• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP KOMUNITAS AGREGAT BALITA KELOMPOK 1 fiks2 (1)[1][1][1]

N/A
N/A
Ilham Kurniawan

Academic year: 2025

Membagikan "ASKEP KOMUNITAS AGREGAT BALITA KELOMPOK 1 fiks2 (1)[1][1][1]"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN AGREGAT BALITA DUSUN SIMBARINGIN DESA SIDOSARI RT 01&06 KEC. NATAR LAMPUNG

Dosen Pembimbing :

Dwi Agustanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom Pembimbing Lahan :

Ns. Evy Kurniasih, S.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok 1

Adelia Dwi Mayang Sari 2114301001 Agilia Nur Fauziah 2114301002

Alifiardi 2114301003

Alpina Rahmatika 2114301004 Ananda Muhammad R.R 2114301005 Angelika Rabsanjani 2114301006 Bintang Cahyaninda Putri 2114301007 Calvina Chyntia Izumi 2114301008 Dian Maulia Putri Hakim 2114301009 Fadly Prasetya 2114301010 Filiia Nur Fadilla 2114301011

Icha Sagita 2114301012

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2024/2025

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan hasil praktik keperawatan komunitas ini.

Kami sangat berharap laporan hasil asuhan keperawatan komunitas ini dapat berguna dalam rangka manambah wawasan serta pengetahuan Masyarakat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.

Semoga laporan hasil asuhan keperawatan komunitas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Simbaringin, 25 November 2024

Kelompok 1

(3)

DAFTAR ISI

Contents

DAFTAR ISI...3

BAB I... 5

PENDAHULUAN...5

A. LATAR BELAKANG... 5

B. TUJUAN...5

C. MANFAAT... 6

BAB II...7

TEORI... 7

A. Konsep Agregat Dalam Komunitas...7

B. Konsep Keperawatan Agregat dalam Komunitas...16

BAB III...22

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN AGGREGAT DALAM KOMUNITAS...22

A. Pengkajian... 22 B. Analisa Data...Error! Bookmark not defined.

C. Diagnosis Keperawatan...Error! Bookmark not defined.

D. Rencana Keperawatan...Error! Bookmark not defined.

E. Implementasi dan Evaluasi...Error! Bookmark not defined.

BAB IV...Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN...Error! Bookmark not defined.

A. Pengkajian...Error! Bookmark not defined.

B. Diagnosis Keperawatan...Error! Bookmark not defined.

C. Rencana Keperawatan...Error! Bookmark not defined.

D. Implementasi...Error! Bookmark not defined.

E. Evaluasi...Error! Bookmark not defined.

(4)

BAB V...Error! Bookmark not defined.

PENUTUP...Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan...Error! Bookmark not defined.

B. Saran...Error! Bookmark not defined.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan komunitas adalaha pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017). Keperawatan komunitas ini memiliki tujuan dan pencapaian yang dapat dicapai saat pelaksanaan praktik klinik komunitas oleh mahasiswa.

Praktik klinik Komunitas merupakan salah satu bentuk praktik klinik keperawatan yang mengambil lahan praktek di masyarakat. Peran perawat komunitas menurut widyanto, (2014) diantaranya yaitu Pemberi asuhan keperawatan (Care provider), Pendidik (Educator), Konselor (Counselor), Panutan (Role Model), Pembela (Advocate), Manajer kasus (Case Manger), dan sebagai Kolaborator. Pada praktik klinik komunitas yang dilaksanakan di Dusun Sinar Luas, Desa Sidosari ini berada di bawah naungan UPTD Puskesmas Hajimena dimana memiliki wilayah cakupan pelayanan kesehatan di Desa Sidodari, Dusun Simbaringin dan Dusun Sinar Luas, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Membantu masyarakat mengenali dan memecahkan masalah-masalah kesehatan pada anak usia balita yang ada di RT 001 dan RT 006 Dusun Simbaringin.

(6)

2. Tujuan Khusus

a. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, diharapakan orang tua mengetahui penyakit ISPA secara umum.

b. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, diharapkan orang tua mengetahui tentang pencegahan ISPA

c. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, diharapkan orang tua balita dapat mengetahui dan dapat melaksanakan Demonstrasi 6 langkah cuci tangan dengan baik dan benar.

d. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, diharapkan orang tua balita mengetahui dan dapat melaksanakan Demonstrasi pijat bayi/massage untuk meredakan batuk dan flu pada balita.

e. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, diharapkan orang tua balita mengetahui dan dapat melaksanakan Demonstrasi Terapi Komplementer dengan penggunaan aromaterapi minyak kayu putih.

f. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, diharapkan Anak mengetahui Terapi Kognitif bermain memindahkan karton berdasarkan warna dan bentuk.

