• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL

N/A
N/A
Hayati Noferwina Telaumbanua 10

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL

DISUSUN OLEH :

1. ANGEL CICILIA GINTING 032021004

2. CYNTIA BASA VALENTINE 032021010

3. ELY ERDAWATY TUMANGGOR 032021017

4. FRANSISKA ICHA JELITA ZENDRATO 032021023

5. KURNIA SINAGA 032021029

6. MUHAMMAD RAFLI 032021035

7. PUTRI CRISTINE HUTASOIT 032021041

8. VINCI OKTAVIANI DAWOLO 032021047

KELOMPOK III

DOSEN PEMBIMBING : Imelda Derang., S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN

(2)

T.A 2022 / 2023 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur para penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, para penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan terima kasih juga, kami sampaikan kepada dosen pengampu matakuliah ini, yang telah dengan rela hati membekali, membimbing dan membantu dalam penyusunan makalah ini hingga selesai.

Dalam penyusunan makalah ini, kami para penulis sangat menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam makalah ini, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kehilafan yang kami miliki. Maka dari itu, dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.

Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga. Semoga Tuhan membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta berkat- Nya atas bantuan yang telah para diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi kita semua.

Medan, 21 Februari 2023

Kelompok I

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.(Nidia Rosmawanti;2020)

Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut(acute renal failure = ARF)dan gagal ginjal kronik(chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.(Nidia Rosmawanti;2020)

1.2 Tujuan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal adalah kondisi dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring cairan sisa-sisa makanan. Saat kondisi ini terjadi maka kadar racun dan cairan berbahaya akan terkumpul didalam tubuh dan dapat berakibat fatal. Salah satu penyebab nya adalah penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi tanpa pengawas dokter, misalnya obat penghilang rasa sakit (analgesic) yang kerap kali ditemui diwarung. Sejumlah obat disinyalir merusak ginjal antara lain analgesik, obat-obatan pelangsing, jamu pegal linu, obat anti peradangan non-steroid juga aminoglikod. Obat-obatan analgesik atau penghilang rasa sakit punya efek langsung terhadap ginjal yang menyebabkan kerusakan langsung (Nidia Rosmawanti;2020)

Salah satu penyakit yang sering sekali dijumpai dikalangan masyarakat adalah Gagal Ginjal. Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga pada akhirnya tidak mampu lagi bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, dalam menjaga keseimbangan cairan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit Gagal Ginjal bisa dialami oleh siapa saja tidak mengenal batas usia dewasa terlebih pada lanjut usia. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit ginjal merupakan salah satu penyebab terlambatnya dalam pendektesian penyakit ginjal.(Nidia Rosmawanti;2020)

Gejala penyakit merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat mengancam kesehatan seseorang, namun pada kenyataannya gejala penyakit tersebut terkadang dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi saat ini, resiko yang ditimbulkan oleh gejala yang dialami seseorang dapat diketahui dengan cepat.

Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting, akan tetapi terkadang banyak orang kurang memperhatikannya. Keluhan dan gejala yang dirasa pasien dapat bermacam-

(5)

macam dan tidak menutup kemungkinan sulit untuk pasien mengetahui dan menentukan jenis penyakit yang diderita.(Nidia Rosmawanti;2020)

2.2 Etiologi Gagal Ginjal Kronik 1. Gagal ginjal akut

Kerusakan ginjal akut adalah kondisi kerusakan pada sel ginjal dan fungsi ginjal menurun secara tibatiba yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, pola hidup yang buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, obesitas, penyakit bawaan diabetes dan hipertensi, serta pengaruh terapi obat Kerusakan ginjal ditandai dengan manifestasi klinis, seperti ketidakseimbangan elektrolit, ketidakseimbangan asam- basa, dan azotemia (meningkatnya kadar nitrogen urea dan kreatinin di dalam darah) (Arie Zainul Fatoni; 2018

Tiga katagori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:

a. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)

Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume (hemoragi atau kehilangn cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif atau syok kardiogenik)(Arie Zainul Fatoni;

2018)

b. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)

