• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aswaja

N/A
N/A
Fathia artha lestari

Academic year: 2024

Membagikan "Aswaja"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1. Secara etimologis, istilah Aswaja berasal dari bahasa Arab, yaitu:

*Ahlus: yang berarti "keluarga" atau "pengikut".

*Sunnah: yang berarti "jalan" atau "cara hidup", yang dalam konteks ini merujuk pada ajaran Nabi Muhammad SAW yang tercatat dalam hadits.

*Wal Jamaah: yang berarti "dan jamaah" atau "kelompok" yang merujuk pada umat Muslim yang mengikuti ajaran sunnah tersebut secara konsisten dan kompak.

Secara terminologis, Ahlussunnah wal Jamaah atau Aswaja adalah kelompok atau paham dalam Islam yang menganggap ajaran-ajaran yang bersumber dari sunnah (hadits Nabi) dan ijma' (kesepakatan para ulama) sebagai pedoman utama dalam beragama.

2.

AGAMA ALIRAN FAHAM ORGANISASI

Islam Asyariyah Wahabi NU

Kristen Protestan Khawarij Syi’ah Muhammadiyah

Katolik Jabariyah Aswaja Assidiqiyah

Hindu Qodariyah LDII

Buddha Mu’tazilah HTI

Khonghucu Murjiah

3. beberapa sebab utama yang menjadi pemicu munculnya aliran-aliran atau paham-paham dalam Islam setelah periode sahabat:

1. Perbedaan Politik

Salah satu faktor utama yang menyebabkan munculnya perbedaan aliran adalah pertentangan politik yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW, terutama mengenai siapa yang berhak memimpin umat Islam. Pertentangan ini menciptakan dua kelompok besar:

* Menganggap bahwa kepemimpinan seharusnya berada di tangan keluarga Nabi, khususnya Ali bin Abi Talib dan keturunannya.

*Sunni: Menganggap bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya dipilih berdasarkan konsensus umat, yang dimulai dengan pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama.

2. Perbedaan Pemahaman Teologis

Seiring dengan berkembangnya umat Islam, perbedaan dalam pemahaman ajaran agama, terutama dalam hal teologi dan akidah, juga muncul. Misalnya, dalam masalah takdir, sifat-sifat Tuhan, dan hubungan antara iman dan amal. Ini menyebabkan lahirnya berbagai kelompok dengan pandangan teologis yang berbeda, seperti:

*Mu'tazilah: Menekankan pada akal dan rasio sebagai dasar untuk memahami ajaran Islam.

*Asy'ariyah: Menggabungkan antara akal dan wahyu dalam memahami sifat-sifat Tuhan.

(2)

*Maturidiyah: Menekankan pentingnya akal dalam beberapa aspek, tetapi lebih fokus pada wahyu dalam masalah akidah.

3. Perbedaan dalam Fiqih dan Hukum Islam

Perbedaan dalam memahami dan menginterpretasikan hukum-hukum Islam (fiqih) juga menjadi faktor penyebab munculnya aliran-aliran. Setelah periode sahabat, para ulama mulai

mengembangkan metodologi hukum (usul fiqih) dan mengajarkan fiqih dalam konteks yang berbeda-beda. Hal ini menghasilkan berbagai mazhab fiqih, seperti:

*Hanafi: Berdasarkan pendapat Abu Hanifah, menekankan pada penggunaan qiyas (analogi) dalam pengambilan hukum.

*Maliki: Berdasarkan pendapat Imam Malik, lebih menekankan pada praktik masyarakat Madinah sebagai sumber hukum.

*Syafi'i: Berdasarkan pendapat Imam Syafi'i, yang mengembangkan prinsip-prinsip usul fiqih secara lebih sistematis.

*Hanbali: Berdasarkan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, lebih konservatif dan mengutamakan hadits sebagai sumber hukum.

4. Perbedaan dalam Pemahaman Tentang Sunnah

Perbedaan dalam pemahaman tentang sunnah Nabi Muhammad SAW dan seberapa jauh umat Islam harus mengikuti sunnah beliau juga menjadi faktor utama munculnya aliran atau paham.

Beberapa kelompok lebih menekankan pentingnya mengikuti sunnah secara literal, sementara yang lain memberikan ruang untuk interpretasi berdasarkan konteks zaman.

5. Pengaruh Budaya dan Lingkungan

Seiring dengan penyebaran Islam ke berbagai wilayah, pengaruh budaya lokal dan interaksi dengan pemikiran dan tradisi lain juga memengaruhi perkembangan paham dan aliran dalam Islam. Misalnya, di kawasan Persia dan India, pengaruh pemikiran filsafat Yunani atau Hindu bisa memengaruhi cara pandang terhadap Islam.