C. MANFAAT

1. Bagi Mahasiswa

Memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga melalui keterlibatan secara langsung dalam masyarakat untuk menemukan, merumuskan, memecahkan, dan mengatasi permasalahan kesehatan pada masyarakat secara rasional dengan membina kerja sama yang baik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai acuan bahan pertimbangan dan evaluasi perbaikan mutu terhadap pelaksanaan model praktik berikutnya.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan manfaat pengetahuan dan informasi mengenai masalah kesehatan terutama pada orang tua yang balitanya menderita ISPA.

(7)

BAB II TEORI

A. Konsep Agregat Dalam Komunitas

1. Pengertian Agregat dalam Komunitas

Agregat merupakan sekumpulam individu yang tidak berinteraksi satu sama lain, tetapi suatu agregat juga dapat berubah menjadi sebuah kelompok. Contoh agregat misalnya sekumpulan individu dalam bus kota, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan berinteraksi. Lalu lama kelamaan bisa memulai interaksi dan saling mengenal, lambat laun pun dapat menjadi sebuah kelompok.

Agregat penyakit infeksi ialah sekumpulan individu yang mempunyai kekhususan yaitu terjangkit masalah yang sama atau terinfeksi sehingga dikelompokkan menjadi satu kelompok khusus.

2. Pendekatan Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, Kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).

Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan Masyarakat.

a. Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual.Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

b. Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

(8)

Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:

1) Keluarga adalah unit utama dalam Masyarakat dan merupakan Lembaga yang menyangkut kehidupan Masyarakat.

2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan , mencegah, memperbaiki atauoun mengabaikan masalah Kesehatan didalam kelompoknya sendiri.

3) Masalah Kesehatan didalan keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

c. Masyarakat sebagai klien

Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. belum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma.Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral

(9)

pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

3. Tiga Level Pencegahan

Tiga level strategi pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier.

a. Level Primer

Terjadi sebelum system bereaksi terhadap stressor, meliputi promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamkan penguatan fleksible dengan cara mencegah stress dan menguraikan factor-faktor resiko .dilakukan jika resiko utama salah sudah diidentifikasi tapi sebelum terjadi. Strateginya mencakup imunisasai, promosi kesehatan, dan perubahan gaya hidup.

b. Level Sekunder

Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari str .pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan system secara optimal dan memelihara energy jika pencegahan sekunder tidak mendukung system dan interlensi-interlensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.

c. Level Tersier

Dilakukan setelah system ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada perbaikan kembali kestabilitas system klien secara optimal .tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistensi terhadap stressor untuk mencegah reaksi tim kembali atau regresi sehingga dapat mempertahankan energy. Pencegahan tersier cenderung kembali pada pencegahan primer .

4. Peran, Fungsi, dan Tugas Perawat Komunitas

(10)

a. Peran Perawat Komunitas

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat Kesehatan Masyarakat diantaranya adalah:

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care Provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Sebagai pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).

3. Sebagai panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

4. Sebagai pembela (Client Advocate)

(11)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.

Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

5. Sebagai manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

6. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

(12)

8. Sebagai pengidentifikasi masalah Kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah- masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

9. Coordinator pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).

10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

11. Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.

Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

12. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and Researcher)

(13)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

b. Fungsi Perawat Komunitas 1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interpenden

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan

(14)

4. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi Kesehatan Masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

5. Agar Masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang Kesehatan

6. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta Masyarakat

7. Agar Masyarakat bebas mengemukakan pendapat berakitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

c. Tugas Perawat Komunitas

Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

5. Program PIS-PK

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator.Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga.Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut:

(15)

a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan Anggota keluarga tidak ada yang merokok

i. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) j. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

k. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:

a. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.

b. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.

c. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:

a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain- lain).

(16)

b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum berikut.

1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion (FGD) melalui DasaWisma dari PKK.

3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lainlain).

4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.

1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

B. Konsep Keperawatan Agregat dalam Komunitas 1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:

(17)

a. Data Inti:

 Data demografi/distribusi lansia (berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan dan pekerjaan)

 Vital statistik/status kesehatan kelompok lansia (berdasarkan masalah kesehatan, tanda-tanda vital, kebutahan Dasar (pola makan, minum, istirahat, dll), penggunaan alat bantu, Perilaku terhadap kesehatan, tingkat kemandirian, keseimbangan (resiko jatuh)

b. Data Sub Sistem

 Lingkungan fisik, meliputi: pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas wilayah, dan kondisi geografis, data ruangan, ataupun data rumah berupa luas tanah, sumber air, pengolahan sampah, sarana mandi, saluran pembuangan air limbah

 Pelayanan kesehatan dan sosial, meliputi: pelayanan kesehatan, fasilitas sosial (pasar, toko, dan swalayan), jumlah petugas, kegiatan yang dilakukan di masyarakat

 Ekonomi, meliputi: jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan, jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia, sumber pendanaan