Etiologi intrarenal disebabkan oleh semua gangguan ginjal baik di tubuli ginjal, parenkim, glomeruli, maupun pembuluh darah ginjal. Gagal ginjal intrarenal biasanya terjadi didalam rumah sakit (hospital-acquired) atau terjadi sebagai kelanjutan dari gagal ginjal prerenal (hipoperfusi) yang terjadi di luar rumah sakit dan tidak ditatalaksana dengan baik sehingga berlanjut menjadi tubular necrosis acute (TNA). TNA paling sering disebabkan oleh sepsis (50%), obatobatan nefrotoksik (35%), dan keadaan iskemia (15%).(Arie Zainul Fatoni; 2018)

Beberapa faktor dapat menjadi predisposisi AKI renal adalah hipertensi, gangguan jantung, gangguan hati, diabetes mellitus, usia lanjut, atau penyakit vaskular perifer.Kategori AKI renal dapat dibagi menjadi :

(6)

1. Keadaan yang mencederai glomerulus 2. Keadaan yang merusak epitel tubulus ginjal,

3. Keadaan yang menyebabkan kerusakan intertisium ginjal

4. Keadaan yang mencederai kapiler glomerulus atau pembuluh darah kecil ginjal lainnya.

Jenis penggolongan ini berdasarkan pada lokasi cedera primer, namun karena system pembuluh darah ginjal dan sistem tubulus secara fungsional saling bergatung maka kerusakan pembuluh darah ginjal dapat mengakibatkan kerusakan tubulus, begitu juga sebaliknya.(Arie Zainul Fatoni; 2018)

c. Pasca renal

AKI pascarenal terjadi akibat obstruksi pada saluran air kemih apapun etiologinya. Obstruksi dapat terjadi di bawah kandung kemih (uretra) atau pada kedua ureter yang akan menghambat aliran urin. Beberapa penyebab AKI pascarenal adalah sumbatan bilateral ureter atau pelvis renalis oleh batu atau gumpalan darah yang besar, sumbatan kandung kemih, dan sumbatan di uretra(Arie Zainul Fatoni;

2018)

Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :

1)Hipovolemia

2)Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif

3)Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, ekuan darah, atau batu ginjal, dan

4)Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal 2. Gagal ginjal kronik

Gagal ginlal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang progresil dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia. (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Dialisis atau transplantasi ginjal kadangkadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien (Cut Husna;2010)

Dari data yang dikumpulkan oleh /ndonesrb n Renal Registry (IRB) pada tahun 2007- 2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonelritis

(7)

(25%), diabetes melitus (23%\, hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Cut Husna;2010)

 Glomerulonelritis

Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila'penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonelritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multiple atau amiloidosis.(Cut Husna;2010)

 Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (2003) dalam Soegondo (2005) diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.(Cut Husna;2010)

 Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi). (Cut Husna;2010)

 Ginjal polikistik

Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian besar baru bermanilestasi pada usia di atas 30 tahun.(Cut Husna;2010)

(8)

2.3 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik Gambarnya pathway

(9)

Gagal ginjal kronik

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sabagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya sering. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yan bisa direabsopsi berakibat diuresi osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.(Barbara C Long,1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis. (Brunner & Suddarth, 2001 :1448).

2.4 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik dhkdhfe

A. Gejala dini :

Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi. Sakit kepala awalnya pada penyakit CKD memang tidak akan langsung terasa, namun jika terlalu sering terjadi maka akan mengganggu aktifitas.

Penyebabnya adalah ketika tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen dalam jumlah cukup akibat kekurangan sel darah merah, bahkan otak juga tidak bisa memiliki kadar oksigen dalam jumlah yang cukup. Sakit kepala akan menjadi lebih berat jika penderita juga bermasalah dengan anemia.

B. Gejala yang lebih lanjut :

Anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu makan turun, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. Anoreksia adalah kelainan psikis

(10)

yang diderita seseorang berupa kekurangan nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Gejala mual muntah ini biasanya ditandai dengan bau mulut yang kuat yang menjadi tidak nyaman, bahkan keinginan muntah bisa bertahan sepanjang waktu hingga sama sekali tidak bisa makan. Pada nafsu makan turun disebabkan karena penurunan nafsu makan berlebihan, ginjal yang buruk untuk menyaring semua racun menyebabkan ada banyak racun dalam tubuh. Racun telah mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh.

