ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T PASCA OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG) DENGAN INTRA
AORTIC BALLOON PUMP ( IABP )
• Di susun oleh :
• Riko Rinaldi,
A.Md.,Kep
LATAR BELAKANG
Menurut WHO,pada tahun
2019,menyebutkan bahwa penyakit PJK merupakan penyebab pertama kematian saat
ini. Pada 2019 diperkirakan,17 juta
orang meninggal karena PJK.
Kematian di Indonesia akibat penyakit
Kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk, dimana penyakit jantung koroner 245.343 kematian. (IHME, 2019). Data Riskesdas 2018 menunjukkan Prevalensi Penyakit Jantung
berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%.
Angka kejadian pasien dengan Tindakan CABG di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPD Harapan Kita) dalam Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Rumah Sakit jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Pada periode Januari sampai Desember 2022 sebanyak 661 kasus,.
(Register ICU, RSJPD Harapan Kita, 2022).
Pada periode bulan januari sampai Desember 2023 sebanyak 1.084 kasus,
(Register ICU, RSJPD Harapan Kita, 2023). Sedangkan pada periode bulan Januari sampai bulan Oktober 2024 sebanyak 800 kasus CABG baik secara on pump ataupun off pump, ( Register ICU, RSJPD Harapan Kita, 2024).
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam studi kasus ini penulis membatasi pembahasan hanya “ asuhan keperawatan pada tn.T dengan pasca operasi coronary arteri bypass grafting ( CABG ) dengan menggunakan intra aortic balloon pump ( IABP ) di ruang ICU bedah dewasa rumah sakit jantung dan pembuluh darah harapan kita jakarta”.
Menurut data Laporan Kinerja Instalasi Bedah Dewasa dan Intensif Paska Bedah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, tindakan bedah CABG yang dilakukan pada tahun 2023
sebanyak 1084 kasus, dengan pemasangan IABP sebanyak 144 pasien. Sedangkan periode Januari sampai Oktober 2024 tindakan bedah CABG sebanyak 800 kasus,dengan pemasangan IABP
sebanyak 63 kasus. Baik dengan penggunaan IABP pada saat pre
operasi (CVC), pre insisi / intra operasi (OK) dan post operasi/saat di
ICU.
Pendahuluan Definisi
CABG adalah operasi pembedahan yang
dilakukan dengan membuat pembuluh darah baru atau bypass
terhadap pembuluh darah yang tersumbat sehingga melancarkan
kembali aliran darah yang membawa oksigen untuk otot jantung yang
diperdarahi pembuluh
tersebut
Indikasi CABG
• Penyempitan >50% pada cabang utama arteri koroner kiri.
• Penyempitan >70% pada pangkal cabang arteri koroner kiri yang menuju ke bagian depan jantung (Left Anterior Descending/LAD) dan pangkal cabang yang melingkar ke belakang jantung (Left Circumflex/LCx).
• Penyempitan bermakna pada ketiga cabang arteri koroner (three-vessel disease/3VD).
• Penyempitan bermakna pada cabang arteri koroner yang menyuplai darah ke area yang luas pada otot jantung, dengan fungsi pompa jantung kiri yang
sangat menurun.
• Kerusakan otot jantung yang terus berjalan pada pasien yang mengalami
serangan jantung yang tidak respon terhadap obat-obatan dan tidak bisa
dilakukan pemasangan stent (pasang ring) atau telah dicoba melakukan
pemasangan stent namun gagal.
Pendahuluan Indikasi Definisi
• Penolakan pasien,
• Sumbatan kecil di koroner bagian distal.
• Stenosis aorta yang berat.
• Disfungsi ventrikel kiri yang berat.
• Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat diabetes mellitus dan EF yang sangat rendah
• Sklerosis aorta yang berat.
• Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung
Kontraindikasi
CABG
Teknik
Penatalaksanaan CABG
Teknik “on pump” paling sering dilakukan adalah bedah pintas
arteri koroner konvensional karena metode ini memerlukan pemakaian mesin pintas jantung
paru atau Cardio-Pulmonary Bypass (CPB), yang bertugas mengambil alih fungsi jantung dalam “memompa” darah selama
operasi berlangsung.
CABG ON PUMP
Teknik Off-Pump Coronary Artery Bypass (OPCAB) digunakan oleh
dokter bedah jantung dimana teknik ini tanpa menggunakan mesin pintas jantung paru. Teknik
CABG ini dipilih karena dapat mengurangi insiden komplikasi pasca operasi yang disebabkan
oleh penggunaan mesin pintas jantung paru
CABG OFF PUMP
Indikasi & Kontraindikasi CABG Off Pump
• Pasien yang direncanakan operasi elektif
• Hemodinamik stabil.
• EF dalam batas normal Fungsi LV intact/utuh
• Pembuluh darah distal cukup besar.
• Usia tua disertai penyakit komorbid seperti penyakit arteri karotis, aterosklerosis aorta, disfungsi ginjal atau paru.