 Keamanan dan transportasi, meliputi: saranan jalan dan transportasi di lingkungan kelompok lansia, keamanan lingkungan, keselamatan

 Politik dan pemerintahan, meliputi: system pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan, peraturan pemerintah, program lintas sector dan lintas program

 Sistem komunikasi, meliputi: sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi

 Pendidikan, meliputi: tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan

 Rekreasi, meliputi: kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi

c. Analisa Data

(18)

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Tujuan analisa data:

1) Menetapkan kebutuhan komunitas 2) Menetapkan kekuatan

3) Mengidentifikasi pola respon komunitas

4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan d. Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria penapisan, diantaranya:

1) sesuai dengan perawat komunitas 2) Jumlah yang berisiko

3) Besarnya resiko

4) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan 5) Minat masyarakat

6) Kemungkinan untuk diatasi

7) Sesuai dengan program pemerintah 8) Sumber daya tempat

9) Sumber daya waktu 10) Sumber daya dana 11) Sumber daya peralatan 12) Sumber daya orang

2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada selanjutnya dirumuskan dalam komponen problem/ masalah, etiologi/

penyebab dan data penunjang serta penegakkan diagnosa keperawatan yang berdasarkan dengan tingkat masalah yang ditemukan dengan pembagian diantaranya:

(19)

a. Aktual masalah yang ditemukan sudah benar-benar terjadi dan ditemukan tanda-tanda yang menunjukkan gejala penyakit yang ada pada masyarakat b. Resiko penegakkan diagnosa pada masyarakat yang belum memiliki masalah

yang ada dimasyarakat, namun memiliki penularan yang sangat besar/rentan c. Potensial masalah belum/tidak terjadi namun diperlukan kewaspadaan

terhadap timbulnya suatu penyakit

Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari:

1) Masalah (Problem)

Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal 2) Penyebab (Etiologi)

Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,

lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial sert interaksi perilaku dengan lingkungan

3) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)

Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah (SDKI)

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.

Setelah masalah teridentifikasi dilanjutkan dengan penentuan prioritas masalah dan rencana keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah, hal yang perlu dipertimbangkan adalah sifat masalah yang dihadapi kelompok, tingkat bahaya yang mengancam kelompok, kemungkinan masalah dapat diatasi, berat ringannya masalah yang dihadapi kelompok, kemungkinan masalah dapat diatasi,berat ringanya masalah yang dihadapi kelompok dan sumber daya yang tersedia dalam kelompok.

Selanjutnya menyusun rencana keperawatan kelompok mencakup tujuan keperawatan yang ingin dicapai, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil.Perencanaan keperawatan komunitas disusun

(20)

berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Komponen rencana keperawatan yang disusun harus mencakup : Prioritas masalah,

komponennya antara lain:

1) Diagnosa

2) Sesuai dengan peran perawat 3) Jumlah beresiko

4) Besarnya resiko

5) Kemungkinan untuk penkes 6) Minat masyarakat

7) Kemungkinan untuk diatasi

8) Sesuai dengan program pemerintah

9) Sumber daya: tempat, peralatan, waktu, orang, dana

10) Kemudian dijumlahkan dengan skoring yang sudah disepakati 4. Implementasi

Implementasi ini merupakan fase kerja dalam rangka mencapai tujuan, yang meliputi:

1) Mengorganisasikan 2) Mendelegasikan

3) Mengelola kerja pada setiap tahap tindakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan

Kegiatan-kegiatan dalam implementasi antara lain:

1. Promotif

 Pelatihan kader kesehatan

 Pendidikan kesehatan

 Standarisasi nutrisi yang baik

 Penyediaan perumahan

 Konseling perkawinan

 Pendidikan seks, masalah genetik

 Pemeriksaaan kesehatan secara berkala 2. Preventif

 K3 (keselamatan dan kesehatan kerja)

 Pencegahan penyakit dan masalah kesehatan

 Pemberian nutrisi khusus

 Pengamanan/penyimpanan barang, bahan bahaya

(21)

 Pemeriksaaan kesehatan secara berkala

 Imunisasi khusus pada kelompok khusus

 Personal hygiene & environment

 Menghindari dari sumber alergi, Dll 3. Pelayanan Kesehatan Langsung

 Pelayanan kesehatan posyandu: lansia, balita, dll

 Home care

 Rujukan

 Pembinaan pada kelompok-kelompok dimasyarakat

5. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.Mengevaluasi efektifitas asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan.

Evaluasi dilakukan bersama-sama kelompok, dan merupakan respon kelompok terhadap program kesehatan. Adapun jenis evaluasi terdiri dari evaluasi formatif untuk menilai aktifitas program tiap hari, dan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai aktifitas program jangka panjang atau akhir program.

BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS A. Pengkajian

1. Data Inti Komunitas

Sasaran dalam kegiatan ini adalah RT 01 & RT 06 Desa Simbaringin, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Luas Wilayah Dusun Sinar luas kurang lebih 7 Ha. Jumlah

(22)

keluarga berdasarkan Kartu Keluarga (KK) untuk RT 01 adalah 94 KK dan RT 06 50 KK, tetapi kelompok mendapat data 22 KK dengan 22 responden. Sasaran di dusun Simbaringin adalah Balita. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendeketan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnose keperawatan,dan perencanaan keperawatan . Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.

a. Riwayat atau sejarah perkembangan Komunitas Lokasi :

 Propinsi : Lampung

 Kabupaten/ kotamadya : Lampung Selatan

 Kecamatan : Natar

 Desa : Sidosari

 Dusun : Simbaringin

 RT : 001 & 006 b. Data Demografi

Berdasarkan Usia

20%

12%

43%

25%

USIA RT 001

Balita Anak usia sekolah Dewasa Lansia

Balita 27

Anak usia sekolah 17

Dewasa 59

Lansia 35

(23)

15%

26%

41%

18%

USIA RT 006

Balita Anak usia sekolah Dewasa Lansia

Balita 24

Anak usia sekolah 43

Dewasa 67

Lansia 29

Berdasarkan Pendidikan

9%

37%

39%

9% 6%

Pendidikan RT 002

Tidak sekolah SD SMP

SMA S1

Tidak sekolah 12

SD 48

SMP 51

SMA 12

S1 8

(24)

4%

43%

30%

16%

7%

Pendidikan RT 006

Tidak sekolah SD SMP

SMA S1

Tidak sekolah 5

SD 54

SMP 37

SMA 20

S1 9

Berdasarkan Penyakit pada balita

38%

27%

18%

13%5%

MASALAH KESEHATAN PADA BALITA RT 001

ISPA DERMATITIS DISPEPSIA KARIES GIGI GIZI BURUK

ISPA 10

DERMATITIS 8

DISPEPSIA 10

KARIES GIGI 4

GIZI BURUK 2

(25)

33%

29% 15%

17%

6%

MASALAH KESEHATAN PADA BALITA DI RT 006

ISPA DERMATITIS DISPEPSIA KARIES GIGI GIZI BURUK

ISPA 6

DERMATITIS 1

DISPEPSIA 3

KARIES GIGI 2

GIZI BURUK 1

Berdasarkan Masalah kesehatan prioritas di RT 001 dan RT 006

40%

35%

25%

MASALAH KESEHATAN DI RT 001 DAN 006

ISPA DISPEPSIA DDERMATITIS

ISPA 16

DISPEPSIA 13

DDERMATITIS 9

Perilaku Kesehatan

 11 darai 22 (49,5%) balita jarang menggosok gigi setelah makan

(26)

 9 dari 22 (40,5) balita sering mengonsumsi makanan atau minuman manis

 4 dari 22 (18%) balita memiliki kebiasaan makan terlalu banyak

 4 dari 22 (18%) balita sering diberikan teh atau kopi oleh orangtua nya

 21 dari 22 (94,5) balita memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

 22 dari 22 (100%) balita rutin dibersihkan kukunya

 14 dari 22 (63%) balita bermain di lingkungan yang kotor dan banyak polusi udara

 6 dari 22 (27%) balita memiliki alergi terhadap deterjen

 15 dari 22 (67,5%) balita sering terjatuh saat bermain

 7 dari 22 (31,5%) balita sering mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet

 10 dari 22 (45%) balita memiliki kebiasaan bermain gadget Pengetahuan Kesehatan

 15 dari 22 (67,5%) orangtua balita tidak mengetahui tentang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

 11 dari 22 (49,5%) orangtua balita tidak mengetahui tentang dispepsia

 11 dari 22 (49,5%) orangtua balita tidak mengetahui tentang dermatitis

 7 dari 22 (31,5%) orangtua balita tidak mengetahui tentang karies gigi

 3 dari 22 (13,5%) orangtua balita tidak mengetahui tentang gizi buruk

2. Sub Sistem

a. Lingkungan Fisik

(27)

 10 balita (45,5%) sering diberikan makanan dan minuman manis oleh anggota keluarga

 18 balita (81,8%) berada di lingkungan yang terdapat banyak penjual makanan atau minuman manis

(28)

 13 balita (59,1%) sering mengonsumsi jajanan diluar

 21 balita (95,5%) tinggal di lingkungan yang terdapat banyak penjual jajanan ringan

(29)

 19 balita (86,4%) mendapat makanan dengan gizi seimbang setiap harinya

 10 balita (45,5%) memiliki lingkungan rumah yang memiliki air kotor dan banyak polusi udara

(30)

 14 balita (63,6%) sering terpapar asap rokok disetiap harinya

 3 balita(13,6) tinggal di lingkungan rumah yang memiliki air keruh / kotor

(31)

