• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan pasien dengan stroke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "asuhan keperawatan pasien dengan stroke"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan risiko jatuh yang berhubungan dengan kelemahan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 8 jam diharapkan pasien tidak mengalami jatuh. Hasil asesmen yang didapat pada pasien 2 (Ms P) setelah 4 hari perawatan adalah pasien menjaga lingkungan aman dan tidak terjadi terjatuh.

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Peneliti
  • Bagi Tenaga Kesehatan
  • Bagi Profesi Keperawatan

Terdapat perbedaan antara pasien 1 (Bapak R) dan pasien 2 (Ny. P) dimana hasil penilaian risiko dekubitus pada pasien 1 (Bapak R aman terhadap lingkungan dan tidak terjatuh.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah hilangnya fungsi otak yang disebabkan oleh terhentinya suplai darah ke suatu bagian otak, dengan gejala dan tanda yang terjadi secara tiba-tiba (dalam hitungan detik) atau cepat (dalam hitungan jam) yang sesuai dengan area fokusnya. yang terganggu. , yang dapat mengakibatkan kematian dan merupakan penyebab utama kecacatan. Pada jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan terhambatnya proses metabolisme sel saraf sehingga dapat merusak atau mematikan sel otak.

Patofisiologi

Aterosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan penggumpalan darah di otak dan mencegah stroke non-hemoragik. Vasospasme arteri serebral merupakan penyempitan pembuluh darah serebral yang kemungkinan besar akan menimbulkan masalah pada hemisfer kanan dan kiri serta infark/iskemia pada arteri tersebut yang dapat menimbulkan masalah keperawatan, gangguan mobilitas fisik.

Etiologi dan Klasifikasi

Pergeseran ini juga menyebabkan kerusakan otak, yang dapat menyebabkan pola pernapasan tidak normal (pernapasan Cheynes Stokes) karena pusat pernapasan bereaksi berlebihan terhadap CO2, sehingga pola pernapasan tidak efektif dan risiko aspirasi.

Tanda dan Gejala

Faktor-faktor Risiko

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Umum

Berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) (2011), penatalaksanaan umum lainnya yang dilakukan pada pasien stroke meliputi pemeriksaan fisik umum, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, dan melakukan pemeriksaan penunjang. Pengendalian kejang pada pasien stroke dilakukan dengan pemberian diazepam dan antikonvulsan profilaksis pada pasien stroke dengan perdarahan intraserebral, dan pengendalian suhu dilakukan pada pasien stroke demam.

Penatalaksanaan Farmakologi

Pada pasien yang tidak menerima trombolisis, penggunaan aspirin harus dimulai segera dalam waktu 48 jam setelah timbulnya gejala (National Medicines Information Center, 2011).

Tindakan Bedah

  • Pemeriksaan Penunjang
  • Konsep Asuhan Keperawatan
    • Pengkajian Keperawatan
    • Diagnosa Keperawatan
    • Intervensi Keperawatan
    • Implementasi Keperawatan
    • Evaluasi Keperawatan

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, dibuktikan dengan data mayor dan minor yang ditunjukkan pada pasien. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan Defisit perawatan diri berhubungan dengan frailty adalah setelah tindakan keperawatan selesai dilakukan selama 4 x 8 jam diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri maupun dengan bantuan. Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan Knowledge Deficit adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan pasien.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan, resiko rusaknya integritas kulit berhubungan dengan berkurangnya mobilitas, adalah setelah melakukan tindakan keperawatan selama 4 x 8 jam diharapkan integritas kulit pasien menjadi baik. jadilah baik. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 1 (Tn. R) setelah 4 hari pengobatan adalah pasien mengatakan keluhan pusing masih ada namun jarang terjadi. Hasil pengkajian yang didapat pada pasien 2 (Nyonya P) setelah dilakukan perawatan selama 4 hari adalah pasien masih mengalami penurunan kesadaran (mengantuk) dan masih mengalami peningkatan tekanan darah.

Hasil pengkajian yang diperoleh pada pasien 2 (Ny P) setelah 4 hari perawatan adalah pihak keluarga mampu membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya. kebutuhan dasarnya. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 1 (Tn. R) setelah dilakukan penyuluhan kesehatan adalah pasien menyatakan sangat bermanfaat dan memahami cara melakukan latihan rentang gerak di tempat tidur. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 2 (Ny. P) setelah dilakukan perawatan selama 4 hari adalah integritas kulit pasien tetap terjaga sehingga tidak terjadi gangguan pada integritas kulit.