• Mempunyai komplikasi dengan mesin CPB (Cardio Pulmonary Bypass)
• 1-2 vessel disease di anterior
• Hemodinamik tidak stabil
• Buruknya kualitas target pembuluh darah termasuk pembuluh darah intramiokard,
LVEF <35%, kardiomegali, congesti heart failure, left main arteri CAD, recent/ current myocard infark, syok kardiogenik
Indikasi
Kontraindik asi absolut Kontraindik
asi relatif
PEMBULUH DARAH YANG DAPAT
DIGUNAKAN
Vena savena magna
Arteri Mammaria interna
Arteri Radialis
1. EKG dapat menunjukkan tanda-tanda kerusakan jantung 2. Tes stres untuk mengukur seberapa baik jantung bekerja
selama stres fisik
3. Ekokardiogram untuk menilai fungsi jantung. ini termasuk apakah katup atau pemompaan tidak normal
4. Angiografi koroner untuk melihat bagaimana darah mengalir melalui arteri koroner.
5. CT angiografi untuk mengambil gambar pembuluh darah koroner
Pemeriksaan
Penunjang
perdarahan
Komplikasi
1 7 Gagal ginjal
Tamponade jantung
2 8 infeksi
Hemolisis
3 9 Ganguan neurologi
Kegagalan pernapasan
4 Pendaharan tractus
digestivus 1
0
Gangguan irama jantung
5 1 1 Gangguan fungsi hati
Penurunan curah jantung
6 Dekubitus atau luka
tekan
1 2
Luka bakar
1
3
Pathflo w
Pemakaian IABP MK: Risiko perfusi perifer tidak efektif
Konsep Dasar IABP
Intra Aortic Balloon Pump ( IABP ) adalah alat bantu
sirkulasi mekanik, di gunakan untuk memperbaiki
sirkulasi darah coroner, meningkatkan perfusi oksigen ke myokard dan
selanjutnya dapat meningkatkan curah jantung/ cardiak output dan
juga delivery oksegen.
( modul PKKvTD, 2019)
menyatakan bahwa PJK menyebabkan lebih dari 350.000
kematian setiap tahunnya
Tujuan dari IABP :
• Meningkatkan tekanan aorta selama fase diastole dengan mengembangkann balon IABP
• Menurunkan tekanan aorta selama fase systole dengan mengempiskan balon sehingga beban akhir ( afterload) ventrikel kiri menurun
• Meningkatkan oksigen suplai ke miokard
• Meningkatkan curah jantung
Terapi reperfusi pada pasien dengan
PJK dapat dilakukan dengan prosedur
Percutaneous Coronary
Intervention (PCI) maupun prosedur pembedahan yaitu
Coronary Artery Bypass Graft
(CABG).
Indikasi IABP :
Angina pectoris tidak stabil
Akut miocard infark
Ventrikel failure
Kardiogenik syok
Septic syok
Weaning dari mesin jantung
paruPropilaktik bedah jantung
Paska bedah jantung dengan miokard infark disfungsi
Untuk menjembatani
pemaangan alat bantu yang lainnya atau pada saat menunggu cangkok jantung
VSD pasca infark atau regugitasi mitral
Tercatat angka kematian karena penyakit jantung koroner di Indonesia
mencapai 259,297 atau 15,33% dari total kematian pada
tahun 2020
Kontra Indikasi IABP : Kontra indikasi meliputi : 1. Regugitasi aorta 2. Diseksi aorta
3. Penyakit jantung end-stage kronik yang mungkin membaik
4. Stenting aorta Kontra indikasi relatif :
5. Sepsis yang tidak terkontrol
6. Aneurisma aorta
abdominalis 7. Takiaritmia
8. Penyakit vaskuler perifer yang berat
9. Bedah rekonstruksi arteri besar
Prinsip kerja IABP
Prinsip kerja dari mesin IABP adalah Counter Pulsation yaitu dengan
inflasi dan
deflasi/mengembang dan mengempis pada saat
diastole dan systole.
Pompa mekanik bekerja berdasarkan siklus jantung dengan trigger
EKG atau gelombang arteri. ( MODUL PKKvTD,
2019).
Untuk pemasangan kateter, dapat dilihat pada protocol pemasangan kateter IABP
Ukur ABI (Ankle / Brachial Index) ABI = Tekanan sistolik dorsalis pedis
Tekanan sistolik brachialis
Normal 0,80 – 1,00
Gangguan sirkulasi ringan
0,60 – 0.80
Gangguan sirkulasi sedang
0,40 – 0,60
Gangguan sirkulasi berat
< 0,40
TRIGGER :
1. EKG
2. PRESSURE 3. PACER
Bagaimana IABP bekerja
FREKUENSI : 1. 1 : 1
2. 1 : 2 3. 1 : 3 4. 1 : 4
AUGMENTASI : 1. 100 %
2. 80 % 3. 50 %
TIMING : 1. AUTO
2. SEMI AUTO 3. MANUAL
Faktor – faktor yang mempengaruhi keefektifan kerja
IABP : 1. Posisi IABP
2. Volume balon,
diameter balon saat inflate
3. Ketersediaan gas dan timing ( waktu inflasi da deflasi 4. Hipovolemia 5. aritmia
Komplikasi IABP : 1. Obstruktion arteri :
ALI
2. Trombositopenia 3. Bleeding ,hematom
a,compartement syndrome
4. Ballon leak, emboli 5. Aortic dissection
ruptur 6. infeksi
Faktor –faktor yang meningkatkan
resiko komplikasi IABP :
1. Penyakit vaskular 2. Diabetes melitus 3. Hipertensi
4. Vasoopresor therapy
5. Durasi terpasang IABP
Hemodinamik stabil HR < 110 x/menit Cardiac indeks > 2,4
L/mnt
SVR 900-1200 dynes/sec/cm Tidak ada nyeri
MAP > 70 mmHg dengan minimal support vassopresor
Urine output > 0,5 ml/kgBB/jam
Teknik weaning IABP : 1. Augmentasi
100 % 80 %
50%
2. Frekuensi 1 : 1
1 : 2 1: 3 1: 4 Weaning
IABP :
• Nama : Tn. T
• Umur : 42 tahun
• Tanggal Lahir : 14 Januari1982
• Agama : Islam
• Status Perkawinan : Kawin
• Pendidikan Terakhir : SMA
• Tanggal MRS : 3/10/2024 Pukul 15.27 wib
• Tanggal Operasi : 4/10/2024 Pukul 08.49 wib
• Tanggal Masuk Ruang ICU : 4/10/2024 Pukul 13.00 wib
• Tanggal Pengkajian : 4/10/2024 Pukul 16.15 wib
• Diagnosis Medis : CAD 3 VD + LM critical, EF 21%
• Tindakan Operasi : CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi
P E N G K A JIA N Id e n tit a s
• Pasien dengan diagnosa CAD 3 VD, EF 21%. Prosedur bedah CABG 3X (LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi.