 16 balita (72,7%) tinggal di lingkungan yang dekat dengan saluran pembuangan air

 8 balita (34,6%) tinggal di lingkungan yang memiliki hewan peliharaan seperti kucing / anjing

b. Pelayanan Kesehatan

Data primer (Wawancara, Observasi, Angket)

 19 balita (86,4%) rutin mendapatkan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan (puskesmas)

 22 balita (100%) mendapatkan imunisasi lengkap

 19 balita (86,4%) sering dibawa ke posyandu setiap bulannya

c. Keamanan dan Transportasi

(32)

o 9 keluarga balita (40,9%) berjalan kaki

o 5 keluarga balita (22,7%) menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi

o 19 keluarga balita (86,4%) menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat transportasi

d. Komunikasi

22 keluarga balita (100%) menggunakan headphone sebagai alat komunikasi guna mendapatkan informasi kesehatan balita

e. Pendidikan

(33)

20 balita (95,5%) tinggal di dekat Taman Kanak-Kanak / PAUD / TPA

f. Ekonomi

 20 keluarga balita (95,5%) memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan balitanya

g. Rekreasi

(34)

 15 balita (75%) mengikuti kegiatan rekreasi yang melibatkan kreativitas balita seperti menggambar, melukis, dan bermain

 7 balita (31,8%) memiliki sarana rekreasi di lingkungan tempat tinggal seperti taman bermain

(35)

B. ANALISA DATA

Analisa Data

DATA MASALAH

Angket :

1. Berdasarkan hasil data yang didapatkan 16 dari 22 anak balita sering mengalami batuk dan pilek

2. Berdasarkan hasil data yang didapatkan 7 dari 22 anak keluarga balita mengetahui tentang ISPA

Wawancara

1. Sebagian orang tua belum mengerti tentang masalah ISPA

Observasi

1. Dari observasi mahasiswa STR Keperawatan Tanjung Karang banyak didapatkan anak dengan kondisi ISPA

Resiko defisit kesehatan komunitas pada agregat balita (peningkatan kasus ISPA) BD rendahnya pengetahuan ibu tentang kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di RT 001 dan 006 Dusun Simbaringin Desa

Sidoasri Kabupaten

Lampung Selatan

Angket :

1. Berdasarkan hasil data yang di dapatkan 11 dari 22 anak keluarga balita mengetahui tentang ISPA

2. Berdasarkan hasil data yang didapatkan 16 dari 22 anak balita sering mengalami batuk dan pilek

3. Berdasarkan hasil data yang di dapatkan 14 dari 22 anak balita sering bermain di lingkungan yang kotor

Wawancara

4. Sebagian Orang tua Belom mengerti apa itu ISPA Observasi:

5. Dari observasi mahasiswa STR Keperawatan Tanjung Karang didapatkan keluarga anak balita kurang

Resiko defisit pengetahuan orangtua tentang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita BD

kurangnya edukasi

kesehatan lingkungan pada orangtua di RT 001 dan 006 Dusun Simbaringin Desa

Sidosari Kabupaten

Lampung Selatan

(36)

memahami tentang penyakit ISPA Angket :

1. Berdasarkan hasil data di dapatkan 14 dari 22 anak balita sering bermain di lingkungan yang kotor

2. Berdasarkan hasl data di dapatkan 15 dari 22 anak balita sering terjatuh saat bermain

3. Berdasarkan hasil data 14 dari 22 anak balita pada lingkungan sekitarnya sering terpapar asap rokok Wawancara :

1. Data wawancara didapatkan sebagian besar orang tua balita sering merokok di sekitar balita

Perilaku kesehatan orangtua pada agregat balita

cenderung berisiko BD perilaku merokok pada keluarga balita di RT 001 dan 006 Dusun Simbaringin Desa Sidosari Kabupaten Lampung Selatan

(37)

LEMBAR PEMERIKSAAN

No KK Nama

balita

Alamat Status pendudu k

Jenis kelamin

Usia (Bulan)

RT NIK TB BB Apakah balita

anda sering mengalami batuk dan pilek ?

Apakah balita anda sering mengalami sesak atau kesulitan bernafas ? 1801041812110073 Fatma Simbaringin,

