• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis tingkat kesehatan bank umum syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis tingkat kesehatan bank umum syariah"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Individu Bank dengan Pendekatan Risiko (Risk Based Bank Rating) sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Ayat (3), dengan cakupan penilaian 4 faktor. Sebab penilaian terhadap tingkat kesehatan bank juga dapat menjadi acuan baik atau buruknya strategi yang diterapkan pada masing-masing bank.

Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah dari sisi  kelembagaan  mengalami  perubahan  yang  fluktuatif,  pada  tahun  2011-2013  BUS  di  Indonesia  berjumlah  11  Unit  sedangkan  pada  tahun  2014  dan  2015  bertambah  satu  un
Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah dari sisi kelembagaan mengalami perubahan yang fluktuatif, pada tahun 2011-2013 BUS di Indonesia berjumlah 11 Unit sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 bertambah satu un

Batasan Masalah

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan atau laporan tahunan bank umum syariah yang telah dipublikasikan.

Perumusan Masalah

Pada profil risiko yang meliputi risiko kredit dan risiko likuiditas, komponen yang digunakan dalam penilaian risiko kredit adalah NPF dan pendanaan berkualitas rendah terhadap total pendanaan, sedangkan komponen penilaian risiko likuiditas yang digunakan adalah FDR, alat likuid primer dan sekunder terhadap total aset dan likuiditas. aset. primer dan sekunder untuk pembiayaan jangka pendek.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan atau acuan bagi penelitian-penelitian terkait selanjutnya oleh para peneliti selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian kesehatan suatu bank dapat menggunakan beberapa faktor. Dalam PBI No 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum, untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan rasio ROA (Return On Asset) dan NIM (Net Interest Margin).

Tabel  matriks  pengukuran  FDR  di  atas  menjelaskan  tentang  pengukuran  tingkat kesehatan bank dengan melihat dari rasio  FDR bank
Tabel matriks pengukuran FDR di atas menjelaskan tentang pengukuran tingkat kesehatan bank dengan melihat dari rasio FDR bank

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang menggunakan metode pendekatan CAMELS ini mengalami peningkatan perkembangan derajat kesehatan selama periode penelitian karena angka yang diperoleh adalah 81-100. BMI periode 2011-2013 mengalami financial distress rendah dan BNI Syariah mengalami financial distress rendah. kesulitan. pada periode 2011-2013 karena pada periode ini berada pada level 81-100 yang berarti tidak mengalami financial distress yang tinggi. Artinya ketiga bank tersebut tidak mengalami financial distress, tingkat kesehatannya meningkat karena meraih predikat “sehat”.

Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai profil risiko risiko kredit cukup baik ditunjukkan dengan rasio NPL yang dialami. Terdapat risiko bahwa pasar akan mengalami penurunan dan diperlukan perhatian lebih karena rasio IRR telah turun pada periode tersebut. Berdasarkan tabel di atas, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah periode yang dipertimbangkan yaitu laporan keuangan Bank Umum Syariah (BUS) pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Profil risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko kredit dan risiko likuiditas.Variabel yang digunakan adalah NPF, pendanaan berkualitas rendah terhadap total pendanaan, FDR, alat likuid primer dan sekunder terhadap total aset, serta alat likuid primer dan sekunder terhadap pembiayaan jangka pendek. Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah ROA dan NIM, sedangkan variabel yang digunakan untuk mengukur aspek ekuitas adalah CAR.

Kerangka Berpikir

Kredit kurang lancar adalah semua kredit kepada pihak ketiga bukan perbankan yang mempunyai kualitas perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan tidak menguntungkan dibandingkan dengan keseluruhan pembiayaan. Finance Deposit Ratio (FDR) merupakan perbandingan antara pembiayaan yang dijamin dengan total dana pihak ketiga. Aset likuid primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo, yang terdiri dari kas, penempatan pada BI, surat berharga yang tersedia untuk dijual, dan seluruh surat utang negara.

Alat likuid sekunder adalah alat likuid dengan kualitas lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas untuk penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban yang jatuh tempo. Aset likuid primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas untuk penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo yang terdiri dari kas, penempatan pada BI, surat berharga dalam kategori tersedia. Pembiayaan jangka pendek adalah seluruh dana pihak ketiga yang belum mempunyai tanggal jatuh tempo dan/atau dana pihak ketiga yang mempunyai jangka waktu kurang dari 1 tahun.

Rentabilitas: Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang penilaian kesehatan bank umum, ukuran rentabilitas atau profitabilitas yang digunakan adalah rasio Return On Assets (ROA) terhadap Net Interest Margin (NIM). Permodalan: Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum, ukuran permodalan yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).

