Artikel ilmiah ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipertahankan di hadapan para penguji artikel ilmiah program studi D-III Keperawatan, Fakultas Keperawatan Unissula, Semarang, op. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Oleh Ny.Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. artikel ilmiah.
Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Keluarga tercinta Bpk. Sukarlija, Mami Kustimah, Cece El tercinta, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan artikel ilmiah ini. Adik-adik tercinta Lia, Mas Bayu, Mas Septyan, Gita, Maya, Fika, kawan-kawan Ida, Aca, Dina dan seluruh sahabat maya yang selalu ada untuk memberikan semangat dan motivasi bahagia dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.
Teman-teman D-III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang angkatan 2018 yang saling mendukung dalam penyusunan artikel ilmiah ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan artikel ilmiah ini.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan data Rikesda (2010), sistem pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan menurut kelompok umur menunjukkan bahwa bayi usia 0 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar 39,8%, dengan pemberian ASI dominan 5,1% dan dengan pemberian ASI parsial 55,1%. Pada bayi prematur, masalah pada refleks menghisap berhubungan dengan bayi yang lahir kurang dari 34 minggu, sehingga bayi prematur mengalami kesulitan menyusui selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Metode alternatif yang dikenal antara lain: pemberian susu botol atau dot (bottle feeding), pemberian makan dengan sendok (spoon feeding), dan selang lambung oral (OGT) (Riordan & Wambach, 2010).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia tergolong tinggi. Angka kematian neonatal ini terjadi karena berbagai aspek, salah satunya adalah aspek rendahnya status gizi bayi baru lahir yang terjadi akibat kelahiran BBLSR yaitu lahir prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Risiko kematian neonatal dini pada bayi berat lahir rendah adalah 6 kali lebih besar dibandingkan bayi dengan berat lahir normal, dan risiko kematian neonatal dini pada bayi berat lahir rendah adalah 59 kali lebih besar dibandingkan bayi dengan berat lahir normal.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas pada bayi berat lahir sangat rendah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan kondisi klien, maka penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam mengenai kebutuhan nutrisi klien dengan BBLSR.
Manfaat Penulisan
Salah satu patofisiologi BBLR adalah rendahnya asupan makanan pada ibu hamil yang secara langsung berakibat pada berat badan lahir rendah. Kemudian jika dianalisis dari sisi janin, salah satu etiologinya adalah infeksi rahim yang dapat menyebabkan BBLR pada bayi. Bayi berat lahir rendah disebabkan oleh beberapa aspek, seperti infeksi dari faktor ibu, plasenta dan janin, perdarahan antepartum dan multigravida yang tanggal kelahirannya sangat dekat yaitu kurang dari 20 tahun dari usia ibu.
Kondisi sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi jika rendah maka hal tersebut menjadi salah satu faktor pemberian nutrisi tambahan yang kurang dan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Janin kembar, hidramnion, dan kelainan janin merupakan salah satu penyebab janin mengalami pelemahan dinding otot rahim yang dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah karena faktor plasenta. Untuk memastikan bayi dianggap prematur/matang, biasanya dilakukan penilaian usia kehamilan (skor Ballard) yang menggambarkan kematangan fisik untuk menilai refleks bayi.
Tes gemetar dianjurkan untuk bayi prematur yang biasanya digunakan pada saat kelahiran BBLSR dan ibu lupa menstruasi terakhirnya. BBLSR dengan Hiperbilirubin terjadi akibat belum matangnya fungsi hati pada bayi prematur, jika tidak ditangani dengan cepat dapat mengakibatkan kerusakan otak pada bayi yang akan menimbulkan tanda sisa permanen.
Konsep Dasar keperawatan
Biasanya penderita BBLSR dalam keadaan lemah, bayi tampak kecil, gerak bayi masih belum ada dan lemah, berat badan >1500g, tangisan masih lemah. Pemeriksaan : umumnya warna sklera dan konjungtiva normal, lihat reflek kedip atau tidak, pupil isokhorik, jika diberikan cahaya pada pupil akan terjadi miosis atau tidak. Rasional : karena organ pernafasan tidak berfungsi dengan baik maka usaha pernafasan menjadi terganggu dan pola pernafasan menjadi tidak efektif.
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pola pernafasan membaik dengan kriteria : Pola pernafasan membaik. Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan defisit nutrisi membaik dengan hasil pengukuran : peningkatan berat badan. Rasional : Karena jaringan adiposa subkutan lebih tipis, kehilangan panas melalui kulit memerlukan peningkatan asupan kalori sehingga menyebabkan sistem termoregulasi belum matang sehingga termoregulasi menjadi tidak efektif.
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh tetap dalam batas normal dan membaik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko terjadinya infeksi menurun dengan kriteria hasil sel darah putih membaik.
Pathways
Pengkajian
- Identitas
- Alasan dirawat
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat Prenatal
- Riwayat kesehatan keluarga
- Pengkajian status kesehatan
- Pemeriksaan Fisik
- Terapi
- Pemeriksaan Penunjang
- Analisa Data
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Pada pelaksanaan WIB untuk diagnosis kedua dilakukan teknik PMK pada bayi, diperoleh data subjektif dari ibu bayi yang menyatakan siap untuk PMK dan data objektif menunjukkan ibu bayi mengikuti petunjuk PMK yang harus diikuti bayinya. Intervensi pemberian pendidikan kesehatan mengenai gizi bayi baru lahir (ASI Eksklusif) dan penerapan gizi yang tepat pada ibu menyusui merupakan bentuk pendidikan bagi ibu bayi untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi mengenai gizi yang tepat bagi bayi baru lahir hingga gizi. kebutuhan ibu menyusui itu sendiri (Ambarwati, 2010).
PEMBAHASAN
Diagnosa
- Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan prematuritas (D.0149)
- Risiko Ketidakstabilan glukosa darah ditandai dengan bayi lahir prematur (D.0149)
Asupan ASI yang stabil setiap 3 jam dan tambahan nutrisi ASI - Ibu bayi melakukan pelayanan kesehatan dengan penuh semangat.
PENUTUP