• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL GOOD AGRICULTURE PRACTICES, GOOD HANDLING PRACTICES DAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES

N/A
N/A
Riska Kha

Academic year: 2023

Membagikan "ARTIKEL GOOD AGRICULTURE PRACTICES, GOOD HANDLING PRACTICES DAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

GOOD AGRICULTURE PRACTICES, GOOD HANDLING PRACTICES DAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Perkebunan Dosen Pengampu: Ir. Endang Wahyu P., MM., MP

Disusun oleh:

Riskatul Khasanah (2003401051014)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2023

(2)

BAB I PEMBAHASAN

A. GAP : Good Agriculture Practices ( Budidaya Pertanian )

Good Agriculture Practices (GAP) atau Praktik Pertanian yang Baik adalah serangkaian pedoman dan praktik yang ditetapkan untuk memastikan produksi pertanian yang berkelanjutan, aman, dan berkualitas. GAP mencakup berbagai aspek dalam budidaya pertanian, mulai dari pemilihan varietas tanaman, penggunaan pupuk dan pestisida, pengelolaan air, hingga penanganan pasca panen. Tujuan utama dari GAP adalah untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan konsumen, melindungi lingkungan, dan meningkatkan kualitas produk pertanian. Contoh penerapan GAP di Indonesia dalam budidaya pertanian meliputi:

1. Program Sertifikasi GAP: Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah meluncurkan program sertifikasi GAP.

2. Pemilihan varietas yang baik: Memilih varietas tanaman yang unggul dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat untuk memastikan hasil yang optimal.

3. Pengelolaan lahan yang berkelanjutan: Menerapkan praktik pengelolaan tanah yang baik, termasuk rotasi tanaman, pemupukan organik, dan konservasi tanah untuk mempertahankan kesuburan tanah dan mencegah degradasi tanah.

4. Penggunaan pupuk dan pestisida yang bijaksana: Petani di Indonesia semakin beralih menggunakan pupuk organik sebagai bagian dari penerapan GAP.

5. Pengelolaan air yang efisien: Menggunakan teknik irigasi yang efisien seperti tetes atau irigasi berkebun untuk mengurangi pemborosan air dan menjaga kualitas air.

6. Pengendalian gulma dan hama: Menerapkan metode pengendalian gulma yang tepat dan penggunaan insektisida yang selektif untuk mengurangi kerugian tanaman dan pengaruh negatif terhadap lingkungan.

7. Pengelolaan pasca panen: Melakukan penanganan dan penyimpanan pasca panen dengan benar untuk mempertahankan kualitas produk dan mengurangi kerugian pasca panen.

8. Pemantauan dan dokumentasi: Melakukan pemantauan terhadap produksi dan mencatat informasi yang relevan, seperti penggunaan input pertanian, kejadian penyakit, dan hasil produksi, untuk evaluasi dan perbaikan selanjutnya.

9. Pemerintah dan lembaga terkait memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada petani mengenai praktik GAP, penggunaan pupuk dan pestisida yang bijaksana, teknik pengendalian hama terpadu, dan praktik pertanian yang berkelanjutan. Penerapan GAP

(3)

mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pemerintah Indonesia dan lembaga terkait telah mengembangkan panduan dan program untuk membantu petani dalam menerapkan GAP dan meningkatkan praktik pertanian yang berkelanjutan. Di Indonesia, penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dalam budidaya pertanian telah menjadi fokus utama untuk meningkatkan keberlanjutan, produktivitas, dan keamanan pangan.

B. GHP : Good Handling Practices ( Penanganan Pasca Panen )

Good Handling Practices (GHP) atau Praktik Penanganan Pasca Panen adalah serangkaian pedoman dan prosedur yang ditetapkan untuk memastikan bahwa produk pertanian atau hasil pertanian (seperti buah-buahan, sayuran, dan produk-produk hasil pertanian lainnya) dikelola dan ditangani dengan benar setelah dipanen. Tujuan utama dari GHP adalah untuk memastikan kesegaran, kualitas, dan keselamatan produk selama proses penanganan pasca panen hingga sampai ke konsumen. Beberapa prinsip dan praktik yang umum dalam Good Handling Practices meliputi:

1. Pemanenan yang tepat: Memastikan bahwa produk dipanen pada waktu yang tepat dan dalam kondisi optimal untuk mempertahankan kualitasnya.

2. Penanganan dengan hati-hati: Menangani produk dengan lembut untuk menghindari kerusakan fisik yang dapat mempengaruhi kualitas dan masa simpan produk.

3. Pengaturan suhu yang tepat: Menyimpan dan mengangkut produk pada suhu yang sesuai untuk mempertahankan kesegaran dan menghindari pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya.

4. Pengemasan yang higienis: Menggunakan wadah atau kemasan yang bersih dan aman untuk menghindari kontaminasi bakteri atau bahan asing lainnya.