C. Manifestasi klinik menurut Smeltzer, S.C. & Bare (2015) antara lain :

Karena hampir setiap sistem tubuh terkena ESRD pasien menunjukkan sebuah tanda dan gejala menurut Broscious dan Castagnola 2006.Keparahan dari tanda dan gejala ini sebagian bergantung pada derajat gangguan ginjal kondisi lain yang mendasari dan usia pasien .Penyakit Kardiovaskular adalah penyebab utama kematian pada pasien dengan ESRD Burrows dan Muller 2007.Neuropati Perifer, kelainan pada sistem saraf

perifer,terjadi pada beberapa pasien. Pasien mengeluh sakit parah dan tidak nyaman.

Sindrom kaki gelisah dan kaki terbakar dapat terjadi pada tahap awal neuropati perifer uremik (Phillips &Ryr 2005,Slack dan Landis,2006).Mekanisme yang tepat untuk banyak tanda dan gejala sistemik ini belum teridentifikasi namun secara umum dianggap bahwa akumulasi produk limbah uremik adalah kemungkinan penyebabnya.

Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin – angiotensin - aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

D. Manifestasi klinik menurut Nahas (2010) adalah sebagai berikut:

1. Gangguan kardiovaskuler :

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effuse perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian pergelangan kaki, tangan, wajah, dan betis. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak bisa mengeluarkan semua cairan yang menumpuk dalam tubuh, gejala ini juga sering disertai dengan beberapa tanda

(11)

seperti rambut yang rontok terus menerus, berat badan yang turun meskipun terlihat lebih gemuk.

2. Gangguan pulmoner :

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

3. Gangguan gastrointestinal :

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.

4. Gangguan musculoskeletal :

Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas).

5. Gangguan integumen :

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

6. Gangguan endokrin 7. Gangguan seksual :

Libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore.

Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.

8. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

9. System hematologi :

Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

2.5 Farmakologi pada kasus Gagal Ginjal Kronik

Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian agen pengikat fospat yang diresepkan suplemen,kalsium,obat anti hipertensi dan jantung,obat anti kejan dan erytropoietin (epogen)

(12)

2.6 Terapi diet pada kasus Gagal Ginjal Kronik

Intervensi diet diperlukan dengan penurunan fungsi ginjal dan termasuk pengaturan asupan protein yang hati-hati,asupan cairan untuk menyeimbangkan kehilangan cairan,asupan natrium untuk menyeimbangkan kehilangan natrium dan beberapa pembatasan kalium.Pada saat yang sama,asupan kalori yang cukup dan suplementasi vitamin harus dipastikan.Protein dibatasi karna uraian asam urat dan asam organik prouk penguraian protein makanan dan jaringan berakumulasi dengan cepat didalam darah ketika ada gangguan pembersihan ginjal.Protein yang dipernbolehkan harus bernilai biologis tinggi.Protein bernilai biologis tinggi adalah protein lengkap dan memasok asam amino essensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.

2.7 Persiapan, pelaksanaan dan paska pemeriksaan diagnostik dan laboratorium pada kasus Gagal Ginjal kronik

1. Hemoglobin

Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa kadar protein yang ada di dalam sel darah merah. Nilai normalnya : untuk pria 14-18 g/dl, dan untuk perempuan 12-16 g/dl.

2. Albumin

Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa fungsi organ ginjal. Nilai normalnya : 3,4-5,4 g/dl.

3. Nitrogen Urea Darah (BUN)

Pemeriksaan darah ini mengukur urea. Nilai normalnya : 5-25 mg/dl.

4. Kreatinin (Serum)

Pemeriksaan darah ini digunakan untuk mendiagnosis disfungsi ginjal. Kreatinin adalah sisa pemecahan otot yang diekskresikan oleh ginjal. Perbandingan nilai normal BUN/kreatinin yaitu 10:1. Nilai normal : serum 0,5-1,5 mg/dl.

5. Klirens Kreatinin

(13)

Pemeriksaan urine 24 jam untuk mengidentifikasi disfungsi ginjal dan memonitor fungsi ginjal. Nilai normal : 85-135/menit.

6. Sistasin C

Pemeriksaan darah ini dapat digunakan untuk alternatif pemeriksaan kreatinin guna melakukan skrining dan memonitor ginjal pada orang 13 yang diduga mengalami penyakit ginjal. Sistain C merupakan inhibitor proteinase sistein yang disaring oleh ginjal.