Tabel 4.7    Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan

METODE PENELITIAN

Subyek Studi Kasus

Batasan Istilah

Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan terorganisir yang terfokus pada reaksi dan respon unik individu dalam suatu kelompok atau individu terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial (Deswani, 2011. Keperawatan adalah serangkaian interaksi antara perawat dan klien serta lingkungan untuk mencapai tujuan terpenuhinya kebutuhan dan kemandirian klien dalam perawatan diri (UU RI No.38 Pasal 1(5) Tahun 2014 tentang Keperawatan) adalah suatu tindakan dalam praktik keperawatan yang dilakukan oleh seorang orang, dimana perawat secara menyeluruh mencakup seluruh aspek diri pasien.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Prosedur Studi Kasus

Pada pasien 1 (Tn. R), kelemahan ekstremitas yang terjadi berada pada sisi kiri dengan nilai kekuatan otot. Sedangkan pada pasien 2 (Ny. P), karena penurunan kesadaran yang dirasakan, perawatan diri sangat membutuhkan orang lain. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 2 (Ny. P) setelah 4 hari perawatan adalah pasien masih mengalami penurunan kekuatan otot, fisik masih lemah, dan masih mengalami penurunan kesadaran.

Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 1 (Tn. R) setelah 4 hari perawatan adalah pasien sudah mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan dibantu oleh keluarganya. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien 2 (Ny. P) setelah diberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, pihak keluarga menyatakan sangat membantu dan memahami cara melakukan latihan rentang gerak di tempat tidur.

Metode dan Instrument Pengumpulan Data

  • Teknik Pengumpulan Data
  • Instrumen Pengumpulan Data

Keabsahan Data

  • Data Primer
  • Data Sekunder

Sumber data yang dikumpulkan dari klien dapat memberikan informasi lengkap mengenai masalah kesehatan dan perawatan yang dihadapinya, antara lain masalah utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan keluarga, riwayat alergi. Sumber informasi yang dikumpulkan dari orang-orang terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara kandung atau pihak lain yang memahami dan dekat dengan klien, antara lain riwayat kesehatan keluarga, peran keluarga dalam perawatan pasien di rumah atau di rumah sakit. .

Analisis Data

  • Pengumpulan Data
  • Pengolahan Data
  • Penyajian Data
  • Kesimpulan

Pasien tidak dapat dinilai keluhan sesak nafasnya, tidak dapat dinilai nyeri saat bernafasnya dan tidak adanya batuk. Nama pasien benar, obat, dosis, rute, waktu dan dokumentasi benar, pasien tidak meringis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

01, Desa Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, RS ini dibangun pada tahun 1933, RS Abdul Wahab Sjahranie merupakan RS tipe. Namun sebagai rumah sakit rujukan, memiliki pelayanan on call 24 jam, poliklinik spesialis, laboratorium, fasilitas radiologi, fasilitas operasi sentral, apotek, fasilitas gizi, histologi/kamar jenazah, fisioterapi, ruang kemoterapi, CSSD, ruang perawatan intensif terpadu, ruang hemodialisis. , ruang bersalin./VK, gedung pendopo, instalasi rumah sakit (kelas I, II, III dan VIP). Dalam studi kasus ini peneliti melakukan studi kasus pada tanggal 2 April 2019 di ruang Angsoka yaitu ruangan rumah sakit untuk pasien yang dirawat langsung dari IGD atau dari poliklinik.

Data Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Tidak ada pernafasan pada lubang hidung, posisi septum hidung simetris, lubang hidung bersih, tidak ada penurunan ketajaman penciuman dan tidak ada kelainan pada hidung. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan tiroid, posisi trakea berada di tengah. Tidak ada pernapasan pada lubang hidung, posisi septum hidung simetris, lubang hidung bersih, tidak dapat menilai ketajaman penciuman, dan tidak ada kelainan pada hidung.

Bunyi nafas vesikular, bunyi ujaran jelas pada saat mengucapkan huruf vokal sebelumnya dan tidak ada bunyi nafas tambahan. Peristaltik usus 10 kali/menit. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak ada pembesaran hati dan limpa.

Diagnosa Keperawatan

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan keluarga pasien yang mengatakan tidak mengetahui cara memandikan pasien yang aman di tempat tidur, pasien diusap sehari sekali, pasien tidak pernah membersihkan mulutnya dengan benar, kuku pasien dipotong satu kali. setiap dua minggu sekali apakah kuku pasien kotor. . Kesiapan dalam meningkatkan penatalaksanaan kesehatan dibuktikan dengan adanya keinginan keluarga pasien dalam menangani masalah kesehatan, dimana keluarga pasien mengatakan belum mengetahui cara olah raga untuk meningkatkan kekuatan otot pasien, keluarga pasien mengatakan ingin belajar dari perawat cara olah raga. bagi pasien, keluarga pasien banyak bertanya mengenai stroke dan ROM.

