• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat AMI

N/A
N/A
Lahfa Kamila

Academic year: 2024

Membagikan "Asuhan Keperawatan Gawat Darurat AMI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS KEGAWAT DARURATAN ACUTE MIOKARD INFARK (AMI)

Dosen Pengampu Tri Sakti Wirotomo, M.Kep.

Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN TAHUN AKADEMIK 2024/2025

1. Risma Nur Laelatus S. 202102030004 2. Elsya Alfirotul Khasanah 202102030005 3. Meirina Farah Dhiba Z. 202102030018

4. Lahfa Kamila 202102030039

5. Rinda Apriliana 202102030054

6. Dwi Rosa Indah 202102030066

7. Dimas Wisnu Hanggita 202102030101 8. Devita Rachmawati 202102030108

(2)

ii DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 1

BAB II KONSEP TEORI... 2

A. Definisi ... 2

B. Etiologi ... 2

C. Patofisiologi ... 3

D. Manifestasi Klinis ... 4

E. Pentalaksanaan ... 6

F. Asuhan Keperawatan ... 9

BAB III PENUTUP ... 17

A. Kesimpulan ... 17

B. Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keperawatan gawat darurat adalah spesialisasi dalam bidang keperawatan yang fokus pada penanganan pasien yang mengalami kondisi medis yang mengancam jiwa atau darurat. Dalam lingkungan kegawatdaruratan, perawat memiliki peran krusial dalam memberikan perawatan segera dan efektif kepada pasien yang mengalami kondisi medis yang mengancam jiwa atau kondisi darurat lainnya. Mereka sering kali menjadi anggota tim pertama yang memberikan intervensi langsung kepada pasien dan bertanggung jawab atas pemantauan yang cermat terhadap kondisi pasien.

Salah satu aspek penting dari perawatan kegawatdaruratan adalah kemampuan untuk melakukan penilaian cepat terhadap kondisi pasien.

Para perawat harus dapat mengidentifikasi tanda-tanda vital yang mengkhawatirkan dan merespons dengan cepat, seringkali tanpa banyak informasi yang tersedia. Perawat perlu melakukan penilaian awal yang cepat dan komprehensif terhadap pasien untuk mengevaluasi kondisi mereka. Ini meliputi penilaian tanda-tanda vital, gejala klinis, riwayat medis, dan informasi tambahan yang relevan.

Berdasarkan hasil penilaian, perawat menentukan prioritas perawatan untuk pasien. Pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa atau membutuhkan intervensi segera akan diprioritaskan untuk perawatan lebih lanjut. Perawat bekerja sama dengan anggota tim medis lainnya untuk memberikan intervensi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Ini mungkin meliputi resusitasi jantung paru, pemberian obat-obatan darurat, stabilisasi cedera, atau prosedur medis lainnya.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep teori tentang Acute Miokard Infark (AMI) 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Acute

Miokard Infark (AMI)

(4)

2 BAB II KONSEP TEORI A. Definisi

Infark miokard Akut (IMA) juga dikenal sebagai serangan jantung, kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium. Berkurangnya aliran darah di koroner disebabkan karena adanya sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada ateri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut Plak ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri sehingga mepersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagian distal.

IMA adalah suatu keadaan atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard (ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard). Infark miokard mengacu pada proses dimana jaringan miokard mengalami kerusakan dalam region jantung yang mengurangi suplai darah adekuat karena penyempitań kritis arteri koroner akiobat arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus. Jenis infark miokard ada 2 yaitu infark transmural dan infark subendocardial.

B. Etiologi

Akut miokard infark biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati.

Kemampuan memompa jantung setelah suatu serangan jantung secara langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan (infark).

Jika lebih dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau syok

(5)

3

Jantung yang mengalami kerusakan bisa membesar, dan sebagian merupakan usaha jantung untuk mengkompensasi kemampuan memompanya yang menurun (karena jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih kuat). Jantung yang membesar juga merupakan gambaran dari kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah suatu serangan jantung memberikan prognosis yang lebih buruk.