sidosari

Menetap P 47 06 1801044201210002 97 11 Ya Tidak

- Ibra Simbaringin,

sidosari

Menetap L 18 06 - 77 9,4 Ya Ya

1801041409160036 Jinan Simbaringin, sidosari

Menetap P 36 06 1801046707210002 - 15 Ya Tidak

1801043103110048 Pandu Simbaringin, sidosari

Menetap L 96 01 180104231020001 95 11 Ya Tidak

1871102803090008 Riska Simbaringin, sidosari

Menetap P 15 03 180104007230006 67 9,3 Ya Tidak

1801042001180011 Akhtar Simbaringin, sidosari

Menetap L 38 06 1801042209210003 - 10 Ya Tidak

1871100510120002 Kevin Simbaringin, sidosari

Menetap L 43 01 1801041803210001 - 13 Tidak Tidak

1801043009200008 Naziva Simbaringin, sidosari

Menetap P 23 01 1801045812220001 - 11 Tidak Tidak

1801042701140082 Husna Simbaringin, sidosari

Menetap P 58 01 1801042701140082 - 13 Tidak Tidak

1801042403086805 Azizah Simbaringin, sidosari

Menetap P 53 01 1801042701140082 - 13 Ya Tidak

1871100610200003 Gardika Simbaringin, sidosari

Menetap L 54 01 1801044706200001 - 14 Tidak Tidak

1801045610220001 Okta Simbaringin, sidosari

Menetap P 24 01 1871102511200002 73 11 Ya Tidak

1801042002150007 Nadhiva Simbaringin, sidosari

Menetap P 16 03 1801042406200008 - 8 Ya Tidak

(38)

1801040803100019 David Simbaringin, sidosari

Menetap L 12 03 1801045207230004 73 8,6 Ya Tidak

1801040906220017 Zeline Simbaringin, sidosari

Menetap P 36 03 1801044410210001 - 10 Ya Tidak

1801040906220017 Zico Simbaringin, sidosari

Menetap L 12 01 1801042010230004 - 8,3 Ya Tidak

1801040406090054 Devan Simbaringin,

sidosari Menetap L 13 01 - 73 8 Ya Tidak

1801041108230003 Ikhsan Simbaringin, sidosari

Menetap L 13 01 1801042909230002 75 6,9 Ya Tidak

- Deswita Simbaringin,

sidosari

Menetap P 23 07 - - 11 Ya Tidak

- Dwiyana Simbaringin,

sidosari

Menetap P 46 07 - - 14,5 Tidak Tidak

1801041312210017 Annasya Simbaringin, sidosari

Menetap P 18 01 1801044205230002 64 8,8 Tidak Tidak

1801040304120035 Nizam Simbaringin, sidosari

Menetap L 25 01 - - 10 Ya Tidak

(39)

Rencana Keperawatan DIAGNOESA

KEPERAWATA N

Tujuan Interevensi STRATEGI

Umum Khusus

Resiko defisit kesehatan komunitas pada agregat balita (peningkatan kasus ISPA)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, diharapkan masyarakat mengenali dan

memecahkan masalah- masalah kesehatan pada anak usia balita yang ada di RT 001 dan RT 006 Dusun Simbaringin.

- Masyarakat mengetahui status kesehatan pada balita - Masyarakat

mengetahui tata cara memberikan aromaterapi terhadap balita dengan keluhan ispa - Masyarakat

dapat melakukan pemberian aromaterapi pada balita ISPA

- Masyarakat mengetahui tata cara mencuci tangan 6 langkah dengan benar - Balita lebih

mengenali warna dan bentuk suatu benda.

- Melakukan Skrining kesehatan Balita

- Demonstrasi penggunaan aromaterapi untuk melegakan saluran pernafasan pada balita

-Demonstrasi cara mencuci tangan 6 langkah yang benar,guna mengurangi penularan infeksi - terapi bermain mencocokkan warna dan bentuk benda.

-Skrining kesehatan -Kerja sama lintas program Pemberdayaan masyarakat (demonstrasi pemberian aromaterapi) -Pemberdayaan Masyarakat (Demonstrasi cara mencuci tangan 6

langkah dengan benar)

(40)

Resiko defisit pengetahuan orangtua tentang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada agregat balita.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan Selama 3 hari, diharapkan pengetahuan keluarga tentang apa ISPA meningkat.

- Masyarakat mengetahui apa itu lingkungan bersih dan sehat - masyarakat

mengetahui bahaya polusi terhadap balita - Masyarakat

mengetahui pentingnya menjaga kesehatan lingkungan balita . - Masyarakat

mengetahui tentang pijat bayi dan posisi tidur yang tepat untuk balita yang terkena ISPA

- Melakukan pendidikan kesehatan tentang lingkungan bersih dan sehat - Melakukan

pendidikan bahaya polusi terhadap balita - Melakukan

pendidikan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan pada balita

- Demonstrasi pijat bayi dan Edukasi posisi tidur yang tepat untuk balita yang terkena ISPA

- Penyuluhan kesehatan - Kerja sama

lintas program - Peningkatan

pengetahuan keluarga tentang ISPA

Perilaku kesehatan orangtua pada agregat balita cenderung

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari,

- Masyarakat mengetahui tentang bahaya nya asap rokok terhadap balita

- berikan Penyuluhan Kesehatan tentang bahaya nya asap rokok

-penyuluhsn Kesehatan - lintas sektor kerja program

(41)

berisiko. diharapkan perilaku yang cenderung beresiko untuk balita menurun.

