PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Hal ini sejalan dengan teori bahwa hipovolemia merupakan masalah utama yang terjadi pada pasien anak dengan gastroenteritis (Sudoyo Aru, dkk 2009. Setelah tiga hari perawatan, peneliti memperoleh hasil penilaian bahwa masalah nyeri akut pada pasien anak berhasil dihilangkan. pasien 2.
Manfaat
- Bagi Penulis
- Bagi Temapat Penulisan
- Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Pada bayi yang minum ASI frekuensi BAB-nya lebih dari 3-4 kali sehari, kondisi ini belum bisa disebut diare, namun masih bersifat fisiologis atau normal. Terkadang anak BAB kurang dari 3 kali sehari, namun konsistensinya cair, kondisi ini sudah bisa disebut diare.
Etiologi
Patofisiologi
Adanya bahan yang tidak dapat diserap menyebabkan bahan intraluminal di usus halus bagian proksimal menjadi hipertonik dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat adanya rangsangan (misalnya toksin) ke dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian terjadi diare karena terjadi peningkatan isi rongga usus.
Pathway
Manifestasi Klinis
Dehidrasi ringan 4% berat badan 5% berat badan Dehidrasi sedang 6% berat badan 10% berat badan Dehidrasi berat 8% berat badan 15% berat badan. Nyeri perut yang lebih parah dan tenesmus di perut bagian bawah dan rektum menunjukkan keterlibatan usus besar.
Penatalaksanaan
Biasanya pasien tidak hangat atau hanya subfebrile, tidak ada nyeri perut periumbilikal berat, diare cair, menunjukkan keterlibatan saluran cerna bagian atas. Intoleransi laktosa persisten lebih sering terjadi pada kelompok usia ini, sehingga memerlukan perubahan formula sementara.
Pemeriksaan Penunjang
Tinja yang mengandung darah atau lendir dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan radang mukosa, atau parasit usus seperti: E. Histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada kasus EHEC - infeksi, terdapat bercak darah pada tinja.
Komplikasi
Pasien anak 1 ditemukan berisiko tinggi jatuh sedangkan pasien anak 2 tidak berisiko jatuh. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa pasien anak 1 mengalami risiko infeksi, sedangkan pasien anak 2 tidak mengalami risiko infeksi.
Konsep Dasar Keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Perencanaan Keperawatan
- Implementasi Keperawatan
- Evaluasi Keperawatan
METODE PENULISAN
Subjek Penulisan
Setelah tiga hari perawatan, peneliti memperoleh hasil penilaian bahwa masalah hipovolemia sebagian teratasi pada pasien anak 1 dan pasien anak 2 dengan menggunakan intervensi yang diberikan. Salah satu tanda pasien anak 1 dan pasien anak 2 adalah masih sering buang air besar dengan frekuensi berkurang 2-3x sehari. Setelah tiga hari perawatan, peneliti mendapatkan hasil penilaian bahwa masalah defisit nutrisi berhasil diatasi baik pada pasien anak 1 maupun pasien anak 2 dengan intervensi terencana.
Dari hasil perawatan selama 3 hari peneliti memperoleh hasil evaluasi bahwa masalah hipertermia berhasil diselesaikan pada pasien anak 1 dan pasien anak 2 dengan intervensi terencana. Dari hasil penilaian yang dilakukan pada kedua pasien tersebut, peneliti mengevaluasi skala humpty dumpty drop, dimana skala tersebut digunakan pada pasien anak yang sedang diteliti oleh peneliti. Pasien 1 anak usia 11 bulan didapatkan skor skala jatuh 14, sedangkan anak Pasien 2 anak usia 3 tahun didapatkan skor skala jatuh 11.
Orang tua pasien anak 1 mengatakan bahwa anaknya tidak pernah dirawat dengan keluhan gastroenteritis, sedangkan orang tua pasien anak 2 mengatakan bahwa anaknya pernah dirawat inap tetapi tidak dengan keluhan gastroenteritis. Dilakukan pada kedua anak pada waktu yang berbeda yaitu pada pasien anak 1 tanggal 17-19 April dan pasien anak 2 tanggal 6-8 Mei 2019.
Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Lokasi Dan Waktu Studi Kasus
Prosedur Penulisan
Dalam studi pasien anak pertama, keluhan subyektif adalah ibu mengatakan pasien muntah 3 sampai 4 kali sehari dan buang air besar. Pada penelitian pasien anak, terdapat dua keluhan subyektif yaitu ibu mengatakan pasien mencret 10 kali dan muntah 10 kali. Berdasarkan pendapat penulis, kesamaan antara kasus peneliti dengan teori yang dipaparkan ditemukan pada pasien anak dengan gastroenteritis yang berisiko mengalami ketidakseimbangan elektrolit yang berhubungan dengan proses penyakit yaitu diare, mual, dan muntah.
Sedangkan pada pasien anak 2 didapatkan tanda dan gejala yang sama pada hari kedua pengobatan yaitu suhu 37,80C dan anak terlihat stress, tidak mau bertemu muka dan muka bengkak, namun dari hasil studi. Ketika diteliti lebih lanjut, penulis menemukan bahwa orang tua anak pasien 1 berpendidikan S1, sedangkan orang tua anak pasien 2 berpendidikan SMK. Hasil evaluasi yang diperoleh dari kedua anak menunjukkan adanya beberapa tanda dan gejala yang khas baik pada anak 1 maupun anak 2, keluhan yang dirasakan adalah BAB cair, mual dan muntah, anak mengalami dehidrasi.
Rencana yang digunakan dengan dua pasien anak disesuaikan dengan kesulitan perawatan yang dipertahankan berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor dan minor serta kondisi pasien anak saat ini. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan, dalam evaluasi yang dilakukan penyidik selama 3 hari pada pasien anak 1 dan pasien anak 2 yang didiagnosa hipovolemia, resiko ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi nutrisi dan hipertermia sesuai kriteria khusus. .
Metode Dan Instrument Pengumpulan Data
Keabsahan Data
Dari hasil penelitian pada kedua pasien anak, penulis menemukan masalah hipovolemia yang terjadi pada kedua pasien anak dengan data yang mendukung seperti tanda dan gejala seperti denyut nadi teraba kuat 90x/menit, turgor kulit 3 detik, mukosa kering, hematokrit 37,6%, berdasarkan status kehilangan cairan berat badan termasuk dalam kategori dehidrasi sedang sebesar 9% pada pasien anak 1, sedangkan pasien anak 2 ditemukan data pendukung seperti nadi kuat 98x/menit, turgor kulit 2 detik, selaput lendir kering, hematokrit 37,9%, berdasarkan status kehilangan cairan berat badan termasuk dalam kategori dehidrasi ringan 4%. Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan pada kedua pasien anak, penulis menemukan masalah hipertermia yang terjadi pada kedua pasien dengan data pendukung seperti suhu tubuh anak 37,5°C, anak terlihat rewel pada anak pasien 1, hasil pemeriksaan Kajian tumbuh kembang anak pasien 1 juga menunjukkan bahwa anak sampai usia 3 bulan disusui secara eksklusif karena ibu bekerja dan ASI selama ini sudah tergantikan dengan susu formula. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kedua pasien tersebut, penulis menemukan adanya resiko infeksi yang terjadi pada kedua pasien tersebut, data yang didapatkan adalah pasien anak 1 sudah dirawat dan dipasang IVFD selama 2 hari yang lalu pada tanggal 15 April 2019, sedangkan pasien anak Tgl 2 tgl 5 Mei 2019 baru berobat dan dipasang IVFD selama 1 hari.
Setelah tiga hari perawatan, peneliti menemukan hasil evaluasi ditemukan tanda dan gejala risiko infeksi pada pasien anak 1, dengan tangan anak membengkak, sehingga selama perawatan infus kedua, anak dilepas pada 18 April. Tahun 2019, hasil laboratorium menunjukkan leukosit 13.200/mm3.
Analisa Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Studi Kasus
RS Samarinda Medika Citra beralamat di Jalan Kadrie Oening No. 85. Samarinda merupakan salah satu rumah sakit swasta di PT. Rumah sakit ini telah terdaftar per tanggal 12 Juli 2013 dengan nomor izin 503/RS-002/DKK/VI/2013 dan tanggal izin 16 April 2014 dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda yang bersifat tetap dan berlaku sampai dengan tahun 2019 dengan lulus Akreditasi Rumah Sakit. Studi kasus ini dilakukan di ruang perawatan anak Rumah Sakit Citra Medika Samarinda yang beralamat di Jl.