6. Pengaruh Sosial dan Ekonomi

Ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi di berbagai wilayah Islam juga mempengaruhi pemikiran dan perjuangan kelompok-kelompok tertentu. Dalam beberapa kasus, perbedaan paham ini berhubungan dengan perjuangan untuk keadilan sosial dan pemerataan kekayaan.

7. Kemunculan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Pada masa pemerintahan Abbasiyah, kemunculan berbagai aliran filsafat dan ilmu pengetahuan, seperti perdebatan tentang rasionalisme, ilmu kalam (teologi rasional), dan logika Aristotelian, turut mempengaruhi perkembangan paham-paham teologi dan filosofis dalam Islam.

8. Kontak dengan Paham-paham Non-Islam

Pada masa-masa tertentu, umat Islam melakukan interaksi dengan budaya dan pemikiran luar Islam, baik itu dari Yunani, Romawi, Persia, maupun India. Interaksi ini menghasilkan sintesis ideologis yang membentuk aliran-aliran baru dalam Islam.

4.1. Jabariyah

(3)

 Inti Ajaran:

Aliran Jabariyah menekankan pandangan bahwa manusia tidak memiliki kebebasan dalam menentukan nasibnya. Mereka percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini

sepenuhnya ditentukan oleh kehendak Tuhan, dan manusia hanya berfungsi sebagai "alat" atau

"robot" dalam menjalani takdir tersebut. Dalam pandangan ini, segala perbuatan manusia, baik itu baik atau buruk, adalah hasil dari keputusan Tuhan, tanpa adanya kebebasan atau usaha dari manusia.

 Pendapat Utama:

*Fatalisme: Manusia tidak memiliki kebebasan dalam memilih perbuatannya, karena semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan.

*Takdir Mutlak: Semua kejadian, baik yang positif maupun negatif, sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan dan tidak ada peran aktif manusia dalam menentukan hasilnya.

 Contoh: Aliran ini sering dikritik karena terlalu membatasi kebebasan manusia dan mengabaikan aspek tanggung jawab pribadi.

2. Qodariyah

 Inti Ajaran:

Sebaliknya dengan Jabariyah, aliran Qodariyah mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan penuh untuk memilih dan melakukan perbuatan mereka. Mereka percaya bahwa Tuhan

menciptakan manusia dengan kemampuan untuk berbuat baik atau buruk, dan manusia memiliki kekuatan untuk mengendalikan takdirnya sendiri. Dengan kata lain, takdir tidak ditentukan secara mutlak oleh Tuhan, melainkan manusia diberi kebebasan dalam memilih perbuatannya.

 Pendapat Utama:

*Kebebasan Manusia: Manusia memiliki kemampuan untuk memilih antara kebaikan dan keburukan.

*Tanggung Jawab Manusia: Setiap perbuatan manusia adalah hasil dari keputusan bebasnya, sehingga mereka bertanggung jawab penuh atas perbuatannya.

*Menolak Takdir yang Ditentukan: Aliran ini menolak pandangan fatalis yang mengatakan bahwa segala perbuatan sudah ditentukan oleh Tuhan.

 Contoh: Aliran ini cenderung mengedepankan kebebasan manusia dan sering kali dikritik oleh kelompok-kelompok lain yang merasa pandangan ini berlebihan dalam memberi kebebasan tanpa kendali.

3. Mu'tazilah

 Inti Ajaran:

Mu'tazilah adalah aliran rasionalis dalam Islam yang menekankan pada pentingnya akal dalam memahami ajaran agama. Mereka menolak pandangan bahwa segala perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan dan lebih menekankan pada kebebasan manusia dalam memilih

(4)

perbuatannya. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk melalui akal, dan Tuhan memberikan kebebasan ini kepada manusia untuk menentukan nasibnya sendiri.

 Pendapat Utama:

*Kebebasan Manusia: Manusia memiliki kebebasan dalam memilih antara kebaikan dan keburukan.

*Keadilan Tuhan: Tuhan tidak akan membebani umat-Nya dengan beban yang tidak dapat mereka tanggung, dan Tuhan hanya mengazab orang yang memilih keburukan berdasarkan kehendaknya sendiri.

*Iman dan Amal: Iman bukanlah sesuatu yang diberikan secara otomatis, tetapi harus diperoleh melalui usaha dan akal yang benar. Amal perbuatan manusia juga menjadi bagian dari pertanggungjawaban di akhirat.