• Masalah OK : Pada saat klem silang aorta dilepas, irama VT/VF dilakukan DC 1x30 joule kemudian irama Konversi AF NVR.
• Respirasi : Ventilator mode ASV 100 %, PEEP 5, FiO2 50%,SpO2 100%
• IABP di Arteri Femoralis Dekstra dengan rasio 1 : 1,Triger EKG, augmentasi maksimal.
• Obat-obat yang digunakan : Vascon 0,1 mcg/kgbb/menit, Ephinefrin 0,1 mcg/kgbb/menit, NTG 0,25 mcg/kgbb/menit.
• Obat-obat yang disiapkan : Morfin 20 mcg/kgbb/jam, Profopol 40 mg/jam
• Informasi intra operatif : masuk Cefuroxime 1,5 gr (IV) pukul 08.30 wib dan pukul 12.05 wib.
.
P E N G K A JIA N P re -A rr iv a l A ss e ss m e n t
Airway Jalan napas terpasang ETT no 8 di trakea , tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing Terpasang ventilasi mekanik dengan modus ASV
100%, PEEP 5, RR 14 x/menit, FiO2 50%, SpO2 100%.
Circulating ABP 132/89 mmHg, MAP 86 mmHg, HR 98 x/menit, EKG AF NVR, CVP 10 mmHg, Terpasang IABP frekuensi 1:1 augmentasi maksimal
Drugs Adrenali 0,1 mcg/kgBB/menit
Vascon 0,1 mcg/kgBB/menit
Nitrogliserin 0,5 mcg/kgBB/menit
Recofol 40 mg/jam
Morfin 20 mcg/kgBB/jam
Cefuroxime 3 x 1,5 gram (IV)
Ondansentron 2 x 4 mg (IV)
Omeprazole 1 x 40 mg (IV)
Equipment ETT no. 8 di trakea kedalam 24 cm dari batas bibir
Sideport di vena jugularis interna dekstra
Artery line di arteri radialis sinistra
CV line di vena subklavia sinistra
Drain intra pericard dan substernal
Kateter urine no. 16 Fr terpsang di uretra
P E N G K A JIA N A d m is sio n a n d Q u ic k C h e ck A ss e ss m e n t
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit tanggl 3 oktober 2024 dengan diagnosis CAD 3VD dan pasien dirawat di ruang Ventrikel Lt. 8 dan direncanakan operasi tanggal 4 Oktober 2024 dengan CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM, SG_PDA) Insersi IABP Pre Insisi..
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengeluh nyeri dada pertama kali dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, pasien sulit beraktifitas berat , nafas sesak jika beraktifitas berat , pasien memeriksakan diri ke RS daerah tanggerang, pasien dikatakan sakit jantung.
maka pasien memutuskan untuk berobat di RSPJNHK dan di lakukan kateterisasi dengan ditemukan sumbatan coroner dengan hasil angiografi yaitu CAD 3VD + critical LM dan di jadwalkan untuk di lakukan tindakan operasi CABG.
.
P E N G K A JIA N C o m p re h e n sif A ss e ss m e n t
c. Faktor Risiko
Pasien tidak memiliki riwayat perokok dan penyakit hipertensi d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ayah pasien meninggal karena penyakit jantung . Tidak ada riwayat sakit keganasan, batuk berdarah, Diabetes Militus (DM) dan asma.
e. Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat-obatan, makanan, ataupun lingkungan (debu, dingin) f. Sistem Nilai dan Keyakinan
Pasien beragama islam, pasien diberikan pendekatan rohaniawan dan mendapat dukungan penuh dari keluarga.
P E N G K A JIA N C o m p re h e n sif A ss e ss m e n t
• Sistem Kardiovaskular
Gambaran EKG SR, HR 93 x/mnt. ABP 122/89 mmHg, CVP 10 mmHg, acral teraba hangat, suhu 36.8℃, CRT < 2 detik, Saturasi oksigen 100 %. Terapi Adrenalin 0,1 mcg/kgbb/mnt, Vascon 0,1 mcg/kgbb/mnt,Terpasang IABP frekuensi 1:1, augmentasi maksimal
.
• Sistem Respirasi
RR 16 x/mnt, pergerakan dada simetris, ekspasi dada cukup maksimal, auskultasi paru: suara napas vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, menggunakan ventilasi mekanik dengan modus ASV 100%, PEEP 5 ,FiO2 50% SpO2 100%
• Sistem Neurologis
Pasien masih dalam pengaruh sedasi menggunakan scoring tingkatan kesadaran pasien dengan metode Riker Sedation Agitation Scale (SAS) 1 (tidak bangkit / sedikit atau tidak ada respon terhadap rangsangan bahaya , tidak berkomunikasi atau mengikuti perintah).
P E N G K A JIA N C o m p re h e n sif A ss e ss m e n t Pe m e rik sa a n F is ik
• Sistem Gastrointestinal
Mulut pasien tampak bersih, mukosa mulut lembab dan tidak ada distensi abdomen, warna lidah pink kemerahan, Tidak terpasang NGT, bising usus 2x/menit masih lemah
• Sistem Perkemihan
Produksi urin 3-4 cc/kgBB,Total urine 3 jam pasca bedah di ICU 1020 cc. Warna urine jernih. Tidak ada hematuria, Bladder teraba supel.
