• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 hasil dan pembahasan gambut

N/A
N/A
ADI LIYO INDO

Academic year: 2025

Membagikan "BAB 4 hasil dan pembahasan gambut"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELOLAAN LAHAN BASAH DAN GAMBUT TROPIS

SISTEM PRODUKSI TANAMAN PADA LAHAN BASAH DAN GAMBUT Dosen Pengampu :

1. Dr. Tatang Abdurrahman, S.P., M.P 2. Prof. Dr. Ir. Gusti Zakaria Anshari, MES

OLEH :

1. ESA MARDIANTO C1011211003

2. ADILIYO INDO C1011211004

3. FARADILA ALYA ARIANTI TAKAN C1011211067

4. FENA RUTHMAYDA ERNITA DAMAYANTI C1011211074

5. KURNIA GILANG RAMADHANSYAH C1011211080

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia – Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Pengendalian Hama Tanaman tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah banyak membantu baik dukungan moral dan informasi bagi keberlangsungan penulisan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini, Ibu Indri Hendarti karena pemberian tugas ini Kami dapat banyak belajar dan banyak menemukan sumber informasi mengenai hama kutu kebul pada tanaman tomat.

Kami menyadari pada penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Layaknya pepatah yang mengatakan bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini Kami tulis. Oleh karen itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Demikian makalah ini Kami tulis, apabila ada kesalahan Kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.

Terima Kasih

Pontianak, April 2023

Penulis

(3)

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1. Latar belakang... 1

2. Rumusan masalah...2

3. Tujuan praktikum...2

BAB II METODELOGI PRAKTIKUM...3

1. Waktu pelaksanaan... 3

2. Alat dan bahan...3

3. Tahapan penelitian... 3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...6

1. Hasil ...6

2. Pembahasan ... 10

BAB IV PENUTUP...13

1. Kesimpulan ...13

2. Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA... 14

LAMPIRAN...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN 4. Latar belakang

Lahan basah dan gambut adalah jenis lahan yang memiliki karakteristik unik dan penting dalam konteks pertanian. Tanah-tanah ini memiliki tingkat keasaman tinggi, kadar air yang tinggi, dan kandungan bahan organik yang besar. Sistem produksi tanaman pada lahan basah dan gambut memerlukan pendekatan yang berbeda dengan sistem produksi di lahan lainnya. Keberhasilan dalam mengelola dan memanfaatkan lahan basah dan gambut untuk produksi tanaman memainkan peran penting dalam mencapai ketahanan pangan dan perlindungan lingkungan.

Lahan basah dan gambut merupakan ekosistem yang penting dan memiliki potensi besar dalam kontribusinya terhadap produksi pangan dunia. Lahan basah dan gambut mencakup berbagai jenis lahan seperti rawa, paya, dan gambut. Secara global, lahan basah dan gambut menutupi sekitar 3% dari total luas daratan Bumi, namun menyimpan hampir 30% dari total cadangan karbon tanah di dunia. Selain itu, lahan basah dan gambut juga berperan penting dalam menyediakan habitat bagi flora dan fauna yang khas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun, pengelolaan sistem produksi tanaman pada lahan basah dan gambut memiliki tantangan tersendiri, terutama karena karakteristik tanah yang berbeda dan tingkat keasaman yang tinggi.

Sistem produksi tanaman pada lahan basah dan gambut memiliki beberapa keunikan dan perbedaan dibandingkan dengan sistem produksi di lahan lainnya. Salah satu karakteristik utama lahan basah dan gambut adalah kelembaban tinggi yang mempengaruhi kondisi drainase. Tanah pada lahan ini cenderung memiliki keasaman tinggi dan kandungan bahan organik yang besar. Tingkat keasaman yang tinggi dan rendahnya ketersediaan nutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya. Oleh karena itu, strategi manajemen air dan peningkatan kualitas tanah menjadi penting dalam sistem produksi tanaman pada lahan basah dan gambut.

Tantangan utama dalam mengelola sistem produksi tanaman pada lahan basah dan gambut adalah mengatur kualitas air dan drainase yang sesuai. Air yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat memiliki dampak negatif pada pertumbuhan tanaman dan menyebabkan kehilangan nutrisi. Oleh karena itu, penting untuk merancang sistem drainase yang efektif untuk mengontrol tingkat air tanah dan menjaga

(5)

keseimbangan yang tepat. Selain itu, peningkatan kualitas tanah juga merupakan langkah krusial untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkat

5. Rumusan Masalah

a. Manakah perlakuan bahan amelioran terbaik dan paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung ?

b. Manakan perlakuan bahan amelioran terbaik dan paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung ?