Kasus penyakit yang ditemukan di unit perawatan anak diterima segera setelah pasien tiba dari UGD atau poliklinik rawat jalan. Kasus penyakit yang ditemukan di unit perawatan anak antara lain demam tifoid, kejang demam, ISPA, infeksi bakteri, gastroenteritis, DBD dan bronkopneumonia.
Pengkajian
Peristaltik usus 4, tidak ada luka operasi, tidak ada drainase, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
Diagnosa Keperawatan (DK)
Perencanaan Keperawatan
Pelaksanaan Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Pembahasan
Sehubungan dengan diagnosa tersebut, dirumuskan intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien sesuai kebutuhan masing-masing pasien, seperti pemantauan status dehidrasi (selaput lendir basah, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) bila perlu, pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan status cairan termasuk asupan dan haluaran cairan, monitor kadar Hb dan hematokrit, monitor berat badan dan anjurkan orang tua untuk meningkatkan asupan oral (Nanda Nic Noc, 2016). Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kedua pasien anak tersebut, penulis menemukan masalah kekurangan gizi yang terjadi pada kedua pasien anak tersebut dengan data pendukung seperti tanda dan gejala, seperti orang tua anak mengatakan anak mengalami penurunan nafsu makan, yang mana anak tersebut telah melakukan. tidak menghabiskan porsi makannya, anak hanya makan bubur saring 3 sendok makan, berat badan sebelum sakit 7,5 kg dan berat badan saat sakit 6,8 kg, sehingga terjadi penurunan berat badan 0,7 kg, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 11,9 mg/ dl, leukosit 13.200/mm3 dan trombosit 353.000/mm3 pada pasien anak 1, sedangkan pada pasien anak 2 ditemukan tanda dan gejala seperti anak mengalami penurunan nafsu makan dan minum karena sakit perut, anak tidak menghabiskan porsi makannya , hanya makan 3 sendok – ¼ porsi makan, berat badan sebelum sakit 23 kg, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 12,6 mg/dl, leukosit 12.800/mm3 dan trombosit 236.000/mm3 kemudian kondisi fisik anak terlihat lemas, banyak tidur selama perawatan. Hal ini sejalan dengan teori bahwa defisit nutrisi merupakan masalah yang terjadi pada penderita gastroenteritis (Nanda, 2017).
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa hipertermia dapat terjadi pada pasien Gastroenteritis (Maryunani, 2010). Hal ini sejalan dengan teori bahwa nyeri akut dapat terjadi pada penderita gastroenteritis akibat gangguan motilitas usus akibat infeksi yang menyebabkan hiperperistaltik yang mengakibatkan penurunan kemampuan usus dalam menyerap makanan sehingga menyebabkan diare. Sehubungan dengan diagnosa tersebut maka disiapkan intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien anak 2 sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti pengkajian skala nyeri, pemantauan status pernafasan, observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan, pendampingan keluarga dalam memberikan kenyamanan pada anak , pengendalian lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, observasi bising usus dan kerjasama serta kolaborasi pemberian obat pereda nyeri untuk meredakan nyeri.
Penggunaan alat invasif seperti ini dapat menimbulkan risiko infeksi pada pasien karena sangat rentan terhadap flebitis. Hasil asesmen yang dilakukan pada kedua orang tua pasien anak untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang penyakit anak, penulis menemukan bahwa orang tua pasien anak 1 mengetahui penyakit dan faktor resiko yang menyebabkan anak menjadi sakit, sedangkan orang tua pasien anak 2 terutama ibu tidak mengetahui penyakit dan faktor resiko yang menyebabkan anak sakit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Saran
- Bagi Peneliti Selanjutnya
- Bagi Perawat Ruangan
- Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak penderita gastroenteritis dan dapat meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan di ruangan. Diharapkan dapat memahami bagaimana proses dan tanda dan gejala serta faktor penyebab gastroenteritis sehingga dapat mengubah gaya hidup menjadi lebih baik di masa mendatang. Keracunan makanan dan radang minum, misalnya makan makanan busuk atau beracun, atau minum air mentah.