• Sistem Intergumen
Terdapat luka operasi di midsternum, tertutup kassa steril dan elastis verban,tidak ada rembesan pada area luka, Terpasang alat invasive: drain substernal dan intra pleura kiri, CVP, arteri line,side port.
P E N G K A JIA N C o m p re h e n sif A ss e ss m e n t Pe m e rik sa a n F is ik
• Sistem Muskuloskeletal
Pasien dalam pengaruh analgetik morphine, Gerakan motoric masih lemah , Skala kekuatan otot :
(kekuatan otot pengaruh anestesi)
• Sistem Cairan Dan Elektrolit
Pemantauan dari total haluaran drinage dari selang WSD yaitu 1 jam pertama 100 ml, 2 jam pertama 20 ml, dan 3 jam pertama 20 ml. Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Oktober 2024 jam 17.00 WIB dengan hasil kalium 3,2 mmol/L, natrium 145 mmol/L, clorida 109 mmol/L, kalsium 1,21 mmol/L, dan magnesium 0,52 mmol/L
P E N G K A JIA N C o m p re h e n sif A ss e ss m e n t Pe m e rik sa a n F is ik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tanda-tanda vital
P E N G K A JIA N O n G o in g A ss e ss m e n t
Jam TD
(mmHg)
MAP (mmHg)
HR (x/mnt)
CVP (mmhg)
RR (x/mnt)
Suhu (°C)
Saturasi O2(%)
14.00 102/62 72 93 12 18 36,8 100
15.00 108/63 78 91 10 16 36,5 100
16.00 114/66 73 96 10 16 36,6 100
17.00 106/64 72 98 10 16 36,6 100
Jam Intake (ml) Urine (ml) Produksi Drain (ml)
14.00 140 400 100
15.00 135 200 20
16.00 135 160 20
17.00 133 140 20
Intake, Output & Produksi Drain
P E N G K A JIA N Pe m e rik sa a n P e n u n ja n g E K G
Kesan: Normal Sinus Rhytm
P E N G K A JIA N Pe m e rik sa a n P e n u n ja n g R o n tg e n T h o ra ks
• Ctr kesan normal < 50% , Trachea kesan di tengah, Tampak infiltrate di paru kanan kiri , Sinus Costoprenikus diafragma baik , Tulang rongga thorax dan soft tissue baik , Terdapat tip IABP di ICS 4 , ETT di sela iga 2-3 di atas arkus aorta , Terpasang side port yang bermuara di SVC , Terpasang CVC di sela iga 3-4 kiri ,Terpasang drain Sub sternal dan intraperikard, Kesan : Hasil Normal
P E N G K A JIA N Pe m e rik sa a n P e n u n ja n g La b o ra to riu m
Pemeriksaan
Hasil tanggal 4/10/2024 jam 22.00
wib
Nilai Normal
Ph 7,42 7,35-7,45
pCO2 27,4 35-45 mmHg
pO2 157,9 80-100 mmHg
HCO3 17,9 20-24 mmol/l
BE -4,7 (-2)-(+3) mmol/l
SpO2 99,7 95-98%
Asam Laktat 1,4 0,7-2,5 mmol/L
GDS 194 <200 g/dl
Natrium 143 136-145mmol/L
Kalium 2,8 3,5-4,5 mmol/L
Chlorida 109 98-107mmol/L
Calcium 1,17 1,09-1,30 mmol/L
Magnesium 0,62 0,45-0,60 mg/dL
Haemoglobin 10,8 13-16,5 g/dL
Hematokrit 32,4 41,3-52,1%
Eritrosit 3,43
Leukosit 18.480 3580-8150/uL
Trombosit 225 172-350.000/uL
PT 11,9
INR 1,11
APTT/K 32,5/25,2
Fibrinogen 194
Bilirubin Total 0,41
CK 362 <190 U/L
CK-MB 16 <25 U/L
Ureum/
BUN
55/25,8 12,60-42,60
mg/dL/6-20 mg/dL Creatinine /eGFR 1,34 / 68 0,67-1.17 mg/dL
Albumin
P E N G K A JIA N Pe m e rik sa a n P e n u n ja n g
Laporan Operasi
Cefuroxime 3 x 1,5 gr (IV)
Ondansentron 2 x 4 mg (IV)
Omeprazole 1 x 40 mg (IV)
Terapi Medis
Adrenalin 0,1 mcg/kgBB/menit
Vascon 0,1 mcg/kgBB/menit
Nitrogliserin 0,5 mcg/kgBB/menit (IV)
Recofol 40 mg/jam (IV)
Morfin 20 mcg/kgBB/jam (IV)
CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM,
SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS: Pasien terintubasi DO:
- Pasien pasca tindakan operasi CABG X3 (LIMA- LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi - Kesadaran SAS 1 (Sedikit atau tidak ada respon
terhadap rangsangan berbahaya, tidak
berkomunikasi atau mengikuti perintah) GCS E1M1Vett
- Keadaan umum tenang,
- Bunyi napas vesikuler di kedua lapang paru - Terpasang ETT no 8 di trakhea terhubung ke
ventilator mekanik dengan mode ASV 100%, PEEP 5, FiO2 50%,SpO2 100%
- Hasil AGD jam 13.00: pH: 7.23, PaCO2: 50,5 mmHg, PaO2: 210,7 mmHg, HCO3 : 21,6 mmol/L, BE : - 5,6
- Terapi recofol 40mg/jam (IV), Morfin 20 mcg/kgBB/jam (IV)
Pembedahan CABG
Penggunaan sedasi dan relaksan
Memblok neuromuskular
Efek penurunan kesedaran
Relaksasi otot pernapasan
Ventilasi tidak adekuat Ganguan ventilasi
spontan
Gangguan ventilasi spontan
A N A LIS A D A TA
No Data Fokus Etiologi Masalah 2 DS: pasien terintubasi
DO: Pasien pasca tindakan operasi CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi
- Akral hangat, pulsasi teraba kuat
- TD: 105/75 mmHg, MAP 85 mmHg, HR 91x/mnt, Suhu 35,3oC, CVP 10 mmHg
- TD IABP 100/76,MAP 95 - EKG: sinus rhythm
- Produski urin 1020 ml (>1 ml/kgBB/jam) dalam 3 jam pertama
- Terpasang IABP di femoralis dekstra dengan frekuensi 1:1, augmentasi maksimal, pulsasi arteri dorsalis pedis kanan dan kiri teraba cukup kuat , akral hangat. CRT < 2 dtk
- Terapi Nitrogliserin 0,5 mcg/kgBB/menit (IV) - Adrenalin 0,1 mcg/kgBB/mnt
- Vascon 0,05 mcg/kgBB/mnt