METODOLOGI PENELITIAN

  • Ruang Lingkup Penelitian
  • Teknik Penentuan Sample
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Definisi Operasional Variabel Penelitian

78 Berikut hasil perhitungan alat likuid primer dan sekunder terhadap total aset pada bank umum syariah periode 2011 sampai dengan tahun 2015. 81 Berikut hasil perhitungan alat likuid primer dan sekunder terhadap pembiayaan jangka pendek pada bank umum syariah periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun 2012, BRI Syariah merupakan bank dengan nilai alat likuid primer dan sekunder untuk pembiayaan jangka pendek tertinggi yaitu 428,28%, sedangkan bank dengan nilai terendah adalah BJB Syariah. yaitu 117,20%.

Selain itu, nilai alat likuid primer dan sekunder untuk pembiayaan jangka pendek tahun 2013 yang tertinggi adalah Bank Panin Syariah yaitu sebesar 389,88%, sedangkan bank dengan nilai terendah adalah BCA Syariah yaitu sebesar 118,17%. Pada tahun 2014, bank dengan nilai alat likuid primer dan sekunder untuk pembiayaan jangka pendek tertinggi adalah Bank Muamalat yaitu 689,76%, sedangkan bank dengan nilai terendah adalah BCA Syariah yaitu 46,24%. Pada tahun 2015, bank dengan nilai alat likuid primer dan sekunder untuk pembiayaan jangka pendek tertinggi adalah Bank Bukopin Syariah yaitu sebesar 467,33% dan yang terendah adalah BJB Syariah yaitu sebesar 17,34%.

Pada tahun 2011, bank yang mempunyai predikat sangat baik adalah Bank Muamalat, sedangkan bank umum syariah lainnya mempunyai predikat baik. Dari seluruh variabel yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank umum syariah, Bank Panin Syariah pada tahun 2011 hingga 2015 memiliki peringkat sehat secara keseluruhan.

Tabel 3.1  Populasi Penelitian
Tabel 3.1 Populasi Penelitian

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama International Bank (Bank UIB) yang kemudian menjadi PT Bank BCA Syariah. Berdirinya BJB Syariah diawali dengan didirikannya divisi/unit usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 tentang Pemberian Izin Usaha kepada PT Bank BNI Syariah.

Setelah itu, PT Bank BRI Syariah mengubah kegiatan usahanya yang tadinya berjalan secara konvensional, kemudian berubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip Syariah Islam. Penandatanganan dilakukan oleh Bpk. Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak. Venje Raharjo sebagai Direktur Utama PT Bank BRI Syariah. Setelah peresmian dan pengakuan hukum tersebut, PT Bank Syariah Mandiri resmi mulai beroperasi pada tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir dan muncul serta tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan cita-cita bisnis dengan nilai-nilai spiritual yang mendasari kegiatan operasionalnya. Dalam perkembangannya, PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui penambahan modal dan bantuan dari PT Bank Bukopin, Tbk., pada tahun 2008 setelah mendapat izin perbankan umum, mulai beroperasi.

Penilaian Kesehatan Bank Umum Syariah

Pada tahun 2012, Bank Bukopin Syariah memiliki NPF tertinggi yaitu sebesar 4,57% dan bank dengan NPF terendah adalah BCA Syariah sebesar 0,10%. Pada tahun 2014, bank dengan NPF tertinggi adalah Bank Muamalat sebesar 4,85%, sedangkan bank dengan NPF terendah adalah BCA Syariah sebesar 0,10%. Dari grafik di atas terlihat bahwa bank dengan rasio NPF tertinggi adalah Bank Muamalat yaitu sebesar 4,85% pada tahun 2014.

Pada tahun 2011, nilai FDR terendah dimiliki oleh Bank Muamalat sebesar 76,76%, sedangkan bank syariah dengan FDR tertinggi adalah Bank Panin Syariah sebesar 162,97%. Pada tahun 2012, bank dengan FDR terendah adalah BCA Syariah sebesar 79,90%, sedangkan bank dengan FDR tertinggi adalah Bank Panin Syariah sebesar 123,88%. Pada tahun 2013, bank dengan rasio NIM tertinggi adalah BCA Syariah sebesar 9,56%, sedangkan bank dengan NIM terendah adalah Bank Panin Syariah sebesar 4,26%.

Pada tahun 2015, bank dengan NIM tertinggi adalah BNI Syariah sebesar 8,25%, sedangkan bank dengan NIM terendah adalah Bank Bukopin Syariah sebesar 3,14%. Pada tahun 2011, bank dengan CAR tertinggi adalah Bank Panin Syariah sebesar 61,98%, sedangkan bank dengan CAR terendah pada tahun 2011 adalah Bank Muamalat sebesar 11,78%. Pada tahun 2012, bank dengan CAR Bank tertinggi adalah Pnin Syariah sebesar 32,20%, sedangkan bank dengan CAR terendah adalah Bank Muamalat sebesar 11,03%.