Penyebab lain dari Akut miokard infark (AMI) adalah suatu bekuan dari bagian jantungnya sendiri. Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk dalam jantung, lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner. Kejang pada arteri koroner yang menyebabkan terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau karena merokok, tetapi kadang penyebabnya tidak diketahui.

Lokasi AMI berdasarkan EKG : 1. Inferior : II, III, aVF

2. Lateral : I, aVL, V4-V6 3. Anteroseptal : V1-V3 4. Anterolateral : V1-V6 5. Ventrikel kanan : RV4, RV5 C. Patofisiologi

Dua jenis kelainan yang terja pada AMI adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi AMI daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.

Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan Interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi

(6)

4

ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik.

Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolikventrikel kiriakan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat AMI sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.

Perubahan-perubahan hemodinamik AMI ini tidak statis. Bila AMI makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat AMI akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit AMI tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien AMI inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada AMI inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

D. Manifestasi Klinis

Kejadian AMI sering didahului oleh faktor pencetus yang utama adalah kegiatan fisik yang berat dan stress emosi.

(7)

5 1. Rasa nyeri

Nyeri bervariasi intensitasnya, kebanyakan nyeri hebat lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik, dipaku, dibor, dibakar, lokasi nyeri biasanya pada regio sternal dapat menjalar pada kedua sisi dada, bahu, leher, rahang, dagu, pinggang dan lengan kiri.

2. Mual dan muntah

Diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke traktus gastro intestinal.

3. Dyspnea, takikardia dan peningkatan frekuensi pernafasan 4. Keletihan

5. Rasa cemas, gelisah dan kadang marah

Respon psikologis sebagai akibat serangan jantung yang menyiksa dan ketakutan akan mati serta pengalaman syok dan nyeri sebelumnya.

6. Panas-demam

Kadang didapatkan pada pasien AMI sebagai respon peradangan.

7. Oliguri

Jumlah produksi urin kurang dari 30-40 ml/jam, akibat hipoksia sel neuron oleh karena peprfusi jaringan yang tidak adekuat yang disebabkan oleh hipotensi dan penurunan COP.

8. Pada pemeriksaan EKG

a. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan) 1) Elevast yang curam dari segmen ST

2) Gelombang T yang tinggi dan curam 3) VAT memanjang

4) Gelombang Q tampak

b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian) 1) Gelombang Q patologis

2) Elevasi segmen ST yang cembung ke atas 3) Gelombang T yang terbalik (arrowhead) c. Fase resolusi (beberapa minggu? bulan kemudian)

1) Gelombang Q patologis tetap ada

(8)

6

2) Segmen ST mungkin sudah kembali iseolektris 3) Gelombang T mungkin sudah menjadi normal 9. Pada pemeriksaan darah (enzim jantung: CK 7 LDH)

a. Creatinin kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah awitan infark dan memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah awitan AMI normal.

b. Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-10 hari.

Enzim Meningkat Puncak Kembali Normal

CK 3-8 Jam 10-30 Jam 2-3 Hari

CK-MB 3-6 Jam 10-24 Jam 2-3 Hari

CK-MB2 1-6 Jam 4-8 Jam 12-48 Jam

LDH 14-24 Jam 48-72 Jam 7-14 Hari

LDH1 14-24 Jam 48-72 Jam 7-14 Hari

E. Pentalaksanaan

1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan a. Pada pasien yang masih sadar

Jika orang yang mengalami serangan jantung masih dalam kondisi sadar, pertolongan pertama serangan jantung yang bisa dilakukan antara lain adalah:

1) Coba tenangkan pasien dan hubungi ambulans secepatnya.

2) Sambil menunggu ambulans datang, bimbing pasien untuk duduk di kursi, lantai, atau bersandar pada dinding. Duduk di lantai lebih disarankan karena dapat mengurangi cedera jikalau tiba-tiba pasien pingsan.

3) Setelah ia duduk, longgarkan semua pakaian yang dikenakannya.