Pembedahan CABG
Perubahan kontraktilitas
Menurunnya volume intravaskular, peningkatan vaskular
sistemik
Risiko/penurunan curah jantung Pemasangan IABP
penurunan curah jantung
A N A LIS A D A TA
No Data Fokus Etiologi Masalah 3 DS: Pasien terintubasi
DO:
Pasien pasca tindakan operasi CABG X3 (LIMA- LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi.
- Keadaan umum tenang, pasien dalam pengaruh anastesi dan sedasi
- Kesadaran SAS 1 GCS E1M1Vett - Hasil laboratorium GDS: 237 mg/dL - Intake 1327 ml dalam 3 jam pertama
- dan output urin 1160 ml (>1 ml/kgBB/jam) dalam 3 jam pertama
Pembedahan CABG
Perubahan dalam sistem trasformasi glukosa/ metabolisme
glukosa (GLUT 4 yang terletak di jaringan adiposa otot
jantung)
Resistensi insulin
Ketidakstabilan glukosa darah
Ketidakstabila n kadar
glukosa darah
A N A LIS A D A TA
No Data Fokus Etiologi Masalah 4 DS: pasien terintubasi
DO:
- Pasien pasca tindakan operasi
Terdapat luka post operasi di CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi
- sternum tertutup transparan dressing dan luka pada kedua tungkai tertutup elastis perban, tampak
bersih dan tidak ada rembesan
- Terpasang drain substernal 28 Fr dan intraperikard kiri 24 fr produksi 130 ml dalam 3 jam pertama - Hasil Laboratorium: Hemoglobin 10,8 gr/dL,
Hematokrit 32,4 %
Pembedahan CABG
Luka pasca bedah
Peningkatan produksi darah
Risiko perdarahan
Risiko perdarahan
A N A LIS A D A TA
No Data Fokus Etiologi Masalah 5 DS: pasien terintubasi
DO:
CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi
- Terdapat luka post operasi di sternum tertutup transparan dressing dan luka pada kedua tungkai tertutup elastis perban, tampak bersih dan tidak ada rembesan
- Terpasang ETT, Sideport, Artery line, Drain substernal 28 Fr dan intraperikard 24 fr, Vena perifer di vena radialis dekstra, cateter urine no 16 fr di uretra
- Terpasang IABP di arteri femoralis dextra - Hasil Laboratorium: Leukosit: 18.620/mm3 - Terapi cefuroxime 3x1,5 gr (IV)
Pembedahan CABG
Luka insisi
Menjadi port de entry mikroorganisme
risiko infeksi
Risiko infeksi
A N A LIS A D A TA
No Data Fokus Etiologi Masalah 6
DS : Pasien terintubasi
DO :
- TD IABP 108/81,MAP 98 - EKG: sinus rhythm
- Terpasang IABP di femoralis dekstra dengan frekuensi 1:1, augmentasi maksimal, pulsasi arteri dorsalis pedis kanan dan kiri teraba cukup kuat , akral hangat. CRT < 2 dtk
Pembedahan CABG
Hipoperfusi
efek samping terkait
pemasangan IABP
Resiko perfusi jaringan perifer
tidak efektif
A N A LIS A D A TA
• Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan dibuktikan dengan pengaruh anestesi, terintubasi, post pembedahan jantung
• Risiko penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan kontraktilitas, perubahan preload, dan perubahan afterload
• Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin dibuktikan dengan GDS 237 mg/dL
• Risiko perdarahan ditandai dengan tindakan pembedahan
• Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasive
• Resiko perfusi jaringan perifer tidak efektif
D IA G N O S IS
R e n ca n a A sh u a n K e p e ra w a ta n
o Diagnosis Luaran Intervensi
1 Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan dibuktikan dengan pengaruh anestesi, terintubasi, post pembedahan jantung
Ventilasi spontan
Setelah dilakukan intervensi 1x12 jam diharapkan Ventilasi spontan meningkat dengan kriteria hasil:
- Volume tidal membaik (6-8ml/kgbb) - Penggunaan otot bantu nafas menurun - PCO2 membaik (35-45 mmHg) - PO2 membaik (80-100 mmHg)
Dukungan ventilasi
2 Risiko penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan kontraktilitas, perubahan preload, dan perubahan afterload
Curah jantung
Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam dengan kriteria hasil curah jantung meningkat dengan kriteria hasil:
- Kekuatan nadi perifer meningkat - Frekuensi nadi membaik (60-100x/mnt) - Tekanan darah membaik
- Gambaran EKG aritmia menurun - Pucat/sianosis menurun
Perawatan jantung
3 Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin dibuktikan dengan GDS 196 mg/dL
Keseimbangan kadar glukosa darah
Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam diharapkan keseimbangan kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil:
Kadar glukosa darah membaik (100-150 mg/dL)
Manajemen hiperglikemi
4 Risiko perdarahan ditandai dengan tindakan pembedahan
Tingkat perdarahan
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam diharapkan tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil:
- Perdarahan pasca operasi menurun - Hemoglobin membaik (13-16,6 g/dL) - Hematokrit membaik (41,3-52,1 % - Suhu tubuh membaik
Pencegahan perdarahan
5
6.
Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
Resiko perfusi perifer tidak efektif
Tingkat infeksi
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh membaik (36,6-37,5oC) - Nyeri menurun
- Kadar sel darah putih membaik (3580-8150 Sel/mcL) Perfusi jaringan
tidak efektif
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam diharapkan perfusi jaringan ke perifer menjadi efektif dengan kriteria hasil :
- Pulsasi perifer baik - Warna kulit baik
- Tidak terjadi trombus dan emboli
- mencegah paha tidak tertekuk sehingga kemungkinan sumbatan pada daerah penusukan bagian distal dapat dihindari
- melancarkan venous return dan mencegah terjadinya trombus pada vena
Pencegahan infeksi
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 0
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
4/10/2024 14.00 – 20.00
Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan dibuktikan dengan pengaruh anestesi, terintubasi, post pembedahan jantung
- Monitor status respirasi dan oksigeniasi - Monitor
hemodinamik - Mempertakankan
kepatenan jalan napas
- Memberikan posisi semifowler
- Melakukan penyapihan
ventilator mekanik - monitor hasil
Analisa gas darah
S:
Pasien terintubasi O:
• Kaadaan umum tenang, dalam pengaruh anestesi, kesadaran SAS 2 GCS 2/2/Vett
• Pasien pasca operasi CABG X3 (LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA) Insersi IABP Pre Insisi
• TD: 102/58 mmHg, HR:92 x/mnt, suhu36,7oC RR:14x/mnt, SpO2 100%, CVP: 10
• Surara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
• Terpasang ETT no 8 di trakea, dengan ventilator mode PSIMV FiO2 40% RR 18 PEEP 5 P Insp 12, SpO2 100%, TVe 609 ml
• Hasil analisa AGD tanggal 4/10/2024 jam 20.00 pH: 7.42, PaO2:
157,9, PaCO2: 27,4, HCO3: 17,9, BE: -4,7, SpO2:99,7%
• Terapi recofol masih 40mg/jam
• Terapi morfin tetap 20 mcg/kgBB/jam A:
Masalah teratasi sebagian P:
• Lanjutkan intervensi
• Monitor status respirasi dan oksigenasi
• Monitor nilai AGD
• Kolaborasi dalam pemeriksaan AGD
• Kolaborasi penyapihan ventilator
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 0
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
4/10/2024 14.00 – 20.00
Penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan kontraktilitas,
perubahan preload, dan perubahan afterload
- mengidentifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan JVP)
- monitor tekanan darah - monitor intake dan output - monitor saturasi oksigen - monitor EKG 12 sandapan - monitor nilai laboratorium
jantung
- memberikan posisi semifolwer
- memberikan oksigen untuk mepertakankan saturasi oksigen >94%
S: Pasien terintubasi O:
• Tidak terdapat peningkatan JVP
• TD: 102/58 mmHg, HR:92 x/mnt, suhu 36,7oC RR:18x/mnt, SpO2 100%, CVP: 10
• TD IABP 119/58,MAP 122
• Terpasang IABP di femoralis dekstra dengan frekuensi 1:1, augmentasi maksimal, pulsasi arteri dorsalis pedis kanan dan kiri teraba cukup kuat , akral hangat. CRT < 2 dtk
• Terpasang obat adrenalin dosis tetap 0,1 mcg/KgBB/menit
• Terpasang obat Norephineprin naik dosis dari 0,05 mcg/KgBB/menit ke dosis 0,1 mcg/KgBB/menit
• EKG sinus rhythm
• Posisi semifowler
• Intake 1738 ml/6 jam (3-4 ml/kgBB/jam
• Output 1708 ml/6 jam (3-4 ml/kgBB/jam)
• Balance cairan +30 ml/6 jam
• Enzin CKMB: 16 U/L
• Enzim CK: 362 U/L A:
Masalah belum teratasi P:
• Lanjutkan intervensi
• Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan JVP)
• Monitor tekanan darah, nadi, saturasi, EKG dan intake output
• Monitoring IABP
• Kolaborasi dalam pemberian terapi
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 0
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
4/10/2024 14.00 – 20.00
Ketidakseimba ngan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin dibuktikan dengan GDS 237 mg/dL
- Monitor hemodinamik - Monitor kadar glukosa
darah
- Monitor tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia - Monitor intake dan
output
- Kolaborasi
pemeriksaan gluosa darah
- Kolaborasi pemberian terapi insulin
S:
Pasien terintubasi O:
- TD: 102/58 mmHg, HR:92 x/mnt, suhu36,7oC RR:18x/mnt, SpO2 100%, CVP: 10
- GDS jam 19 : 134 mg/dL - drip insulin di stop
- Intake 1738 ml/6 jam (3-4 ml/kgBB/jam - Output 1708 ml/6 jam (3-4ml/kgBB/jam) - Balance cairan +30 ml/10 jam
A:
Masalah teratasi P:
- Intrvensi dihentikan
- Monitor kadar glukosa darah
- Kolaborasi pemberian terapi insulin , jika perlu
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 0
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
4/10/2024 14.00 – 20.00
Risiko perdarahan
ditandai dengan tindakan
pembedahan
- Monitor hemidinamik - Monitor tanda dan gejala
perdarahan
- Monitor nilai hematokrit/
hemoglobin
- Monitor koagulasi
S: Pasien terintubasi O:
TD: 102/58 mmHg, HR:92 x/mnt, suhu 36,7oC RR:18x/mnt, SpO2 100%, CVP:
10
• Pasien pasca tindakan CABG hari 0
• Terdapat luka post operasi sternum, tertutup transparan dressing, luka pada kedua tungkai tertutup perban elastis, luka tampak bersih tidak ada
rembesan
• Produksi drain 160 ml/6 jam (0,1-0,2 ml/kgBB/jam)
• Hasil labor jam 19.42: Hb: 12,0 g/dL, Ht: 36,4 %, leukosit: 18.620 sel/mcL trombosit: 225 ribu/mcL.