Pada tahun 2015, BCA Syariah menjadi bank dengan CAR tertinggi sebesar 34,30%, sedangkan Bank Muamalat menjadi bank dengan CAR terendah sebesar 12,36%.

Tabel  4.2  diatas  menunjukkan  kesehatan  bank  dilihat  dari  pembiayaan  kualitas  rendah  dengan  total  pembiayaan
Tabel 4.2 diatas menunjukkan kesehatan bank dilihat dari pembiayaan kualitas rendah dengan total pembiayaan

Analisis dan Interpretasi

Dari seluruh variabel yang digunakan dalam penilaian kesehatan, Bank Muamalat pada tahun 2011 hingga 2014 berada pada peringkat sehat. Terdapat dua variabel yang masuk dalam peringkat 5 yaitu alat likuid terhadap total aset tahun 2011 dan kualitas pendanaan rendah terhadap total pendanaan tahun 2015. Dari seluruh variabel yang diperoleh untuk menilai tingkat kesehatan bank umum syariah, Bank Bukopin Syariah tahun 2011 hingga 2013 termasuk di dalamnya. dalam peringkat yang cukup sehat.

Terdapat beberapa variabel yang masuk dalam peringkat tidak sehat, yaitu kualitas pembiayaan yang rendah terhadap total pembiayaan pada tahun 2011 dan 2012, alat likuid terhadap pembiayaan jangka pendek pada tahun 2011, dan alat likuid terhadap total aset pada tahun 2013. Terdapat beberapa variabel yang masuk dalam peringkat tidak sehat. , antara lain FDR pada tahun 2011 hingga 2012, alat likuid terhadap total aset pada tahun 2011, dan alat likuid terhadap pembiayaan jangka pendek pada tahun 2014. Terdapat beberapa variabel yang masuk dalam peringkat tidak sehat tersebut, antara lain alat likuid terhadap pembiayaan jangka pendek pada tahun 2013 hingga 2015 dan kualitas pembiayaan rendah terhadap total pendanaan pada tahun 2014.

Ada beberapa variabel yang terlibat dalam pemeringkatan tidak sehat tersebut, antara lain rendahnya kualitas pendanaan terhadap total pendanaan pada tahun 2011 dan aset likuid terhadap total aset pada tahun 2012 hingga 2014. Bank Muamalat memiliki tingkat kesehatan bank yang sehat dari tahun 2011 pada tahun 2014, kemudian mulai menurun pada tahun 2015. .

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian RGEC terhadap bank umum syariah periode 2011 hingga 2015 adalah sebagai berikut. Dari sampel Bank Umum Syariah yang diambil untuk penelitian ini, yang masuk dalam pemeringkatan sehat periode 2011 hingga 2015 antara lain Bank Syaiah Mandiri, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah dan BNI Syariah. Terdapat beberapa variabel yang masuk dalam peringkat tidak sehat, namun tidak mempengaruhi tingkat kesehatan bank secara keseluruhan.

Namun hal ini terus membaik pada tahun 2014 dan 2015 karena tingkat kesehatan Bank Bukopin Syariah masuk dalam kategori sehat. Kemudian meningkat menjadi peringkat sehat pada tahun 2013 dan terus menurun hingga peringkat cukup sehat pada tahun 2014 hingga 2015.

Saran - Saran

Metadata Statistik Perbankan Syariah Berdasarkan Laporan Stabilitas Moneter Keuangan dan Sistem Keuangan, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan, OJK, 2016. Peraturan Bank Indonesia (PBI) no. Prinsip. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) no. 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kekuatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Analisis tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah menggunakan metode CAMELS dan RGEC.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir....................................................................................39
Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah dari sisi  kelembagaan  mengalami  perubahan  yang  fluktuatif,  pada  tahun  2011-2013  BUS  di  Indonesia  berjumlah  11  Unit  sedangkan  pada  tahun  2014  dan  2015  bertambah  satu  un
Tabel  matriks  pengukuran  FDR  di  atas  menjelaskan  tentang  pengukuran  tingkat kesehatan bank dengan melihat dari rasio  FDR bank
Tabel  matriks  pengukuran  ROA  di  atas  menjelaskan  tentang  pengukuran  tingkat  kesehatan  bank  dilihat  dari  rasio  ROA  bank
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut Risk Based Bank Rating terhadap Kinerja Keuangan Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia.. Jurnal Ilmiah Mahasiswa