4) Jika pasien memiliki obat nitrogliserin yang diresepkan dari dokter, segera berikan obat ini kepadanya. Cara pemberiannya adalah dengan meletakkan tablet di bawah lidah.

(9)

7

5) Bila tersedia, berikan aspirin 325 mg dan mintalah pasien untuk mengunyahnya, namun pastikan Anda yakin pasien tidak punya riwayat perdarahan dan alergi aspirin.

6) Hindari memberikan makanan atau minuman apapun melalui mulut.

7) Setelah pertolongan pertama serangan jantung diberikan dan ambulans datang, segera bawa ke UGD atau rumah sakit terdekat.

8) Bila saat menunggu pasien tidak sadarkan diri, lakukan resusitasi jantung paru.

b. Pada pasien yang tidak sadarkan diri

Untuk pasien yang tidak sadarkan diri, berikut ini adalah pertolongan pertama yang bisa Anda berikan:

1) Segera hubungi ambulans atau mintalah orang lain untuk menghubungi ambulans dan rumah sakit terdekat.

2) Sambil menunggu bantuan datang, baringkan pasien di tempat yang datar dan lakukan RJP (resusitasi jantung paru).

3) Bagi yang belum mendapatkan pelatihan RJP, lakukan tindak kompresi dada saja. Ini dilakukan dengan cara meletakan satu telapak tangan pada bagian tengah dada korban, lalu letakkan tangan satunya di atas tangan yang pertama.

Setelah itu, eratkan jari-jari kedua tangan dan lakukan penekanan pada dada hingga 5–6 cm ke bawah, lalu lepaskan.

Lakukan tindak kompresi dada sebanyak 100-120 kali tiap menit hingga pertolongan datang atau pasien merespons.

Bergantianlah dengan penolong lain jika Anda kelelahan melakukan RJP sendiri.

4) Bagi yang sudah terlatih, Anda bisa melakukan RJP dengan bantuan napas.

5) Jika di sekitar Anda terdapat alat AED (automated external defibrillator), manfaatkanlah. Anda hanya perlu

(10)

8

menyalakannya dan ikuti panduan suara yang keluar dari AED mengenai langkah-langkah penggunaan AED tersebut.

6) Bawa segera pasien ke UGD rumah sakit terdekat.

2. Terapi farmakologis

Penanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi yaitu:

a. Morphin sulfat b. Nitrat

c. Penghambat beta (beta blocker)

Membatasi ukuran infark miokardium penatalaksanaan yang diberikan bertujuan untuk membatasi ukuran infark secara selektif yang dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi. Keempat golongan utama farmakologi yang diberikan adalah:

a. Antikoagulan : mencegah pembentukan bekuan darah yang dapat menyumbat sirkulasi

b. Trombolitik : sering disebut sebagai penghancur bekuan darah, menyerang dan melarutkan bekuan darah

c. Antilipemik : juga disebut hipolipemik atau antihiperlipemik berefek menurunkan konsentrasi lipid dalam darah

d. Vasodilator perifer : bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena vasospasme

Secara farmakologis, obat-obatan yang dapat membantu membatasi ukuran infark miokardium adalah antiplatelet, antikoagulan, dan trombolitik. Selain itu diperlukan pemberian oksigen, pembatasan aktivitas fisik.

3. Terapi non-farmakologis

Beberapa tindakan untuk mengatasi nyeri melalui stimulasi fisik atau perilaku kognitif seperti relaksasi. Relaksasi ini merupakan tindakan untuk membebaskan fisik dan mental dari ketegangan dan stress yang pada akhirnya dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu teknik relaksasi sederhana yaitu melalui pernapasan abdomen dengan

(11)

9

frekuensi lambat dengan irama teratur. Pasien bernapas dengan perlahan dan teratur dengan perasaan nyaman sambil memejamkan mata. Untuk mempertahankan irama yang teratur dan konstan, pasien dianjurkan menghitung dalam hati dengan lambat pada saat inspirasi (“hirup, dua, tiga”), begitu pula pada saat ekspirasi (“hembuskan, dua, tiga”)

F. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian pada Klien dengan Infark Miokard

Pengkajian pada klien dengan infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien melalui pengkapan sistem kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan dengan sistem mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala seperti nyeri dada, sulit bernapas (dispnea, palpitası, pingsan/sinkop), atau keringat dingin (diaforesis).

a. Keluhan Utama

Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.

b. Riwayat Penyakit Saat Ini

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi:

Provoking Incident : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.