• Sudah transfusi darah FFP 2 bag A: Masalah perdarahan teratasi sebagian P:
Lanjutkan intervensi
• Monitor tanda dan gejala perdarahan
• Identifikasi penyebab perdarahan
• Periksa drainase luka
• Monitor terjadinya perdarahan (sifat dan jumlah)
• Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan setelah kehilangan darah
• Monitor tekanan darah dan parameter haemodinamic (tekanan vena central dan tekanan baji kapiler atau arteri pulmonal), jika ada
• Monitor intake dan out put cairan
• Monitor coagulasi darah (protarombin time (PT), Partial tromboblastin time (PTT), fibrinogen, degradasi, fibrin, dan jumlah trombosit) jika ada
• Monitor delivery oksigen jaringan (mis. PaO2, SaO2, haemoglobin dan curah jantung)
• Monitor tanda dan gejala perdarahan masif
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 0
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
4/10/2024 14.00 – 20.00
Risiko infeksi ditandai
dengan efek prosedur
invasif
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Memberikan
perawatan luka pada area luka post operasi - Mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien - Kolaborasi dalam
pemberian terapi antibiotik
S:
Pasien terintubasi O:
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Area luka post operasi di sternum tertutup dressing trasnparan, tampak bersih dan tidak ada rembesan
- Luka di kedua tungkai tertutup elastis perban, tampak bersih tidak ada rembesan
- Terpasang ETT di trakea tampak bersih
- Terpasang CVC, sideport, Artery line dan vena perifer tampak bersih tidak ada rembesan
- Hasil labor jam 20.00: Hb: 12,0 g/dL, Ht: 36,4 %, leukosit:
15.620 sel/mcL trombosit: 223 ribu/mcL.
A: Masalah tidak terjadi P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Monitor kondisi balutan luka post operasi
- Monitor kondisi pemasangan alat invasif (CVC, sideport, artery line, vena perifer)
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotik
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 0
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
4/10/2024 14.00 – 20.00
Resiko perfusi jaringan perifer
tidak efektif berhubunga n
dengan prosedur pemasanga n IABP
- Melakukan zeroing dan levelling
- Monitor hemodinamik - Mengkaji sirkulasi perifer ( Nadi,
edema, CRT)
- Mengecek warna kulit secara rutin
- Memonitor Kardiovaskuler - Memonitor adanya disritmia - Mengobservasi gelombag IABP
- Memonitor balance cairan intake, output harian
- Kolaborasi dengan dokter evaluasi ECHO
- Mengobservasi pulsasi perifer,
temperatur dan warna kulit setiap
jam.
- Mengecek posisi tip IABP di rontgen
S:
Pasien terintubasi
O:- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Area luka post operasi di sternum tertutup dressing trasnparan, tampak bersih dan tidak ada rembesan - Luka di kedua tungkai tertutup elastis perban, tampak
bersih tidak ada rembesan
- Terpasang ETT di trakea tampak bersih
- Terpasang CVC, sideport, Artery line dan vena perifer tampak bersih tidak ada rembesan
- Hasil labor jam 20.00: Hb: 12,0 g/dL, Ht: 36,4 %, leukosit:
15.620 sel/mcL trombosit: 223 ribu/mcL.