5. Pengendalian kebersihan dan sanitasi: Membersihkan dan menjaga lingkungan penanganan, peralatan, dan kemasan agar bebas dari kotoran dan kontaminan.

6. Pelatihan pekerja: Melatih pekerja dan petani untuk memahami pentingnya GHP dan menerapkan praktik yang sesuai dalam penanganan pasca panen.

7. Pengawasan kualitas: Memantau kualitas produk secara teratur selama proses penanganan pasca panen untuk mendeteksi potensi masalah sejak dini.

8. Pelacakan dan pencatatan: Menerapkan sistem pencatatan yang baik untuk melacak asal-usul produk, tanggal panen, dan proses penanganan lainnya.

Dengan menerapkan Good Handling Practices, para petani dan pelaku usaha di industri pertanian dapat meningkatkan nilai produk, mengurangi kerugian pasca panen, dan menyediakan produk yang aman dan berkualitas tinggi bagi konsumen. GHP juga

(4)

berkontribusi pada pengurangan pemborosan dan dapat meningkatkan daya saing produk di pasar internasional. Di Indonesia, penerapan Good Handling Practices (GHP) dalam penanganan pasca panen telah diterapkan di berbagai sektor pertanian. Berikut adalah beberapa contoh penerapan GHP di Indonesia:

1. Sektor Hortikultura: Dalam produksi dan penanganan buah-buahan dan sayuran, beberapa praktik GHP yang diterapkan di Indonesia antara lain:

- Pemilihan waktu panen yang tepat untuk memastikan produk mencapai kematangan optimal sebelum dipanen.

- Menggunakan wadah atau kemasan yang bersih dan aman untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing.

- Menerapkan sistem pendinginan yang efektif untuk menjaga suhu produk agar tetap rendah dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang merusak.

- Melakukan pengawasan dan pemantauan kualitas produk secara rutin untuk memastikan produk tetap segar dan berkualitas tinggi.

- Menggunakan teknik pengemasan yang sesuai, seperti penggunaan kantong plastik berlubang untuk memperpanjang umur simpan produk.

2. Sektor Perikanan: Dalam industri perikanan, GHP diterapkan dalam penanganan dan pengolahan ikan segar dan produk-produk perikanan lainnya. Contoh penerapan GHP di sektor perikanan di Indonesia meliputi:

- Menerapkan praktik kebersihan dan sanitasi yang baik dalam proses penanganan, pemrosesan, dan penyimpanan ikan untuk menghindari kontaminasi mikroba.

- Menggunakan teknologi penanganan seperti pendinginan cepat atau es untuk menjaga suhu rendah pada ikan segar dan memperlambat pertumbuhan bakteri.

- Melatih nelayan dan petugas penanganan ikan mengenai praktik GHP, termasuk pemilihan bahan baku yang baik dan kebersihan pribadi.

- Memastikan pengangkutan ikan dilakukan dengan benar, menggunakan wadah yang bersih dan suhu yang sesuai, untuk menjaga kualitas dan kesegaran ikan.

3. Sektor Pangan Olahan: Di sektor pangan olahan, GHP diterapkan dalam penanganan bahan baku dan proses produksi untuk menjaga kualitas dan keamanan produk pangan. Contoh penerapan GHP di sektor pangan olahan di Indonesia meliputi:

- Menggunakan bahan baku berkualitas dan aman yang memenuhi standar keamanan pangan.

- Menjaga kebersihan fasilitas produksi, termasuk peralatan dan lingkungan kerja, untuk mencegah kontaminasi silang.

(5)

untuk memastikan kualitas dan keamanan.

- Menggunakan metode pengolahan dan pengemasan yang tepat, seperti pasteurisasi atau sterilisasi, untuk mempertahankan keamanan produk pangan.

Penerapan GHP di Indonesia melibatkan kolaborasi antara pemerintah, petani, produsen, dan semua pelaku dalam rantai pasokan pangan untuk memastikan praktik-praktik yang tepat dijalankan dan memenuhi standar keamanan.

C. GMP : Good Manufacturing Practices (Pengolahan Hasil )

Good Manufacturing Practices (GMP) adalah serangkaian standar dan pedoman yang ditetapkan untuk memastikan bahwa produk-produk yang diproduksi dalam industri pengolahan hasil (food, obat-obatan, kosmetik, dll.) memenuhi standar kualitas, keamanan, dan keefektifan yang tinggi. GMP berlaku untuk semua tahap produksi, mulai dari bahan baku hingga produk akhir, serta melibatkan proses produksi, peralatan, personel, dan fasilitas yang terlibat. Tujuan utama dari GMP adalah untuk melindungi konsumen dengan memastikan bahwa produk-produk yang diproduksi aman untuk dikonsumsi atau digunakan, sesuai dengan label dan klaim yang tertera, dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

GMP juga membantu dalam mencegah kesalahan produksi, kontaminasi silang, dan mengurangi risiko potensial terhadap kesehatan manusia. Beberapa prinsip GMP yang umum meliputi:

1. Manajemen dan tanggung jawab: Mempunyai sistem manajemen yang kuat, termasuk pelatihan personel, dokumentasi yang tepat, dan tanggung jawab yang jelas.

