ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Kelompok VIII :
1. Suindrati Yuananingsih (1033222047)
2. Sukmawati (1033222059)
3. Sulastri (1033222063)
4. Sumini (1033222100)
KONSEP DASAR PENYAKIT
Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau biasa disebut Coronary Artery Disease (CAD) merupakan gangguan yang teradi pada jantung akibat suplai darah ke jantung yang melalui arteri coroner terhambat. Kondisi ini terjadi karena arteri coroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan dan oksigen bagi sel-sel jantung) tersumbat atu mengalami penyempitan karena endapan lemak yang menumpuk di dinding arteria atau yang disebut dengan plak. Proses penumpukan lemak di pembuluh arteri ini disebut arterosklerosis(Marniati, et al., 2022).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner, penyakit jantung pembuluh darah koroner sering disebabkan obstruksi arteri koroner oleh plak ateroma. Maka dari itu menyebabkan ketidaksesuaian antara aliran darah koroner dan homeostasis adenosin trifosfat ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan (Supriyanto, 2019).
Etiologi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebabkan karena
adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan
pada pembuluh arteri koroner. Hal tersebut dapat
mengakibatkan berhentinya aliran darah ke otot
jantung yang biasanya ditandai dengan nyeri pada
bagian dada. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung dapat hilang, sehingga
mengakibatkan rusaknya sistem pengontrol irama
jantung dan dapat berakhir dengan kematian. PJK
biasanya disebabkan oleh beberapa hal.
Etiologi
Dua penyebab penyakit arteri koroner:
Yang tidak dapat diubah.
1.
Usia, penderita penyakit jantung koroner rata-rata 65 tahun atau lebih dari 85 tahun
2.
Gender dan genetika
3.
Riwayat keluarga
Variabel
1.
Tekanan darah tinggi
2.
Diabetes
3.
Lipid
4.
Merokok
5.
Obesitas
6.
Kurangnya aktivitas fisik
Klasifikasi
Menurut Darmanto (2019), ada empat kategori penyakit jantung koroner:
1. Angina atau angina stabil
2. Angina tidak stabil
3. Angina Prinzmetal
4. Infark miokard akut dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
b. Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI)
Patofisiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis. Dimana terjadinya pembentukan atheroma (plak) yang dapat mengganggu aliran darah pada arteri koroner. Penyebab timbulnya aterosklerosis ada berbagai macam yaitu mulai dari usia, jenis kelamin, terdapat faktor genetik dari keluarga, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes, kurangnya aktivitas dan diet yang kurang baik. Aterosklerosis juga dapat disebabkan oleh metabolisme lemak yang abnormal, cidera atau inflamasi sel endotel yang melapisi arteri (Maharani, 2020).
Menurut Al fajar dalam Nadianto (2018) “Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan karena adanya peningkatan kadar kolesterol LDL (low- density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah.
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung.
Manifestasi Klinis
Gejala penyebab dari penyakit jantung koroner sebagai berikut :
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada iram denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah
Pencegahan
Secara Umum Upaya Pencegahan yang dilakukan pada penderita PJK yaitu:
1.
Olahraga teratur.
2.
Tingkatkan asupan makanan berserat tinggi.
3.
Mempertahankan berat badan yang Anda inginkan.
4.
Kurangi tingkat stres.
5.
Jauhi alkohol, kafein, dan rokok.
6.
Untuk memantau kadar kolesterol darah, lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin.
7.
Menjaga suasana bersih.
Pencegahan
Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komunitas dengan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada kelompok usia tinggi.
Pencegahan sekunder, yaitu upaya pencegahan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat.
Pencegahan tertier merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkat ini dapat berupa rehabilitasi jantung.
Komplikasi
Angina
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh penyempitan arteri, sehingga jantung tidak mendapatkan cukup darah.
Serangan jantung
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot jantung.
Gagal jantung
Gagal jantung terjadi apabila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang menimbulkan serangan jantung.
Gangguan irama jantung (aritmia)
Kurang suplai darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan mempengaruhi impuls listrik otot jantung.
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiogram
STEMI NSTEMI
Evolusi perubahan EKG yang
khas pada miocard infark
Pemeriksaan Penunjang
Enzim Jantung
a. CKMB b. Troponin T c. LDH
Elektrolit
Sel darah putih
Kecepatan sedimentasi
AGD
Kolesterol
Rontgen
Ekhokardiogram
Pencitraan nuklir
a. Talium b. Technetium
Angiografi koroner
Nuklear Magnetic Resonance
Tes stress olahraga
Penatalaksanaan
Keberhasilan terapi ACS bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer klien segera ke unit/instalasi gawat darurat. Terdapat 3 hal yang harus dilakukan pada penderita dengan infark miokard, yaitu :
1.