A: Masalah tidak terjadi P:- Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Monitor kondisi balutan luka post operasi
- Monitor kondisi pemasangan alat invasif (CVC, sideport, artery line, vena perifer)
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotik
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 1
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
5/10/2024 08.00 – 14.00
Gangguan ventilasi spontan
berhubungan dengan
kelemahan otot
pernapasan dibuktikan dengan pengaruh ansetesi, terintubasi, post
pembedahan jantung
- monitor status respirasi dan oksigeniasi
- monitor hemodinamik - mempertakankan
kepatenan jalan napas - memberikan posisi
semifowler
- melakukan weaning ventilator mekanik - monitor hasil Analisa
gas darah
S: klien belum sadar , masih terintubasi O:
• Jam 07.00 terpasang ventilator mode PSIMV FiO2 40% PEEP 5 P Insp 12, SpO2 100%, TVe 514
• Jam 14.00 terpasang Ventilator mode PS 10 FiO2 40% PEEP 5
• Suara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
• TD: 98/55 mmHg, HR: 86x/mnt suhu: 36,5oC RR:
18x/mnt, Saturasi 100%, CVP: 10
• Hasil AGD jam 13.00 pH: 7.45, PaO2: 155,4., PaCO2: 33,2, HCO3: 23,2, BE: 0.4, SaO2:98,9%
• Surara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 1
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
5/10/2024 08.00 – 14.00
penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan
kontraktilitas, perubahan
preload, dan perubahan
afterload
- mengidentifikasi tanda dan gejala primer
penurunan curah jantung (meliputi dispnea,
kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan JVP) - monitor tekanan darah - monitor intake dan output - monitor saturasi oksigen - monitor EKG 12
sandapan - monitor nilai
laboratorium jantung - memberikan posisi
semifolwer
- kolaborasi dalam pemberian terapi
S:
Klien belum sadar masih on sedasi dan terintubasi O:
- kesadaran SAS 2 - keadaan umum lemah
- tidak terdapat peningkatan JVP
- TD: 98/55 mmHg, HR: 86x/mnt suhu: 36,5oC RR: 18x/mnt, Saturasi 100%, CVP: 10
- TD IABP 114/86,MAP 108
- Terpasang IABP di femoralis dekstra dengan frekuensi 1:1 , augmentasi maksimal, pulsasi arteri dorsalis pedis kanan dan kiri teraba cukup kuat , akral hangat. CRT < 2 dtk
- EKG normal sinus rhtym
- Intake 1140 ml/7 jam (2 ml/kgBB/jam - Output 1410 ml/7 jam (1-2 ml/kgBB/jam) - Balance cairan -270 ml/7 jam
A:
Masalah belum teratasi P:
- Lanjutkan intervensi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan JVP) - Monitor tekanan darah, nadi, saturasi, EKG dan intake output - Monitoring IABP
- Kolaborasi dalam pemberian terapi
- Kolaborasi dalam pemeriksaan ekokardiografi
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 1
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
5/10/2024 08.00 – 14.00
Risiko
perdarahan ditandai dengan tindakan pembedaha n
- Monitor tanda dan gejala perdarahan - Monitor nilai
hematokrit/
hemoglobin
- Monitor koagulasi
S: klien belum sadar , masih terintubasi O: kesadaran SAS 2
• Tidak ada tanda dan gejala perdarahan
• Terdapat luka post operasi sternum, tertutup transparan dressing, luka pada kedua tungkai tertutup perban elastis, tampak bersih tidak ada rembesan
• Produksi drain 40 ml/ 7 jam (0,1ml/kgBB/jam)
• Hasil labororatorium jam Hb: 10,3 g/dL A: Masalah tidak terjadi
P:
• Lanjutkan intervensi
• Monitor tanda dan gejala perdarahan
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 1
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
5/10/2024 08.00 – 14.00
Risiko infeksi ditandai
dengan efek prosedur
invasif
- Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan sistemik
- Memberikan
perawatan luka pada area luka post operasi - Mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien - Kolaborasi dalam
pemberian terapi antibiotik
S: klien belum sadar , masih terintubasi O:
- Tanda-tanda vita dalam batas normal,
- Terdapat luka post operasi sternum, tertutup
transparan dressing,luka tampak bersih tidak ada rembesan
- Terpasang ETT di trakea tampak bersih
- Terpasang CVC, sideport, Artery line dan vena perifer tampak bersih tidak ada rembesan
- Hasil leukosit: 12.320/mm3 A: Masalah tidak terjadi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Monitor kondisi balutan luka post operasi
- Monitor kondisi pemasangan alat invasif (CVC, sideport, artery line, vena perifer)
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Im p le m e n ta si & E v a lu a si H a ri 1
Hari/Tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi
5/10/2024 08.00 – 14.00
Resiko perfusi jaringan
perifer
tidak efektif berhubungan dengan
prosedur pemasangan IABP
- Melakukan zeroing dan levelling
- Monitorhemodinamik CO/CI
- Mengkaji sirkulasi perifer ( Nadi, edema, CRT)
- Mengecek warna kulit secara rutin
- Memonitor Kardiovaskuler
- Memonitor adanya disritmia
- Mengobservasi gelombang IABP - Memonitor balance cairan intake, output harian
- Mengobservasi pulsasi perifer, temperatur dan warna kulit setiap jam.
S : - O :
- TD: 98/55 mmHg, HR:86 x/mnt, suhu 36,7oC
RR:18x/mnt, SpO2 100%, CVP: 10 EKG SR , Akral hangat Nadi kuat
- Nadi poplitea,tibialis posterior dan dorsalis pedis teraba sama kuat
- Terpasang kateter IABP hari ke-1 - patency kateter dan selang IABP baik A : Masalah belum teratasi
P:
- Lanjut Intervensi
- Tempatkan tempat tidur di posisi sudut 15-30 derajat untuk mempertahankan posisi kaki pada tempat
penusukan agar tetap lurus
- Mengkaji daerah sekitar penusukan kateter IABP setiap 2 jam, kaji apakah terjadi hematom atau Perdarahan
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan prosedur pembedahan penyakit jantung koroner dengan cara membuat saluran baru melewati bagian arteri koronaria yang mengalami penyempitan atau penyumbatan sehingga aliran lancar kembali ke jantung. Operasi CABG dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, dengan on pump dan off pump.
Asuhan keperawatan pasca operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan hal yang sangat penting dalam perawatan pasien pasca bedah.
Pengkajian yang spesisfik dan baik serta intervensi dan implementasi yang tepat dapat menentukan tindakan apa yang tepat untuk diberikan kepada pasien serta membantu dalam mempercepat pulihnya kondisi pasien pasca pembedahan terutama pada pasien-pasien yang dalam kondisi pre op, intra op maupun post op kurang bagus sehingga harus menggunakan assist device seperti IABP.
Kesimpulan
Sekian terima kasih