• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 3 TUBAN

N/A
N/A
Ferry Dwi Styawan

Academic year: 2023

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 3 TUBAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 3 TUBAN

Ni Komang Erni Yanti

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Terbuka E-mail : erniyanti43@gmail.com

ABSTRACT

Cooperative learning and problem posing are models of learning that can be developed and implemented to address the issues of low activity and learning achievement. One of the methods in cooperative learning that can be used to encourage students to actively pose problems is the snowball throwing method. This research adopts a qualitative approach with the Classroom Action Research (CAR) method, consisting of two cycles. Based on the research results, it is found that cooperative learning using the snowball throwing method has proven to enhance the learning outcomes of 1st-grade students at SD Negeri 3 Tuban. This is evident from the average scores obtained in the initial data, Cycle I, and Cycle II (71, 75, and 80) and the classical learning completeness of 83.3%. Therefore, it is recommended that mathematics teachers incorporate the cooperative learning model, specifically the Snowball Throwing method, into their mathematics instruction.

Keywords: Mathematics Learning, Cooperative Learning Model, Snowball Throwing

ABSTRAK

Pembelajaran kooperatif dan pengajuan masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diterapkan untuk mengatasi masalah rendahnya aktifitas dan prestasi belajar. Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan agar siswa aktif mengajukan masalah adalah metode snowball throwing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terbukti dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri 3 Tuban. Hal ini dapat ditunjukkan dari skor nilai rata-rata yang diperoleh dari data awal, siklus I dan siklus II (71, 75, dan 80) dan ketuntasan belajar klasikal adalah 83,3%. Untuk itu, disarankan kepada guru matematika dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Kata Kunci: Pembelajaran matematika, Model pembelajaran kooperatif, Snowball throwing

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing dengan negara lain. Salah satu usaha yang dilakukan adalah meningkatkan sumber daya manusia yang paling tepat dilaksanakan lewat jalur pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral (Firdaus 2016).

(2)

Anthony Robbins dalam Trianto (2011) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu:

1) penciptaan hubungan, 2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan 3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan (Asmarani 2017). Proses-proses pemikiran seperti berfikir kreatif jarang dilatihkan. Kenyataan ini didukung oleh pendapat Siswono (2008) yang mengatakan bahwa perangkat pembelajaran yang menekankan berfikir kreatif dalam matematika tidak tersedia. Buku siswa atau LKS yang ada (digunakan di sekolah) cenderung menekankan pada penguasaan konsep dan memiliki satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.

Penguasaan ilmu ini sangat dibutuhkan oleh siswa baik dalam pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari, karena begitu banyak aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan yang melibatkan matematika. Mengingat pentingnya peranan matematika, maka prestasi belajar khususnya untuk mata pelajaran matematika di sekolah harus diperhatikan (Hirzi dkk. 2015)

Namun hingga dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa matematika masih menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Hal tersebut dapat menjadi kesan awal yang kurang baik bagi peserta didik sehingga dalam pembelajaransiswa cenderung kurang antusias dan kurang aktif. Akibatnya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Keadaan serupa juga terjadi pada kelas 1 di SD Negeri 3 Tuban dimana prestasi belajar siswa juga kurang memuaskan.

LANDASAN TEORITIS

Berikut beberapa landasan teoritis yang digunakan untuk menganalisis, menginterpretasi, atau menghubungkan informasi yang disajikan dalam penelitian ini.

Serta bertujuan untuk memahami topik penelitian, mengaitkan temuan, atau mengembangkan argumen dalam penulisan penelitian. Hal-hal tersebut diantaranya sebagai berikut,

1. Metode Pembelajaran di Sekolah

Metode pembelajaran di sekolah merujuk pada pendekatan atau strategi yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan membantu mereka memahami, mengingat, dan mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan yang diajarkan. Metode pembelajaran mencakup cara guru menyajikan informasi, mengelola kelas, melibatkan siswa, dan mengevaluasi pemahaman mereka.

(3)

Metode pembelajaran melibatkan teknik-teknik khusus dan pendekatan dalam proses pengajaran, dan bisa berbeda-beda tergantung pada subjek, tujuan pembelajaran, dan preferensi guru. Tujuan dari penggunaan metode pembelajaran adalah menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru juga dapat memilih metode pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa, seperti gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat mereka.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa, meningkatkan motivasi belajar, dan merangsang pemikiran kritis serta kreativitas siswa.

Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan konteks pembelajaran dapat memberikan dampak yang positif terhadap proses pendidikan siswa di sekolah. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat di sekolah sangat penting karena memiliki dampak besar pada proses pembelajaran dan perkembangan siswa.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa penggunaan metode pembelajaran yang efektif sangat penting di sekolah,

a) Memfasilitasi Pemahaman yang Mendalam

Metode pembelajaran yang interaktif dan relevan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep pelajaran dengan lebih mendalam. Mereka tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga memahami konteks dan penerapan dari apa yang mereka pelajari.

b) Meningkatkan Keterlibatan Siswa

Metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa yang aktif terlibat cenderung lebih bersemangat belajar dan memiliki motivasi intrinsik yang tinggi.

c) Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis

Banyak metode pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan memecahkan masalah. Hal ini penting untuk membekali siswa dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

d) Mendorong Kolaborasi dan Keterampilan Sosial

Metode pembelajaran kooperatif dan proyek berbasis kelompok mendorong siswa untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai keragaman pendapat. Ini mengajarkan keterampilan sosial yang penting untuk kehidupan sehari-hari dan karier di masa depan.

e) Memfasilitasi Pembelajaran Diri

Beberapa metode pembelajaran, seperti pembelajaran terbalik, mengajarkan siswa bagaimana belajar sendiri dan mengelola waktu mereka. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga yang akan membantu siswa selama studi mereka dan dalam karier mereka nanti.

f) Mengakomodasi Gaya Pembelajaran yang Berbeda

Setiap siswa memiliki gaya pembelajaran yang berbeda. Penggunaan berbagai metode pembelajaran memungkinkan guru untuk mencocokkan pendekatan

(4)

pembelajaran dengan gaya belajar individu siswa, memastikan bahwa setiap siswa dapat memahami dan mengingat materi dengan lebih baik.

g) Meningkatkan Retensi dan Pemahaman Jangka Panjang

Metode pembelajaran yang aktif dan mendalam membantu siswa untuk mempertahankan pengetahuan dalam jangka panjang. Mereka tidak hanya mengingat informasi untuk ujian, tetapi juga memahami konsep-konsep yang mendasarinya, yang bisa mereka aplikasikan di berbagai situasi.

Dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan relevan, sekolah dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pertumbuhan siswa secara holistik, membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Ada berbagai metode pembelajaran yang digunakan di sekolah untuk mengajar siswa.

Pemilihan metode pembelajaran dapat bergantung pada tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan kebutuhan siswa. Beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan di sekolah meliputi:

a) Pembelajaran Langsung (Direct Instruction): Guru memberi penjelasan langsung tentang konsep atau keterampilan kepada siswa. Metode ini sering digunakan untuk menyampaikan informasi dasar.

b) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning): Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini mengajarkan keterampilan kerja sama, komunikasi, dan pemecahan masalah.

c) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Siswa belajar melalui proyek atau tugas yang melibatkan riset, perencanaan, dan presentasi. Metode ini menekankan pada aplikasi praktis dari pengetahuan dan keterampilan.

d) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning): Siswa mempelajari materi dengan memecahkan masalah nyata atau kasus-kasus yang kompleks. Metode ini mendorong pemikiran kritis dan pemecahan masalah.

e) Pembelajaran Berbasis Game (Game-Based Learning): Pembelajaran disusun dalam bentuk permainan atau simulasi untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan memfasilitasi pembelajaran konsep-konsep kompleks.

f) Pembelajaran Daring (Online Learning): Siswa belajar melalui platform daring menggunakan materi pembelajaran digital, video, dan interaksi online. Pembelajaran daring bisa bersifat sinkron (real-time) atau asinkron (tidak real-time).

g) Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skills-Based Learning): Fokus pembelajaran pada pengembangan keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbicara, mendengarkan, menulis, atau keterampilan matematika.

h) Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning): Siswa belajar melalui pengalaman langsung, misalnya kunjungan lapangan, simulasi, atau percobaan praktis. Metode ini meningkatkan pemahaman konsep melalui pengalaman langsung.

i) Pembelajaran Terbalik (Flipped Learning): Siswa mempelajari materi secara mandiri di rumah melalui video atau bahan pembelajaran lainnya, sementara waktu di kelas digunakan untuk diskusi, latihan, dan pemecahan masalah.

(5)

1

Pilihan metode pembelajaran tergantung pada kebutuhan siswa, tujuan pembelajaran, dan pendekatan pendidikan yang dianut oleh sekolah atau guru. Banyak guru juga menggunakan pendekatan gabungan (blended approach) yang menggabungkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai hasil yang terbaik bagi siswa.