 Contoh: Mu'tazilah juga menekankan bahwa Tuhan itu Maha Adil, sehingga tidak ada alasan bagi Tuhan untuk menzalimi hamba-Nya. Mereka juga menekankan pada pentingnya rasio dalam menilai segala aspek kehidupan.

4. Asy'ariyah

 Inti Ajaran:

Asy'ariyah adalah aliran teologi yang didirikan oleh Imam Abu Hasan al-Asy'ari sebagai reaksi terhadap Mu'tazilah. Aliran ini berusaha untuk menggabungkan antara keimanan yang kuat kepada Tuhan dengan kebebasan manusia yang terbatas. Dalam pandangan Asy'ariyah, manusia memang memiliki kebebasan dalam bertindak, tetapi kebebasan ini tetap berada dalam

kerangka takdir Tuhan. Artinya, meskipun manusia diberi kebebasan untuk memilih perbuatannya, Tuhan tetap mengetahui dan menghendaki segala sesuatu yang terjadi.

 Pendapat Utama:

*Kehendak Tuhan yang Mutlak: Tuhan memiliki kehendak mutlak atas segala sesuatu, tetapi Tuhan memberi kebebasan terbatas kepada manusia dalam bertindak.

*Kesatuan Iman dan Amal: Iman dan amal adalah dua hal yang terpisah dalam pengertian, tetapi keduanya saling berkaitan dalam menilai tindakan manusia.

*Kasb (Perolehan): Manusia memperoleh perbuatan mereka dengan kehendak Tuhan.

Dengan kata lain, Tuhan yang memberi kemampuan untuk bertindak, tetapi manusia yang "memperoleh" perbuatan itu dengan pilihannya.

*Tuhan yang Maha Kuasa dan Adil: Meskipun Tuhan Maha Kuasa dan segala sesuatu dalam kehendak-Nya, Tuhan tetap adil dan tidak menzalimi hamba-Nya.

 Contoh: Asy'ariyah menekankan pentingnya menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang Maha Adil, namun manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatannya. Ini merupakan jalan tengah antara Jabariyah dan Qodariyah.

(5)

5. Perkembangan faham Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Aswaja) di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap peta pemikiran dan praktik keagamaan di negara ini. Sebagai faham mayoritas yang dianut oleh umat Islam di Indonesia, Aswaja memegang peran penting dalam menjaga stabilitas sosial, budaya, dan teologis dalam masyarakat Muslim Indonesia. Namun, seperti halnya perkembangan aliran- aliran lain, faham Aswaja juga mengalami dinamika dan tantangan, baik dari dalam maupun luar.

Berikut ini adalah beberapa poin yang menggambarkan perkembangan dan tantangan faham Aswaja di Indonesia:

*Aswaja Sebagai Identitas Keagamaan Mayoritas

*Tantangan Eksternal: Radikalisasi dan Wahabisme

*Peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam Mempertahankan Aswaja

*Islam Nusantara: Menjaga Kearifan Lokal dalam Konteks Aswaja

*Tantangan Internal: Pemahaman yang Tidak Konsisten

Referensi

Dokumen terkait

kriteria yang ditetapkan para ulama dengan berpedoman kepada al- Qur’an, sunnah, ijma’, Qiyas dan Qaulushahabah, penetapan halal dan haram dalam konsumsi,

Adapun mengenai derajat keshahihan hadits di atas, perlu saudara ketahui bahwa para ulama ahli hadits dari kalangan ahlus sunnah wal jama'ah sepakat bahwa

Di samping mereka menamakan sebagai golongan yang berpedoman pada ajaran ahlussunnah wal jama’ah yaitu berpegang teguh pada teks al-Quran dan hadis, mereka juga

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penanaman ajaran ahlussunnah wa al-jamaah ala Nahdlatul Ulama pada organisasi PRISMA Desa Bojong Kecamatan

Namun ulama yang mengatakan wajibnya sutroh membantah bahwa dua hadits ini yang menunjukan sunnah adalah berupa perbuatan Nabi , sedangkan hadits-hadits perintah menggunakan

ASWJ KHAWARIJ SYIAH AJARAN SESAT Ahli Sunnah Wal Jamaah ialah kumpulan yang berpegang teguh dengan al- Quran, sunnah Rasulullah s.a.w dan perkara yang dibawa oleh

Menurut para ulama, Tarekat Naqsyabandiyah berpegang erat pada prinsip ahlu sunnah wal jama'ah (kelompok yang selalu mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan persetujuan

Ringkasan dokumen ini adalah tentang definisi dan sejarah Ahlussunnah wal Jamaah dalam