7. CT Scan

Ginjal CT scan digunakan untuk mengevaluasi ukuran ginjal, tumor, abses, massa suprarenal dan obstruksi.

8. Sistometogram (CMG, cystometogram) / (Sistogram berkemih)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi kapasitas kandung kemih dan fungsi neuromuskular kandung kemih, tekanan uretra, dan penyebab disfungsi kandung kemih.

9. GFR terukur (estimed GFR, eGFR)

GFR terukur dianggap sebagai cara yang paling akurat mendeteksi perubahan fungsi ginjal. Nilai normal : 90-120 ml/menit.

10. IVP (intravenous pyelogram)

IVP merupakan pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk memvisualisasikan seluruh saluran ginjal untuk mengidentifikasi ukuran, bentuk, dan fungsi ginjal yang abnormal.

11. MRI ginjal

MRI digunakan untuk memvisualisasikan ginjal dengan mengkaji gelombang frekuensi radio dan perubahan medan magnetik yang ditunjukkan pada layar komputer.

12. Scan kandung kemih ultrasonik portabel

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai urine residual.

(14)

13. Erteriogram atau angiogram ginjal

Pemeriksaan radiologi ini dilakukan untuk memvisualisasikan pembuluh darah ginjal guna mendeteksi stenosis arteri renalis, trombosis atau embolisme ginjal, tumor, kista.

14. Biopsi ginjal

Biopsi ginjal dilakukan untuk menentukan penyebab penyakit ginjal, mencegah terjadinya metastasis kanker ginjal, atau bila ada penolakan dengan transplantasi ginjal.

15. Scan ginjal

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi aliran darah, lokasi, ukuran, dan bentuk ginjal, serta untuk mengkaji perfusi ginjal dan produksi urine.

16. Ultrasonografi ginjal

Pemeriksaan non invasif dilakukan untuk mendeteksi massa ginjal atau perirenal, mengidentifikasi obstruksi, dan mendiagnosis kista ginjal.

17. Urine residual (postvoiding residual urine)

Pemeriksaan urine residual dilakukan untuk mengukur jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih setelah berkemih.

2.8 Asuhan keperawatan (pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual) pada kasus Gagal Ginjal Kronik

1. Pengkajian Pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik Pemeriksaan fisik

1) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.

2) Kepala

 Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema periorbital.

 Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.

 Hidung : pernapasan cuping hidung

 Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.

3) Leher : pembesaran vena leher.

4) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal

(15)

dan kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub pericardial.

5) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.

6) Genital : atropi testikuler, amenore.

7) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.

8) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.

Derajat edema:

- Derajat I: Kedalamannya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik.

- Derajat II: Kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik.

- Derajat III: Kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik.

- Derajat IV: Kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik.

2.Diagnosa Keperawatan Pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme Regulasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan

3.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring

3. Intervensi Keperawatan Pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik

1. Kaji status cairan a. Berat harian

b. Keseimbangan supan dan keluaran c. Turgor Kulit Dan adanya edema d. Distensi vena leher

e. Tekanan darah,denyut nadi dan ritme f. Tingkat pernafasan dan upaya

2. Batasi asupan cairan sesuai volume yang ditentukan

3. Identifikasi Potensi sumebr cairan obat dan cairan yang digunakan untuk minum atau memberikan obat oral dan intravena

4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pembatasan cairan 5. Bantu pasien mengatasi ketidaknyamanan akibat restriksi cairan 6. Berikan atau anjurkan kebersihan mulut yang sering

(16)

Rasional

1. Penilaian menyediakan basis data dasar dan berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

2. Pembatasan cairan akan ditentukan berdasarkan berat badan produksi urin dan respons terhadap terapi

3. Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi Hasil Yang diharapkan

1. Tidak menunjukkan perubahan berat badan yang cepat 2. Pertahankan pembatasan diet dan cairan

3. Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema 4. Menunjukkan tanda tanda vital normal