2. Pelajaran Matematika

Pelajaran matematika untuk siswa Sekolah Dasar (SD) adalah dasar dalam pengembangan pemahaman matematika. Matematika adalah subjek yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan membantu siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir logis, dan berkomunikasi. Ada beberapa konsep matematika dasar yang diajarkan kepada siswa SD diantaranya yaitu, angka dan operasi, bilangan bulat, pecahan, ukuran dan pengukuran, geometri, data dan spesifik, serta aljabar dasar.

Pendidikan matematika memiliki banyak manfaat penting bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Beberapa manfaat utama termasuk,

a) Pengembangan Kemampuan Berpikir Logis

Matematika melibatkan pemecahan masalah, pengembangan pola, dan pemikiran logis. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.

b) Kemampuan Berpikir Abstrak

Matematika melibatkan konsep-konsep abstrak yang membantu siswa berpikir di luar batas konkret dan menggali pemahaman tentang konsep-konsep kompleks.

c) Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah

Pelajaran matematika melibatkan berbagai metode untuk memecahkan masalah.

Siswa belajar merumuskan masalah, mencari solusi, dan menguji solusi tersebut.

d) Pengembangan Keterampilan Kehidupan

Matematika adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Siswa belajar tentang konsep-konsep matematika yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari- hari, seperti menghitung uang, mengukur benda, dan memecahkan masalah praktis.

e) Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi

Belajar matematika juga melibatkan membaca, menulis, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika. Siswa belajar menyusun argumen matematika dan menjelaskan solusi dengan jelas.

f) Pengembangan Keterampilan Pemrograman

Pemahaman matematika menjadi dasar yang kuat untuk memahami konsep- konsep pemrograman komputer. Keterampilan matematika yang baik dapat membantu siswa memahami algoritma dan pemecahan masalah dalam pemrograman.

g) Peningkatan Daya Tahan Terhadap Frustrasi

Memecahkan masalah matematika tidak selalu mudah, tetapi melalui latihan dan ketekunan, siswa belajar untuk mengatasi rasa frustasi dan terus mencoba mencari solusi.

(6)

h) Persiapan untuk Mata Pelajaran Lanjutan

Pemahaman matematika yang baik di tingkat SD membentuk dasar yang kuat untuk pembelajaran matematika yang lebih kompleks di tingkat yang lebih tinggi.

i) Peningkatan Kreativitas

Matematika membutuhkan pemikiran kreatif dalam menemukan solusi yang unik dan inovatif untuk masalah-masalah matematika.

j) Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi

Memiliki pemahaman yang kuat tentang matematika dapat membuka pintu bagi peluang pendidikan dan pekerjaan di masa depan, membantu meningkatkan kualitas hidup sosial dan ekonomi siswa.

Siswa Sekolah Dasar sering menghadapi berbagai kendala saat mempelajari matematika. Beberapa kendala umum yang mereka hadapi meliputi,

a) Kurangnya Pemahaman Konsep Dasar

Siswa mungkin kesulitan memahami konsep dasar matematika seperti operasi hitung, pecahan, dan geometri. Kesulitan memahami konsep dasar ini dapat membuat mereka kesulitan dalam memahami materi yang lebih kompleks.

b) Kesulitan dalam Memahami Simbol dan Notasi

Simbol dan notasi matematika bisa menjadi sulit dipahami bagi beberapa siswa.

Mereka mungkin bingung dengan simbol-simbol matematika seperti +, -, ×, ÷, atau simbol-simbol dalam rumus matematika.

c) Kurangnya Keterampilan Penghitungan

Siswa mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan matematika dasar, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, terutama jika mereka belum memiliki keterampilan penghitungan yang cukup.

d) Ketidakminatan atau Ketakutan terhadap Matematika

Beberapa siswa mungkin tidak tertarik pada matematika atau bahkan merasa takut terhadap mata pelajaran ini. Sikap negatif terhadap matematika dapat menghambat kemampuan belajar mereka.

e) Kurangnya Pengalaman Praktis

Matematika dalam kehidupan sehari-hari seringkali tidak diajarkan dengan cara yang relevan atau praktis. Siswa mungkin sulit melihat hubungan antara konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari mereka.

f) Kurangnya Dukungan dan Bimbingan

Siswa mungkin tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari guru atau orang tua dalam memahami konsep matematika. Bimbingan dan dukungan yang kurang dapat membuat mereka merasa frustrasi dan kehilangan minat dalam mempelajari matematika.

g) Kurangnya Materi Pembelajaran yang Relevan dan Menarik

Materi pembelajaran yang monoton atau tidak menarik dapat membuat siswa kehilangan minat. Penggunaan metode pengajaran yang tidak menarik atau kurang inovatif juga dapat mengurangi motivasi belajar siswa.