- Masyarkat mengetahui tentang

lingkungan yang bersih dan bebas dari asap rokok dan polusi

-berikan penyuluhan tentang lingkungan yang bersih dari polusi dan asap rokok

(42)

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan DIAGNOSA

KEPERAWATAN

Hari, Tanggal ,Jam

Intervensi Evaluasi

Resiko defisit kesehatan komunitas pada agregat balita (peningkatan kasus ISPA)

Rabu, 20 November 2024 Jam : 09:00

skrining kesehatan balita terkait ISPA:

- Pemeriksaan dibagi menjadi 3 pos sesuai dengan parameter skrining, yaitu:

- Pos 1:

Pengukuran suhu tubuh dan saturasi oksigen (SpO2).

- Pos 2:

Pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar lengan atas (LILA).

- Pos 3:

Wawancara

Evaluasi Struktur

- 81% atau sekitar 17 hadir dan mengikuti skrining hingga selesai.

- Perwakilan pembimbing lahan kelompok 1 dapat menghadiri kegiatan.

- Tempat di Balai Dusun Sidosari dan alat tersedia sesuai rencana.

Evaluasi Proses

- Mahasiswa berperan sesuai dengan tugasnya.

- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncakan

- Undangan yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir Evaluasi Hasil

- Peserta mengikuti skrining dari awal hingga akhir, melanjutkan ke kegiatan selanjutnya yaitu mengikuti penkes. Didapatkan hasil skrining 70% balita (13 anak) mengalami gejala ISPA ringan seperti batuk,

(43)

singkat terkait keluhan ISPA, riwayat paparan asap rokok, dan

pemahaman orang tua tentang pencegahan ISPA.

pilek, dan demam ringan dan 30% balita (5 anak) tidak menunjukkan gejala ISPA tetapi memiliki faktor risiko seperti paparan asap rokok.

Resiko defisit

pengetahuan orangtua tentang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada agregat balita.

Rabu, 20 November 2024 Jam : 09:30

Pendidikan Kesehatan ISPA Terhadap Kesehatan Balita:

- Pemateri memaparkan materi Pendidikan Kesehatan ISPA - Moderator

membuka sesi tanya jawab pada orang tua dan juga kuis.

Evaluasi Struktur

- 81% atau sekitar 18 balita dari undangan dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.

- Pembimbing lahan kelompok 1 dapat menghadiri kegiatan.

- Tempat di Balai Dusun Sidosari dan alat tersedia sesuai rencana.

Evaluasi Proses

- Mahasiswa berperan sesuai dengan tugasnya.

- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncakan

- Undangan yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Peserta berperan aktif

(44)

selama jalannya diskusi - Pelaksanaan kegiatan

Pendidikan Kesehatan ISPA di mulai dengan pemaparan materi dan dilanjutkan dengan sesi diskusi tanya jawab.

Evaluasi Hasil

balita dan orangtua yang hadir 81% yaitu 18 balita. 80% materi yang disampaikan telah dapat dipahami oleh peserta penkes.

Dua peserta mampu

menyebutkan penyebab tanda dan gejala ISPA. Satu peserta mampu menjelaskan bagaimana cara mencegah ISPA.

Risiko defisit kesehatan komunitas pada agregat balita (peningkatan kasus ISPA)

Kamis, 21 November 2024, Jam:

09.00

Demonstrasi cara mencuci tangan 6 langkah yang benar:

- Demonstrator menunjukkan langkah cuci tangan

menggunakan hand sanitizer.

- Orang tua dan balita diajak mempraktikkan langsung.

Evaluasi Struktur:

- 76% (17 orang tua dan balita) hadir.

- Alat dan media tersedia (hand sanitizer, speaker, mic).

- Tempat di Balai Dusun RT 002 sesuai rencana.

Evaluasi Proses:

- Demonstrasi dilakukan secara perlahan dan diulang agar peserta memahami.

- Orang tua aktif mengikuti kegiatan.

Evaluasi Hasil:

- 60% orangtua dapat

mempraktekan cuci tangan 6

(45)

langkah dengan tepat - Satu orang tua mampu mendemonstrasikan ulang 6 langkah cuci tangan di depan.

- Satu orang tua menjawab pertanyaan dengan benar tentang kapan waktu yang tepat untuk cuci tangan.

(46)

Risiko defisit

pengetahuan orang tua tentang ISPA pada agregat balita

Kamis, 21 November 2024 Jam : 09.30

Demonstrasi pijat bayi dan Edukasi posisi tidur yang tepat untuk balita dengan ISPA:

- Dua orang tua mampu

menjelaskan posisi tidur yang tepat untuk balita dengan ISPA.

- Demonstrator menjelaskan pentingnya posisi tidur yang benar (semi-Fowler atau posisi miring).