6. Tujuan praktikum

a. Untuk melihat pengaruh pemberian bahan amelioran ditambah pupuk kandang pada tanah gambut untuk budidaya tanaman pangan yaitu tanaman jagung.

b. Untuk melihat pengaruh pemberian bahan amelioran ditambah pupuk kandang pada tanah gambut untuk budidaya tanaman hortikultura yaitu tanaman jagung.

(6)

BAB II

METODELOGI PRAKTIKUM 1. Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2023 – 27 Mei 2023 pada lahan yang terletak di Gang Matematika Jalan Reformasi.

2. Alat dan Bahan a. Persiapan lahan

Alat yang digunakan adalah cangkul : cangkul, arit, linggis, rol meter, tali rafia, dan alat pendukung lainnya. Adapun bahan yang digunakan yaitu kapur dolomit, abu dan pupuk kandang.

b. Penanaman

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: rol meter/meteran, tali rafia, tugal, dan alat pendukung lainnya. Bahan yang digunakan yaitu benih tanaman jagung dan benih tanaman kangkung.

c. Pemeliharaan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: cangkul, gembor, dan alat pendukung lainnya. Bahan yang digunakan yaitu bahan tanaman sulam dan pupuk NPK majemuk.

d. Panen

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: wadah panen, timbangan, meteran dan alat pendukung lainnya. Bahan yang digunakan yaitu tanaman yang sudah siap panen.

3. Tahapan Praktikum 1.) Persiapan lahan

a. Pembersihan lahan

Tanah di bersihkan dari vegetasi tanaman dan semak belukar dengan menggunakan arit dan parang.

b. Pengukuran lahan dan jarak tanam - Pengukuran bedengan

Mengukur petak bedengan dengan ukuran lebar dengan ukuran 200 cm x 100 cm dengan jarak antar bedengan 50 cm. Jumlah bedengan

(7)

yang dibuat disesuaikan perlakuan yang diberikan pada beberapa jenis tanaman.

- Pembuatan bedengan

Membuat bedengan dengan ketinggian dan lebar ukuran 30 cm x 100 cm dan jarak antar bedengan 50 cm, sementara panjangnya menyesuaikan dengan kebutuhan atau luas lahan yang tersedia.

Bersamaan dengan pembuatan bedengan atau pengolahan tanah, tambahkan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang, kapur, dan abu sesuai dengan perlakuan.

- Lubang Tanam

Membuat lubang tanam dengan ketentuan ajir yang telah dibuat dengan jarak tanam yang telah disesuaikan dengan komoditi yang akan ditanam Pengaturan jarak tanam, terutama bermaksud agar tiap- tiap tanaman tidak saling berkompetisi dalam memperoleh sumber daya. Jarak tanam untuk tanaman jagung yaitu 70 cm × 25 cm dan untuk tanaman kangkung 20 cm × 20 cm.

2.) Penanaman a. Jagung

- Menentukan jarak tanam yang digunakan 70 antar baris dan 25 dalam barisan (70 cm x 25 cm)

- Menanam benih di atas guludan dengan tugal sedalam 3-4 cm mengikuti tanda pada tali sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.

- Menanam benih ke dalam tiap lubang sebanyak 2 butir, kemudian tutup dengan tanah (ketika sudah tumbuh dipelihara 1 tanaman saja dan yang lainnya akan dieliminasi dengan cara memotong batangnya).

- Menyiram air secukupnya, hingga lembab pada lubang tanam.

b. Kangkung

- Menentukan jarak tanam yang digunakan 20 antar baris dan 20 dalam barisan (20 cm x 20 cm)

- Menanam benih di atas guludan dengan tugal sedalam 3-4 cm mengikuti tanda pada tali sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.

- Memasukkan benih ke dalam tiap lubang sebanyak 3 butir, kemudian tutup dengan tanah.

- Siramlah air secukupnya, hingga lembab pada lubang tanam.

(8)

i. Pemeliharaan a. Penyulaman

Menyulam benih jagung dan kangkung yang tidak tumbuh atau abnormal dengan mengganti benih yang mati dengan bahan tanaman baru pada lubang tanam yang tersedia. Penyulaman dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam.

b. Pemupukan - Jagung

Mengaplikasikan pupuk NPK majemuk dengan dosis 8 g per tanaman, yang diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pemupukan pertama pada umur 7 HST dengan dosis 3 g per tanaman dan pemupukan kedua pada umur 30 HST dengan dosis 5 g per tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara tugal samping tanaman dengan jarak 5 cm.