5. Tidak menunjukkan distensi vena leher

6. Melaporkan tidak ada kesulitan bernafas atau sesak nafas 7. Sering melakukan kebersihan mulut

8. Berkurangnya rasa haus

9. Melaporkan penurunan selaput lendir mulut

Ketidakseimbangan Nutrisi Intervensi Keperawatan 1. Kaji status gizi

a. Perubahan berat badan b. Nilai laboratorium

2. Kaji Pola diet Nutrisi Pasien a. Riwayat pola makan

b. Preferensi makanan c. Jumlah kalori

3. Kaji faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan asupan gizi a. Diet tidak enak untuk pasien

b. Depresi

c. Kurangnya pemahaman tentang pantangan makanan d. Stoamtitis

4. Berikan referensi makanan pasien dalam batasan diet 5. Tingkatkan asupan makanan protein bernilai biologis tinggi 6. Dorong cemilan tinggi kalori,

(17)

Alasan

1. Data dasar memungkinkan perubahan dan evaluasi efektifitas intervensi 2. Pola diet dulu dan sekarang dipertimbangakan dalam perencanaan makan

3. Informasi tentang faktor-faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan asupan makanan yang memadai disediakan

Hasil Yang Diharapkan

1. Mengonsumsi protein dengan nilai biologis tinggi memilih makanan dalam batasan diet 2. Mengkonsmsi makanan berkalori tinggi dalam batasan diet

3. Minum obat sesuai jadwal

4. Mendemonstrasikan turgor kulit normal tanpa edema 5.

2.9 Pendidikan kesehatan dan upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada kasus GGK

Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan di mana ginjal mengalami kerusakan yang serius sehingga tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.Fungsi utama ginjal adalah untuk menyaring darah dari limbah beracun ataupun cairan berlebih dalam tubuh, jika ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kadar racun dan cairan berbahaya akan terkumpul di dalam tubuh. Hal inilah yang nantinya memberikan masalah bagi kesehatan. Bahkan, jika tidak segera ditangani, ginjal yang mengalami kerusakan ini akhirnya bisa berhenti berfungsi sepenuhnya. Akibatnya, bisa fatal bahkan mematikan.

Penyebab penyakit ini umumnya akibat komplikasi dari penyakit diabetes dan hipertensi. Harus waspada jika mengalami kencing berdarah, kencing berbusa, dan pembengkakan di beberapa bagian tubuh. Hal tersebut bisa jadi tanda penyakit gagal

(18)

ginjal kronis. Selalu diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis, pengobatan serta perawatan yang terbaik.

Kementerian Kesehatan sesungguhnya telah memiliki upaya pencegahan dan pengendalian komplikasi pada pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dengan perilaku ''CERDIK”.Perilaku CERDIK merupakan harapan untuk dilakukan sebagai perilaku sehat oleh masyarakat Indonesia dalam hal pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).

 Cek Kesehatan secara Berkala:

Cek tekanan darah, Cek kadar gula darah yang menunjukkan kadar glukosa dalam darah danCek kolesterol total. Selain itu, pasien dengan CKD harus menjalani HD secara rutin. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam mengurangi resiko dari komplikasi pada pasien CKD.Enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup dan kelola stress.

 Pemenuhan Kebutuhan Fisik:

Pengaturan nutrisi, pengaturan intake cairan, regiment pengobatan dan akses vaskuler. Penting juga untuk melakukan perawatan akses tersebut secara mandiri mengingat bahwa akses ini akan selalu digunakan pasien untuk hemodialisa. Selain itu beberapa hal yang tidak boleh dilakukan pada daerah akses vaskuler ( lengan cimino), juga penting dijelaskan pada pasien seperti tidak boleh dilakukan pengukuran tekanan darah atau mengangkat benda berat, dan lakukan latihan meremas- remas bola untuk mempertahankan akses vaskuler tetap baik.

 Aktifitas istirahat/ tidur dan olahraga, dalam sehari, asupan cairan cukup sesuai yang dianjurkan. Namun pada kondisi tertentu, misalnya mengalami penyakit ginjal yang berat, asupan cairan justru harus dibatasi sesuai kebutuhan. Pada penderita gagal ginjal kronik, pemberian air berlebihan bisa mempercepat penurunan fungsi ginjal. Karena dengan penyakitnya ini membuat seseorang tidak bisa mengeluarkan cairan secara normal.