Quality of Pate : Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau diremas.

Region : Radiation, Relief : Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas

(12)

10

hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.

Severity (Scale) of Pain : Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 dan (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan.

Biasanyia pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-10).

Time : Sifat mula timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri dada mumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan berlangang lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi saat ini. Data ini diperoleh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, diabetes melitus, atau hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat- obatan antihipertensi

Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.

d. Riwayat Keluarga

Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga. anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit Jantung iskemik pada keturunannya.

(13)

11

e. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup

Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok

Di samping pertanyaan-pertanyaan di atas, data biografi juga merupakan data yang perlu diketahui seperti nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya perhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya adalah

"Ya" dan "Tidak" atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar.

f. Pengkajian Psikososial

Integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat. marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, khawatir tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Gejala perubahan integritas ego yang dapat dikaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri Perubahan interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stres yang dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, atau kesulitan koping dengan stresor yang ada.

g. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan keadaan Umum, kesadaran klien AMI biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.

(14)

12

B1 (Breathing)

Klien terlihat sesak frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnes kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.

B2 (Blood) 1. Inspeksi

Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.

2. Palpasi

Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada AMI tanpa komplikası biasanya tidak ditemukan.

3. Auskultasi

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan AMI. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada AMI tanpa komplikasi.

4. Perkusi

Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

B3 (Brain)

Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan sianosis perifer. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan

(15)

13

menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium.

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan AMI karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama AMI.

B6 (Bone)

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tak teratur. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktivitas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.

b. Aktual/risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.

c. Risiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

(16)

14 3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Intervensi 1. Nyeri yang berhubungan

dengan

ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium peningkatan produksi asam laktat.

1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya, dan penyebaran

2. Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera

3. Lakukan manajemen nyeri keperawatan seperti :

 Atur posisi fisiologis

 Istirahatkan klien

 Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal/masker sesuai indikasi

 Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung

 Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri

 Ajarkan Teknik distraksi pada saat nyeri

 Lakukan manajemen sentuhan

4. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antianginal :

 Antiangina (Nitrogliserin)

 Analgesik (Morphin 2-5 mg intravena)

 Penghambat beta seperti Atenolol, Tonormin, Pindolol (Visken), Propanolol (Inderal)

 Penghambat kalsium seperti Verapamil (Calan), Diltiazem (Prokardia)

5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antikoagulan :

 Heparin

(17)

15

6. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis trombolitik

7. Kolaborasi untuk tindakan terapi non- farmakologis :

 PTCA (Angioplasti koroner transluminal perkutan)

 CABG 2. Aktual/risiko tinggi

penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.

1. Ukur tekanan darah. Bandingkan tekanan darah kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan

2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi 3. Auskultasi dan catat terjadinya bunyi

jantung S3 atau S4

4. Auskultasi dan catat murmur 5. Pantau frekuensi jantung dan irama

6. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan mudah dikunyah, batasi asupan kafein

7. Kolaborasi :

 Pertahankan jalur IV pemberian heparin (IV) sesuai indikasi

 Pantau data laboratorium enzim jantung, GDA, dan elektrolit

3. Risiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak

mau menerima

perubahan pola hidup yang sesuai.

1. Identifikasi faktor yang mendukung pelaksanaan terapeutik

2. Berikan penjelasan penatalaksanaan terapeutik lanjutan

3. Beri penjelasan tentang :

 Pemakaian obat nitrogliserin

 Perubahan pola aktivitas

 Pendidikan kesehatan tentang diet

(18)

16

 Hindari merokok

 Hindari dingin

 Hindari maneuver dinamik

 Pendidikan kesehatan tentang seksual

 Pembatasan asupan garam

 Stress emosional

4. Beri dukungan secara psikologis

(19)

17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Infark Mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan antara suplai

& kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian. Berkurangnya aliran darah di koroner disebabkan karena adanya sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. Jenis infark miokard ada 2 yaitu infark transmural dan infark subendocardial. Penyebab lain dari Akut miokard infark (AMI) adalah suatu bekuan dari bagian jantungnya sendiri. Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk dalam jantung, lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner. Kejang pada arteri koroner yang menyebabkan terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau karena merokok, tetapi kadang penyebabnya tidak diketahui.

B. Saran

Diharapkan dengan makalah ini dapat memberikan gambaran untuk permasalahan yang terjadi pada pasien Akut Miokard Infark. Tenaga kesehatan khususnya perawat perlu menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan tepat dan fokus, dan memberikan asuhan keperawatan serta memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan bagi pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik secara referensi maupun cara penulisan atau penyusunan. Maka dari itu, kami harap masukan (saran) untuk perbaikan pada masalah-masalah selanjutnya baik dari dosen pengampu mata kuliah atau dari pembaca.

(20)

18

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Salemba Medika.

Nugroho, T., Putri, B. T., & Putri, D. K. (2016). TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (Cetakan Pe). Nuha Medika.

Sofiah, W., & Roswah, L. F. (2022). Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami Infark Miokard Akut Dengan Nyeri Melalui Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 10 No. 01.

https://doi.org/10.36085/jkmb.v10i1.3245

T, M. N. (2020). Ketahui Pertolongan Pertama Serangan Jantung untuk Menyelamatkan Nyawa. Alodokter. https://www.alodokter.com/ketahui- pertolongan-pertama-serangan-jantung-untuk-menyelamatkan-nyawa

(21)

19

RUBRIK PENILAIAN SEMINAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UMPP

Kelompok :

Nama Mahasiswa (NIM) : 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Judul Makalah : ...

No ASPEK YANG

DINILAI BOBOT NILAI NILAI X

BOBOT 0 1 2

1. Kesesuaian sistematika

dengan petunjuk 3

2. Penggunaan bahasa

sesuai dengan EYD 3

3. Kesesuaian topik 5

4.

Ketepatan Pengkajian Kegawatadaruratan dan Komprehensif

6

5.

Ketepatan Penatalaksanaan

Kegawatadaruratan dan Perawatan Akut

6

6. Kemampuan

mempresentasikan 5

7.

Kemampuan

mengintegrasikan dan mengaplikasikan ilmu- ilmu dasar terhadap kasus makalah

7

8.

Kemampuan penguasaan pengetahuan selama presentasi

5

9.

Organisasi/efisiensi dalam proses

penyampaian makalah

5

10.

Performance mahasiswa:

attitude, sistematik, dan soft skill

5 Total 50

(22)

20 NILAI AKHIR = NILAI X BOBOT

EVALUATOR

( )

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pada arteri koroner, sehingga suplai darah, oksigen dan nutrisi akan berkurang ke

Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada pembuluh koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK) dan kerusakan otot jantung

Dari keempat pengertian diatas maka dapat disimpulakan bah5a Akut Miokard Infark (AMI) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau kematian otot jantung yang

Infark miokard adalah nekrosis iskemik miokard disebabkan obstruksi suplai darah arteri salah satunya karena terjadinya oklusi Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika

Karena penyempitan dinding pembuluh darah pada arteri koronaria menyebabkan suplay oksigen yang menuju ke jantung berkurang, jantung yang kekurangan oksigen akan mengubah

Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya sakit dada

Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari infark

Infark myocard (serangan jantung) terjadi ketika sebuah arteri koroner terblok parsial oleh bekuan darah, yang menyebabkan beberapa otot jantung yang disuplai oleh arteri