(7)

3. Pemahaman tentang Snowball Throwing

Snowball Throwing adalah suatu permainan melempar bola salju sebagai salah satu strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan (Hamid dalam Alfiah & Arigiyati 2015). Sedangkan menurut Asmarani (2017), bola salju yang dimaksud disini adalah kertas yang dibentuk seperti bola dan kertas tersebut berisi pertanyaan atau soal yang dibuat oleh masing-masing siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu contoh dari metode pembelajaran aktif. Hakekatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, sehingga peserta didik aktif bertanya dan mengemukakan gagasan (Suprijono 2011). Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu jenis tipe dari pembelajaran kooperatif (Riyanto 2009). Jadi menurut peneliti, snowball throwing merupakan salah satu jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajari dan mengajak siswa untuk belajar secara aktif.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah sebagai berikut (Suprijono 2011),

a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian ketua kelompok menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

d) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

METODE PENELITIAN

Sebuah karya ilmiah tidak terlepas dari yang namanya penggunaan metode penelitian. Metode penelitian sendiri merupakan sebuah cara atau langkah secara sistematis untuk mendapatkan suatu data berdasarkan pada logika dan fakta yang dimiliki.

Penelitian sendiri berarti pengumpulan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang dilakukan secara ilmiah. Disini berarti seseorang melakukan penelitian secara mendalam pada suatu hal untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam membuat karya ilmiah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenisnya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian yaitu kelas 1 SD Negeri 3 Tuban. Instrumen yang digunakan adalah tes dan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh dua orang rekan sejawat yang mengobservasi aktivitas peneliti dan kegiatan siswa. Lembar observasi yang digunakan terbagi menjadi dua yakni lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Intrumen lain yang juga digunakan sebagai

(8)

sumber data dalam penelitian ini adalah catatan lapangan yang diperoleh selama proses pelaksanaan penelitian. Catatan lapangan memuat kejadian dan fakta di kelas, tempat berlangsungnya penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu, mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan datanya dibutuhkan ketekunan pengamatan, triangulasi, dan pemeriksaan teman sejawat. Kemudian tahap-tahap pelaksanaan penelitiannya terdiri dari, tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Berikut ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SD Negeri 3 Tuban.

Proses Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing

Pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dilaksanakan dalam dua pertemuan yang terbagi dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai, peneliti terlebih dahulu membuat rencana pembelajaran sebagai persiapan mengajar dan siswa di kelompokkan pada kelompok-kelompok kecil. Kelompok yang dibentuk terdiri dari siswa yang berkemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini karena dianggap bahwa kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah akan dapat memaksimalkan proses belajar karena masing-masing siswa mempunyai kemampuan awal yang berbeda yang pada akhirnya diharapkan prestasi belajar matematika siswa meningkat. Penentuan kelompok dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung karena untuk menghemat penggunaan waktu sebelum pembelajaran dimulai (Lumika 2010).

Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I dengan kompetensi dasar yaitu memahami teknik pengumpulan dan penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis. Siklus II dengan kompetensi dasar yaitu mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dilakukan dengan tiga tahap. Pada tahap awal, guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan memotivasi siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat berperan penting dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar. Hal ini dianggap bahwa motivasi belajar mendorong peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai maka perlu dilakukan apresepsi mengenai materi statistik yaitu menentukan sisi, rusuk, titik sudut, diagonal ruang dan bidang diagonal. Apresepsi bertujuan untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Pada tahap inti, sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berlangsung, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari siswa yang heterogen berdasarkan prestasi akademik, bahwa pengelompokan heterogenitas

(9)

merupakan ciri-ciri yang menonjol pada model pembelajaran kooperatif. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, kemudian guru memanggil masing- masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi sedangkan siswa yang lain ditugaskan untuk mempelajari materi secara individu. Setelah mendapat penjelasan dari guru masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Kemudian guru memberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam satu kelompok. Setelah itu, masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok dan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari siswa ke siswa yang lain. Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Hal ini karena pembentukan konsep atau generalisasi perlu diikuti latihan soal agar siswa yakin bahwa setiap konsep yang dipelajari itu benar-benar telah dimengerti sebelum mempelajari konsep atau generalisasi berikutnya.

Hasil Penelitian Model Pembelajaran Snowball Throwing

Keberhasilan tindakan diukur dengan pencapaian ketuntasan belajar yang disesuaikan dengan Kriteria Ketentusan Minimum (KKM) yang digunakan pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 3 Tuban adalah 70. Adapun ketuntasan secara klasikal yaitu sebesar 75% siswa mencapai nilai ≥ 70 dari jumlah siswa. Sebelum penelitian, peneliti menggunakan nilai ulangan harian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada ulangan harian adalah 71,94 dan persentase ketuntasan belajar klasikal diperoleh sebanyak 65,63%.