 Pembatasan konsumsi cairan juga harus memperhatikan produksi pembuangan urine dalam sehari. Karena umumnya seseorang yang mengalami penyakit ginjal jadi lebih jarang membuang urine. Jangan sampai jumlah cairan yang masuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan. Selain membuat fungsi ginjalnya semakin menurun, juga berisiko mengalami “overhidrasi” atau kelebihan cairan.

(19)

 Beberapa makanan yang harus di batasi atau bahkan di hindari bagi penderita gagal ginjal kronis. Makanan yang dibatasi adalah makanan sumber protein baik protein hewani maupun nabati. Makanan sumber protein hewani seperti daging sapi, domba, ayam, ikan, kuning telur, susu , tahu, tempe serta makanan olahan susu maupun daging. Makanan sumber protein nabati seperti tahu, tempe, kacang kedele, kacang merah dan lain-lain. Konsumsilah protein seckupnya sesuai kebutuhan untuk membantu mengurangi beban kerja ginjal membilas produk limbah dalam darah.

Namun dalam pengaturan makanan untuk sumber protein diutamakan makanan sumber protein yang bernilai biologi tinggi yaitu makanan sumber protein hewani seperti daging sapi, ayam dan lain-lain. Makanan yang dihindari, makanan tinggi fosfor, Produk olahan susu seperti keju, yogurt, dan es krim, selai kacang, sarden, minuman bersoda dan minuman beralkohol. Makanan tinggi garam, daging kalengan ( ham, sosis, daging kornet, dan ikan asap), ikan kalengan dan kerang, keripik asin dan kacang asin. Makanan tinggi kalium seperti bayam, pisang, alpukat, kiwi dan lain-lain

 Pencegahan primer dilakukan sebelum terjadi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dengan mengidentifikasi orang yang berisiko terkena PGK, edukasi untuk mengontrol tekanan darah dan gula darah, serta menerapkan pola hidup sehat.

 Pencegahan sekunder berupa diagnosis dini gangguan ginjal yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan urin dan darah untuk mengetahui fungsi ginjal. Dengan demikian pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin.

 Sementara pencegahan tersier lebih ditujukan untuk tatalaksana komplikasi PGK yang optimal. Misalnya seperti gejala anemia, sesak napas dan kelebihan cairan, gangguan mineral dan tulang, serta komplikasi ke jantung

2.10 Hasil-hasil penelitian tentang penatalaksanaan kasus GGK 2.11 Peran dan fungsi perawat serta fungsi advokasi pada Kasus GGK

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Dasar – dasar kepemimpinan dalam keperawatan. Jakarta: TIM

Ami Rahmati Syadiah, “Review Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin (NGAL): Perannya sebagai Biomarker pada Kerusakan Ginjal Akut”, J Sains Farm Klin 8(1):35–42 (April 2021)

Arie Zainul Fatoni, “Acute Kidney Injury (AKI) pada Pasien Kritis”, Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018

Ariyanto, “Beberapa Faktor Risiko Kejadian Penyakit Ginjal Kronik (PGK)mStadium V pada Kelompok Usia Kurang dari 50 Tahun” Jurnal EpidemiologinKesehatan Komunitas 3 (1),2018,1 - 6

Cut Husna, MNS, “Gagal Ginjal Kronis Dan Penanganannya: Literatur Review”, Jurnal Keperawatan Vol. 3 No. 2 - September 2010

Nurul. (2018). Perawat sebagai advokat bagi pasiennya, petingkah? Artikel Keperawatan,

(21)

diakses dari https://www.perawat.co/perawat-sebagai-advokat-bagi-pasiennyapentingkah/

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords: Gagal ginjal kronik – Hiperkalemia – EKG – Aritmia 

Hasil Skrening Penyakit Kronis Faktor Risiko GGK Mitra Pengabdian Masyarakat yang Mengikuti Deteksi Dini Penyakit Gagal Ginjal Kronik.. Faktor Resiko

Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh

Pada kasus gagal ginjal, akumulasi prolaktin di dalam darah tidak dapat dibuang secara efektif, sehingga kadar prolaktin meningkat di darah.. Pada pasien gagal ginjal kronik

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, diikuti penimbunan sisa metabolisme

Bila ginjal tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya maka akan timbul masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyakit gagal ginjal kronik seperti Kelebihan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk