kedudukan suami istri terdapat pada pasal 78 yang berbunyi: 1) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Apalagi Pasal 46 UUP No. .

UUP No.l Tahun 1974 belum secara spesifik mengatur mengenai pengendalian anak, bahkan dalam PP No. 9 Tahun 1975 secara luas dan rinci. Barulah setelah berlakunya Undang-Undang Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1999 tentang Pembagian KHI, persoalan hadhanah menjadi hukum positif di Indonesia dan pengadilan agama diberi kewenangan untuk menyelidiki dan menyelesaikannya. Orang tua yang diberi hak mengasuh anaknya wajib mengasuh anaknya sebaik-baiknya dengan mengajukan gugatan ke pengadilan.

Orang tua mewakili anak untuk segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan. Orang tua tidak boleh mengalihkan hak atau hipotek yang dimiliki oleh anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin sebelumnya, kecuali untuk kepentingan anak yang menginginkannya. Kewenangan salah satu atau kedua orang tua dapat dikesampingkan terhadap seorang anak atau lebih, keluarga langsung anak tersebut dan saudara kandungnya yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang.

Tanggung jawab orang tua dapat dicabut dengan alasan orang tua mengabaikan tanggung jawabnya terhadap anak atau berperilaku sangat buruk. Hanya saja UUP Nomor 1 Tahun 1974 hanya menyentuh aspek tanggung jawab pengasuhan yang masih bersifat materil dan kurang menekankan pada aspek tanggung jawab pengasuhan yang bersifat non materiil. Aspek kepedulian yang bersifat material dan non-material inilah yang akan ditekankan dalam kompilasi Hukum Islam (KHI), seperti di bawah ini.

Tinjauan Umum Mengenai Perceraian

  • Pengertian Perceraian
  • Putusnya P Perceraian

Tindakan hukum adalah upaya hukum bagi semua pihak yang terlibat dalam suatu gugatan untuk mengajukan perlawanan terhadap putusan hakim. Upaya hukum terhadap suatu putusan yang diambil tanpa kehadiran tersangka (putusan wanprestasi). Dasar hukum perlawanan terdapat pada Pasal 129 HIR. Jangka waktu penundaan pengajuan kasasi adalah 14 (empat belas) hari setelah putusan atau pemberitahuan putusan, apabila putusan diucapkan tanpa kehadiran tergugat.

Permohonan perdata adalah untuk menyelidiki dan mengadili atau mempertimbangkan kembali suatu putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Perceraian mempunyai akibat hukum karena orang tua yang bercerai tetap mempunyai kewajiban untuk menafkahi anaknya, hal ini tertuang dalam Pasal 149 huruf (d) KHI yang menjelaskan bahwa “Jika putusnya perkawinan akibat perceraian, maka bekas suami wajib menafkahi”. Biaya hadhanah bagi anak yang belum mencapai umur 21 tahun. Berdasarkan pasal 106 ayat (1) KHI disebutkan bahwa ayah atau orang tua harus bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan perkembangan hartanya anak-anaknya yang masih di bawah umur atau dalam perwalian, dan tidak diperkenankan untuk memindahkan atau menggadaikan kecuali untuk keperluan yang mendesak jika kepentingan dan keselamatan anak memerlukannya atau merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari.

Dalam hal ini orang tua tetap mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya sampai mereka memahami kemaslahatannya, dalam hal ini ibulah yang paling berhak melakukan hal tersebut. Apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan bercerai maka akan timbul status baru yaitu janda (bagi isteri) dan duda (bagi suami) dan ada istilah mantan/mantan istri dan mantan/mantan suami, namun istilah-istilah tersebut tidak ada. berlaku untuk anak-anak dan orang tua. Peran kedua orang tua dalam mengasuh anaknya dapat berupa pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan pendidikan yang merupakan kebutuhan primer, hingga pemenuhan kebutuhan tersier bila memungkinkan.

Hendaknya kedua orang tua anak memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap hal ini, walaupun apabila perceraian itu dibacakan oleh hakim sebelum sidang pengadilan pemberian hak asuh kepada salah satu pihak, bukan berarti pihak yang tidak mempunyai hak asuh dapat pergi begitu saja tanpa tanggung jawab. . Upaya hukum yang dapat melindungi anak dari perbuatan orang tua yang tidak bertanggung jawab sangat diperlukan dalam hal ini, agar anak yang mengalami penderitaan akibat perceraian pun tidak menerima kesewenang-wenangan dengan tidak memenuhi hak-haknya sebagaimana seharusnya. Laporkan kelalaian orang tua kepada anggota keluarga yang dipercaya dan lanjut usia, mintalah bantuan mereka sebagai keluarga dalam menyelesaikan masalah.

Biasanya, jika orang tuanya mendapat teguran dari keluarga yang mereka hormati, kemungkinan masalahnya bisa teratasi. Umumnya umat beragama akan taat kepada pemuka agama sekaligus menjadi orang tua (sesepuh), umumnya akan taat taat terhadap keputusan pemuka agama. Hakim melalui lembaga pengadilan dapat memaksa orang tua anak untuk melaksanakan ketentuan yang diperintahkan untuk bertanggung jawab atas pemenuhan hak-hak yang seharusnya dimiliki anak.

Apabila penyebab orang tua tidak mampu menunaikan tanggung jawabnya karena ketidakmampuan (cacat dan/atau ketidakmampuan keuangan), maka hakim dapat mengangkat wali atau menetapkan bahwa anak tersebut menjadi tanggungan negara. Orang tua asuh tidak boleh menghalangi orang tua lain untuk melihat anaknya, karena pada akhirnya anak tersebut tetap membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu perlu dikaji prinsip hukum tentang kewajiban orang tua laki-laki atas biaya nafkah anak sah setelah terjadinya perceraian, sikap dan Pengadilan Agama Medan dalam

Beberapa Nomor perkara diatas merupakan bukti bahwa banyaknya perceraian yang mengakibatkan hak anak sebagai tanggung jawab orang tua lalai terhadap nafkah anaknya

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana tanggung jawab orang tua yang

Dilihat dari segi pendekatan penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai penelahan dalam

Sesungguhnya, upaya mengarahkan anak menjadi anak shaleh yang beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dan meninggalkan serta membenci kemusyrikan, akan dapat dilakukan melalui

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana tanggung jawab

Na mun pihak ayah t idak sepenuhnya melaksanakan isi putusan karena berbaga i alasan, hal ini tentu saja sangat merugikan anak, padahal dalam me mutuskan

Hja bekerja berawal dari ketidakmampuan orang tuanya memenuhi kebutuhan sekolahnya seperti buku-buku Lembar Kerja Sekolah (LKS) yang harus dimiliki siswa. Setiap