- Orang tua mempraktikkan posisi tidur menggunakan bantal sebagai alat peraga.

Evaluasi Struktur:

- 76% (17 peserta) hadir.

- Alat peraga tersedia (baby oil, alas tidur bayi, speaker, mic , bantal, poster posisi tidur).

Evaluasi Proses:

- Edukasi berjalan lancar sesuai jadwal.

- Peserta mendengarkan dengan baik dan mempraktikkan posisi tidur.

Evaluasi Hasil:

- 65% orang tua balita dapat mempraktekkan ulang pijat bayi.

- Dua orang tua mampu menjelaskan posisi tidur yang tepat untuk balita dengan ISPA.

- Tiga orang tua mampu mempraktikkan pijat bayi dengan urutan yang benar.

- Tiga orang tua berhasil mempraktikkan posisi tidur dengan bantal yang disediakan.

Resiko defisit kesehatan komunitas pada agregat balita (peningkatan kasus ISPA)

Jumat, 22 November 2024 Jam : 09.00

Terapi

Komplementer Dengan

Aromaterapi Minyak Kayu Putih :

- Demonstrator menjelaskan

Evaluasi Struktur

- 70% atau sekitar 15 balita dari undangan dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.

- Pembimbing lahan dan pembimbing akademik kelompok 1 dapat

(47)

Langkah Langkah pembuatan aromaterapi dengan minyak kayu putih.

- Orang tua mempraktikkan ulang Langkah Langkah pembuatan aromaterapi dengan minyak kayu putih.

menghadiri kegiatan.

- Terjadi kemunduran waktu dimulainya acara

dikarenakan menunggu para ibu balita untuk berkumpul di balai dusun, acara dimulai jam 09.40.

- Tempat di Balai Dusun Sidosari dan alat tersedia sesuai rencana.

Evaluasi Proses

- Mahasiswa berperan sesuai dengan tugasnya.

- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncakan

- Undangan yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Peserta berperan aktif

selama jalannya demonstrasi

- Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan demontrasi pembuatan dan di

demonstrasikan ulang oleh orang tua.

Evaluasi Hasil

Berdasarkan hasil kegiatan terapi komplementer didapatkan balita dan orangtua yang hadir 70% yaitu 15 orangtua dan balita. 70% orangtua dapat menyebutkan Langkah Langkah

(48)

pembuatan aromaterapi. Lima orangtua dapat me-

redemontrasikan kembali pembuatan aromaterapi secara mandiri.

Resiko defisit kesehatan komunitas pada agregat balita (peningkatan kasus ISPA)

Jumat, 22 November 2024 Jam : 09.00

Terapi Bermain Mencocokkan Warna dan Bentuk Benda:

1. Anak-anak diberikan mainan edukatif berupa balok warna- warni dan kartu bergambar berbagai bentuk.

2. Fasilitator menjelaskan aturan permainan (anak

mencocokkan warna dan bentuk).

3. Orang tua membantu anak untuk memahami instruksi

permainan.

4. Anak-anak bermain secara berkelompok dengan

bimbingan orang

EVALUASI STRUKTUR -70% peserta hadir.

- Ruangan nyaman, sirkulasi udara baik.

- Mainan edukatif tersedia sesuai kebutuhan.

EVALUASI PROSES

- Anak-anak antusias saat diberi instruksi permainan.

- Orang tua aktif terlibat dalam mendampingi anak selama kegiatan berlangsung.

- Fasilitator memastikan setiap anak memahami aturan dan mendapatkan kesempatan bermain.

EVALUASI HASIL - 80% anak mampu

mencocokkan warna balok dengan benar.

- 70% anak dapat

mencocokkan bentuk benda secara mandiri.

- Orang tua memahami pentingnya terapi bermain sebagai stimulasi perkembangan

(49)

tua dan fasilitator. kognitif anak balit

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Apakah konseling efektif untuk memperbaiki Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Rumah Tangga bidang kesehatan dan lingkungan ibu anak balita tentang penyakit diare akut

Ada hubungan karakteristik balita (status imunisasi dan status gizi balita), PHBS keluarga (menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, mencuci tangan menggunakan

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita adalah digunakan data sekunder yang terdapat pada buku kartu menuju sehat (KMS) dan juga dari data kesehatan

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita adalah digunakan data sekunder yang terdapat pada buku kartu menuju sehat (KMS) dan juga dari data kesehatan

Khususnya pada bidang kesehatan, masih terdapat ibu yang belum sadar akan kebutuhan menu makanan yang sehat dan tepat sesuai dengan usia balita, baik dari segi

)iagnosa "an  ntervensi

Status gizi balita setelah dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon, sebagian besar status gizinya menjadi

Indikator program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di rumah tangga: - Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan - ASI Eksklusif - Menimbang bayi dan balita - Ketersediaan