Tabel 1 Nilai rata-rata hasil belajar siswa

Keterangan Prestasi Awal Siklus I Siklus II

Nilai rata – rata 71 75 80

KKM 70 70 70

Siswa yang memenuhi KKM 18 siswa 21 siswa 25 siswa

Ketuntasan belajar siswa 60% 70% 83,3%

Berdasarkan tabel di atas model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang diukur dari hasil tesnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I adalah 75 dan nilai tersebut adalah rata-rata secara klasikal. Dari hasil belajar individu dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 21 dari seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sehingga nilai ketuntasan belajar secara klasikal untuk tes akhir siklus I adalah 70% dan

(10)

siswa yang tidak tuntas adalah 30%. Dari hasil belajar matematika pada siklus I peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siswa setelah diberikan tindakan meningkat dari 71 menjadi 75. Ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 diperoleh sebanyak 70% siswa atau sebanyak 21 siswa. Hal ini menunjukkan bahawa kreteria keberhasilan penelitian belum tercapai karena siswa yang mencapai KKM masih kurang dari 75%. Oleh sebab diputuskan untuk melaksanakan siklus II guna memenuhi ketuntasan belajar yaitu mencapai 75% dari total keseluruhan siswa.

Pada tes akhir siklus II hasil ketuntasan belajar diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80 dan nilai tersebut adalah rata-rata secara klasikal. Dari hasil belajar individu dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 25 siswa dari seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 73 sehingga nilai ketuntasan belajar siswa untuk tes akhir siklus II adalah 83,3% dan siswa tidak tuntas adalah 16,7%. Dari data hasil belajar matematika pada siklus II peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa karena persentase ketuntasan yang diperoleh berada diatas nilai ketuntasan pada indikator keberhasilan tindakan. Nilai rata-rata siswa setelah diberi tindakan meningkat dari 75 menjadi 80. Ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 diperoleh sebanyak 83,3%

siswa atau sebanyak 25 siswa. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal dalam kelas sudah tuntas karena diperoleh sebanyak 25 siswa telah mencapai kriteria yang telah ditentukan.

Dengan hasil ini diperoleh informasi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berhasil mencapai kriteria yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Deskripsi kegiatan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada pokok bahasan Statistik adalah sebagai berikut,

a) Kegiatan Awal

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan memotivasi siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat berperan penting dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar.

b) Kegiatan Inti

Sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berlangsung, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari siswa yang heterogen berdasarkan prestasi akademik. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, kemudian guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi sedangkan siswa yang lain ditugaskan untuk mempelajari materi secara individu.

(11)

c) Kegiatan Akhir

Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami materi yang dipelajari.

3. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data hasil dari siswa kelas 1 SD Negeri 3 Tuban yaitu pada siklus I mendapat nilai rata-rata 75, dengan 21 siswa yang memenuhi KKM, serta presentase ketuntasan belajar siswa yaitu 70%. Pada siklus II mendapat nilai rata-rata 80, dengan 25 siswa yang memenuhi KKM, serta presentase ketuntasan belajar siswa yaitu 83,3%.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Yuli. & Arigiyati, T.A. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Snowball Throwing Melalui Pemanfaatan Prized Chart terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP N 11 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 (2), 169-176.

Asmarani, Dewi. (2017). Pembelajaran Statistik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas VII SMP Negeri 1 Singosari. Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Vol. 5 (1), 55-64.

Firdaus, Andi Mulawakkan. (2016). Efektivitas pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Jurnal Tadris Matematika, Vol. 9 (1), 61-74.

Hamid, Sholeh. (2012). Metode Edutainment. Yogyakarta: Diva Press.

Hirzi, R.S. Sripatmi. Hapipi. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Pembelajaran Segiempat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa SMPN 1 Lingsar Kelas VII-1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pijar MIPA, Vol. 10 (1), 37-40.

Lumika, Kholif. (2010). Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TS- TS) pada Materi Dimensi Dua untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMK PGRI 02 Malang.

Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana.

Yanti, S. (2020). Penggunaan Metode Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Soal Cerita pada Siswa SD. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan,, Vol. 6 (3), 227-231.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, (2)

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada mata

Dalam penelitian ini model mengajar matematika yang digunakan dibatasi pada aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran koopertaif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas dan minat belajar matematika siswa, mendeskripsikan pelaksanaan

Hasil dari penelitian mengenai mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada pembelajaran matematika di kelas VIII MTsN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat diterapkan pada materi peniggalan

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diketahui dari