Perencanaan Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria penurunan dyspnea, penurunan penggunaan otot bantu pernafasan, perbaikan frekuensi pernafasan, peningkatan kedalaman pernafasan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 30 menit diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria yang dihasilkan berupa peningkatan gerak anggota tubuh, peningkatan kekuatan otot, peningkatan rentang gerak (ROM), penurunan kekakuan sendi, penurunan kelemahan fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan tingkat pengetahuan meningkat dengan Kriteria Hasil, kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat, pertanyaan tentang permasalahan yang dihadapi akan meningkat. menurun.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 8 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat sehingga menghasilkan kriteria penurunan kerusakan jaringan, penurunan kerusakan lapisan kulit, penurunan perdarahan, dan peningkatan elastisitas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan penatalaksanaan kesehatan membaik dengan kriteria hasil melaksanakan program peningkatan pelayanan, melakukan tindakan untuk mengurangi peningkatan faktor risiko.

Pelaksanaan Keperawatan

Karena terjadi penurunan kekuatan otot pada ekstremitas kiri pasien, maka diperlukan latihan rentang gerak pasif (ROM). Keluarga pasien mengaku belum begitu memahami kemungkinan penyebab penyakit pasien dan cara melatih anggota tubuhnya agar tidak kaku. Keluarga sangat kooperatif dan mau menerima saran dari perawat, keluarga pasien antusias menerima brosur berisi materi pelatihan.

Nama pasien benar, obat, dosis, rute, waktu dan dokumentasi benar, tidak ada pembengkakan pada bekas tusukan infus, ekspresi wajah pasien tidak ada. Berikan Micardis 80 mg (p.o.) kepada pasien dan jelaskan jenis obat serta alasan pemberiannya 7.2 Ubah posisi pasien ke kanan 7.3 Perhatikan kondisi kulit punggung 3.6 Bantu keluarga dengan rentang gerak pasif. (ROM) latihan untuk pasien.

Evaluasi Keperawatan

  • Pembahasan

Berdasarkan data Asesmen Asuhan Keperawatan ditemukan empat diagnosa keperawatan yang sama pada dua pasien yaitu risiko ketidakefektifan perfusi serebral dan faktor risiko emboli, berkurangnya mobilitas fisik, berhubungan dengan gangguan neuromuskular, kurangnya perawatan diri. berhubungan dengan kelemahan dan risiko jatuh, berhubungan dengan faktor risiko berkurangnya kekuatan otot. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan masalah keperawatan. Resiko tidak efektifnya perfusi serebral berhubungan dengan gangguan neuromuskular adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 8 jam diharapkan perfusi serebral menjadi efektif kembali dengan kriteria hasil tidak terjadi peningkatan ICP pada pasien. karena dilakukannya penatalaksanaan ICP yaitu monitoring neurologis dan pemberian obat. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan. Pola pernafasan yang tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular, artinya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 8 jam diharapkan pola pernafasan pasien menjadi efektif kembali dengan adanya bantuan dari pasien. kriteria hasil yang menunjukkan jalan napas paten.

Hasil evaluasi yang diperoleh pada Pasien 2 (Ny. P) setelah empat hari perawatan adalah pola pernafasan pasien masih tidak normal, masih terdapat otot penunjang pernafasan, dan pasien masih menggunakan alat pernafasan. Hasil evaluasi yang didapat pada Pasien 1 (Tn. R) setelah 4 hari perawatan adalah pasien masih mengalami penurunan kekuatan otot, fisik masih lemah, dan pasien mengatakan masih membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas yang akan dilakukan. . Sedangkan pada pasien 2 terdapat empat diagnosa keperawatan yang belum terselesaikan yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular, risiko ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan faktor risiko emboli, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, dan gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan neuromuskular. gangguan mobilitas.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik diperlukan perubahan dan perbaikan, antara lain: 1.

Gambar

Tabel 4.7    Diagnosa Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan:Pada diagnosa keperawatan: nyeri akut dan resiko infeksi setelah dilakukan evaluasimasalah teratasi, sedangkan untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik masalah

Dari diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.T ada satu diagnosa yang dapat teratasi yaitu kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, sedangkan

S ada dua masalah (diagnosa keperawatan) yang dapat teratasi yaitu diagnosa keperawatan nyeri akut dan gangguan pola tidur, sedangkan yang teratasi sebagian ada satu diagnosa

Diagnosa: Inkontinensia urin total berhubungan dengan trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinalis. Intervensi: monitor eliminasi urin (frekuensi,

Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari mendapatkan hasil yaitu dari semua diagnosa yang ditegakkan penulis, masalah keperawatan

Evaluasi Pada pasien 1 semua masalah teratasi dan intervensi dihentikan, diagnosa pasien 1 yang teratasi yaitu Untuk diagnosa pada klien 1 didapatkan hasil pengkajian dengan diagnosa

Diagnosa keperawatan prioritas yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan D.0001 Intervensi keperawatan berdasarkan SIKI 2018 yaitu

Hal tersebut bisa dilihat dari 5 diagnosa yang di angkat, dari keseluruhan asesment diagnosa ada yang teratasi dan teratasi sebagian, sementara untuk intervensi inovasi dengan melakukan