Memantapkan terbukanya arteri koroner dapat dengan cara fibrinolitik, angioplasti, atau CABG.
2.
Menjaga agar arteri koroner tetap terbuka dengan antikoagulan atau dengan anti platelet.
3.
Mencegah meluasnya kerusakan miokard lebih lanjut
dengan mengurangi oksigen demand atau mencukupi
kebutuhan oksigen
Penatalaksanaan
Protokol tatalaksana awal ACS tanpa elevasi segmen ST :
1.
Oksigen nasal 2-3 L/menit
2.
Aspilet kunyah 160-320 mg
3.
Clopidogrel loding dose 300 mg atau Ticagrelor 180 mg
4.
Nitrat tablet 5 mg SL dapat diulang 3 kali, jika masih nyeri dada diberi Morphin 2,5–5 mg IVatau Pethidin 25 mg IV atau Nitrat IV dosis dimulai dari 5 mikrogram/menit atau dititrasi.
5.
Cek laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Ureum, Kreatinin, GDS, Elektrolit, CKMB, hs-Troponin
6.
ACE Inhibitor (gagal jantung, DM, hipertensi)
7.
Anti iskemik beta bloker (jika tidak ada kontraindikasi) atau kalsium antagonis
8.
Statin
9.
Anti koagulan
Penatalaksanaan
Protokol tatalaksana awal ACS dengan elevasi segmen ST :
1. Onset kurang dari 12 jam:
2. Oksigen nasal 2-3 L/menit.
3. Aspilet kunyah 160-320 mg
4. Clopidrogel loading dose 300 mg atau Ticagrelor 180 mg. clopidrogel loading dose 600 mg hanya diberikan pada klien yang akan dilakukan PPCI dan tidak diberikan pada klien usia lebih dari 75 tahun atau yang rutin mendapat clopidrogel.
5. Nitrat tablet 5 mg SL maksimal 3 kali, jika masih nyeri dada diberikan Morphin 2,5–5 mg IV atau Pethidin 25 mg IV atau Nitrat IV dosis dimulai dari 10 mikrogram/menit.
6. Cek laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Ureum, Kreatinin, GDS, Elektrolit, CKMB, hs- Troponin
7. Penatalaksanaan untuk ACS adalah PCI (Percutaneus Coronary Intervention) dan fibrinolitik. PCI dapat dikerjakan dalam 60 menit di ruang kateterisasi, jika PCI tidak bisa dilakukan diberikan fibrinolitik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data yang harus dikaji pada penyakit jantung coroner menurut Udjianti (2010) dalam Wardana I (2018) :
1.
Biodata
2.
Keluhan Utama
3.
Riwayat penyakit sekarang
4.
Riwayat penyakit masa lalu
5.
Riwayat penyakit keluarga
6.
Riwayat psikososial
7.
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016), adapun diagnosa keperawatan pada penyakit jantung coroner yaitu :
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis : Iskemia. (D.0077)
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen. (D.0056)
3.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas (D.0008)
4.
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteria atau vena (D.0009)
5.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernafasan (D.0005)
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan
oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan
kesehatan (Ali 2016).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi formatif
Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif disebut juga evaluasi akhir dimana dalam
metode evaluasi ini menggunakan SOAP (subjektif, objektif,
assessment, perencanaan).pada evaluasi sumatif ini penulis
menilai tujuan akhir penerapan peningkatan nutrisi tubuh
yang penulis lakukan yaitu ada atau tidaknya perubahan
nutrisi setelah dilakukan peningkatan nutrisi tersebut.
Aspek Legal dan Etik Perawat
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
1.
Aspek Legal: Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasukhak dan kewajibannya.
2.
Aspek Etik: Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu yaitu;
a. otonomi (menghormati hak pasien)
b. non malficience (tidak merugikan pasien)
c. beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien) d. justice (bersikap adil kepada semua pasien)
e. veracity (jujur kepada pasien dan keluarga)
f. fidelity (selalu menepati janji kepada pasien dan keluarga), g. confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien).
Fungsi san Peran Perawat Sebagai Advokasi dan Komunikasi
Peran Perawat
Sebagai Advokat : dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan sebagai informasi dari pemberian pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
Sebagai Komunikasi : bertugas sebagai komunikator yang
menghubungkan klien dan keluarga, antar perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya. Faktor terpenting dalam memenuhi kebutuhan
klien, keluarga dan komunitas adalah kualitas komunikasi.
Fungsi san Peran Perawat Sebagai Advokasi dan Komunikasi
Independen : Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Dependen : Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
Interdependen : Fungsi perawat ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun profesi lainnya