2. Pemastian kualitas: Menjamin bahwa setiap langkah produksi dan kontrol kualitas dijalankan sesuai dengan prosedur yang ditentukan.

3. Pengendalian bahan baku: Memastikan bahwa bahan baku yang digunakan dalam produksi memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan bebas dari kontaminasi.

4. Pengendalian proses produksi: Memastikan bahwa setiap tahap produksi dilakukan dengan metode yang sesuai dan mengurangi risiko kontaminasi atau kesalahan.

5. Pengendalian lingkungan: Menjaga lingkungan produksi agar tetap bersih dan aman, termasuk pengendalian sanitasi dan pemeliharaan fasilitas.

6. Validasi dan verifikasi: Melakukan pengujian dan validasi untuk memastikan bahwa proses produksi dan metode analisis memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

7. Penanganan produk nonkonform: Mengelola produk yang tidak memenuhi spesifikasi atau terjadi ketidaksesuaian agar tidak sampai beredar di pasar.

(6)

8. Pelacakan dan pengendalian distribusi: Memiliki sistem untuk melacak produk dari bahan baku hingga produk akhir, serta memastikan pengendalian yang tepat selama distribusi.

Di Indonesia, penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam pengolahan hasil telah menjadi bagian penting dari industri makanan, obat-obatan, kosmetik, dan sektor manufaktur lainnya. Berikut adalah beberapa contoh penerapan GMP di Indonesia:

1. Industri Makanan: Dalam industri makanan, GMP diterapkan untuk memastikan bahwa proses produksi dan pengolahan makanan memenuhi standar keamanan dan kualitas.

Beberapa contoh penerapan GMP di industri makanan di Indonesia meliputi:

- Pemilihan bahan baku yang berkualitas dan aman, - Pengawasan sanitasi yang ketat,

- Pelatihan dan sertifikasi untuk operator produksi tentang praktik GMP yang tepat, - Validasi proses produksi dan pengujian produk secara teratur.

- Pengendalian mutu produk melalui pengawasan dan pengujian produk jadi untuk mendeteksi kontaminasi atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi.

2. Industri Farmasi: GMP juga sangat penting dalam industri farmasi untuk memastikan produksi obat-obatan yang aman, efektif, dan bermutu. Contoh penerapan GMP di industri farmasi di Indonesia meliputi:

- Menerapkan praktik kebersihan dan sanitasi yang ketat.

- Validasi proses produksi dan metode analisis.

- Pelacakan dan pengendalian mutu bahan baku yang digunakan, termasuk pengujian dan verifikasi sertifikasi pemasok.

- Menerapkan sistem manajemen mutu yang baik.

- Pelatihan yang teratur dan pengembangan sumber daya manusia.

3. Industri Kosmetik: Penerapan GMP juga penting dalam industri kosmetik untuk memastikan keamanan dan kualitas produk kosmetik yang dihasilkan. Contoh penerapan GMP di industri kosmetik di Indonesia meliputi:

- Pemilihan bahan baku yang aman dan berkualitas tinggi

- Pengendalian sanitasi dan kebersihan yang ketat dalam produksi - Validasi dan verifikasi proses produksi

Referensi

Dokumen terkait

Title : Good Manufacturing Practices Assessment and Shelf-life Analysis of Chili Paste Mushroom in Chaiyo Farm.. Name : Brian Naranathan Student ID

Penerapan Good Manufacturing Practices ( GMP ) Sebagai Bentuk Keamanan Mutu Pangan Hasil Pertanian dalam Rangka Perlindungan Konsumen ...93. BAB V

Indonesia (Persyaratan Dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik ( Good Manufacturing Practices ) ), Peraturan Menteri Pertanian tentang

Berdasarkan Tabel 2., dapat dilihat bahwa secara keseluruhan PT Goldensnack Mas Sejahtera Semarang telah menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) berdasarkan

CONCLUSIONS Based on the objectives regarding the application of GMP Good Manufacturing Practices, it can be concluded that Good Manufacturing Practices GMP are important in improving

Hasil Analisis Variabel Pasca Panen X9 Variabel X9 Skor Skala Likert Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 3,4,5,6 > 1,8-2,6 2,23 Kurang Baik 1,2 > 2,6-3,4 2,80 Cukup Baik Skor Rata-Rata

Penerapan GMP Good Manufacturing Practices Pada Tortilla Jarula di UMKM Putri Rinjani Kabupaten Lombok Tengah Kurratul Aini*, Muktasam, Hayati Prodi Magister pertanian lahan kering,

Persyaratan Dasar Penerapan SNI Produk Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)/ Good Manufacturing Practices