- Kangkung

Mengaplikasikan pupuk NPK majemuk dengan dosis 2 g per tanaman, yang diberikan pada umur 7 HST. Pemupukan dilakukan dengan cara tugal di bagian tengah antar tanaman.

c. Penyiangan dan pembumbunan

Melakukan penyiangan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman sebanyak 2 kali selama pertumbuhan tanaman jagung, dan kangkung. Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak tanaman sekaligus diikuti pembumbunan ke barisan tanaman untuk menutupi bagian perakaran.

3.) Panen

Untuk tanaman jagung manis pemanenenan dilakukan setelah berumur 75 hari setelah tanam tergantung varietasnya dengan cara mematahkan tongkol dari pangkal batang tanaman. Untuk tanaman kangkung pemanenan dilakukan setelah berumur tanaman sekitar 30 hari sesudah tanam, dengan cara mencabut tanaman hingga akarnya, kemudian akarnya dibersihkan dari sisa-sisa tanah yang masih melekat.

(9)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

A. Data tanaman kangkung

N O

PERLAKUA N

PARAMETER PENGAMATAN

TINGGI TAN SAAT PANEN

(cm) BERAT SEGAR/PETAK (kg)

kontrol abu kapur kontrol abu kapur

1. Sampel 1 0 32 28

0 2,8 1,5

2. Sampel 2 0 11,5 21

3. Sampel 3 0 29 15

RERATA 0,00 24,17 21,33

Berdasarkan hasil pengamatan variabel tinggi tanaman kangkung pada table diatas, tanaman pada petak kontrol atau petak yang tidak diberi amelioran dan pupuk kandang tidak ada yang hidup dan biji tidak ada yang berkecambah sehingga data yang diperoleh tidak ada. Tanaman pada petak yang diberi amelioran abu pembakaran dan pupuk kandang menunjukan tinggi tanaman sebesar 24,17 cm yang diukur saat 28 hari setelah tanam sedangkan pada peta yang diberi amelioran kapur dolomit dan pupuk kandang menunjukan tinggi tanaman sebesar 21,33 cm yang diukur saat 28 hari setelah tanam.

Pengamatan tidak hanya mengukur tinggi tanaman, tetapi terdapat variabel lainnya berupa berat tanaman per petak saat panen. Pada petak kontrol tanaman mati dan tidak ada yang berkembang sehingga tidak memberikan data berat tanaman, untuk petak yang diberi amelioran abu pemabakaran dan pupuk kandang memperoleh berat tanaman perpetak sebesar 2,8 kg sedangkan pada petak yang diberi amelioran kapur dolomit dan pupuk kandang memperoleh berat tanaman perpetar sebesar 1,5 kg.

Data diperoleh dari tanaman sampel yang telah ditentukan sebelumnya saat awal penanaman, sehingga data tanaman sampel tersebut sebagai perwakilan dari setiap petak yang telah diberi perlakuan. Untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan mengenai pengaruh pemberian amelioran dan pupuk kandang untuk budidaya

(10)

tanaman kangkung ditanah gambut perlu dilakukan uji lebih lanjut menggunakan statistik agar dapat memberikan kejelasan terhadap perlakuan yang diberikan.

B. Data tanaman jagung

N O

PERLAKUA N

PARAMETER PENGAMATAN TINGGI TANAMAN (cm)

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

kontro

l abu kapu

r

kontro

l abu kapu

r

kontro

l abu kapur kontro

l abu kapur

1. Sampel 1 56 88 109 60 93 118 74 96 135 78 101 144

2. Sampel 2 39 71 87 44 75 93 43 80 106 0 85 112

3. Sampel 3 9 92 75 11 99 81 13 114 102 0 124 109

RERATA 34,67 83,6

7 90,3

3 38,33 89,0 0

97,3

3 43,33 96,6 7

114,3

3 26,00 103,3 3

121,6 7

Berdasarkan hasil pengamatan variabel tinggi tanaman jagung pada tebel diatas, pengurukan dan pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali dimulai saat tanaman berumur 30 hst. Data yang diperoleh merupakan data yang diambil dari tanaman sampel setiap petak sehingga tanaman yang dijadikan sampel pengukuran akan mewakili setiap petak perlakuan.

Untuk minggu pertama pengamtan tinggi tanaman diperoleh rata-rata tanaman pada petak kontrol sebesar 34,67 cm, pada petak amelioran abu sebesar 83,67 cm dan pada petak amelioran kapur dolomit sebesar 90,33 cm. Pengamtan tinggi tanaman dilanjutkan diminggu berikutnya dan memperoleh data rata-rata tinggi tanaman berupa petak kontrol sebesar 38,33 cm, pada petak amelioran abu sebesar 89 cm dan pada petak amelioran kapur dolomit sebesar 97,33 cm. Untuk data minggu ketiga variabel pengamtan berupa tinggi tanaman memperoleh hasil berupa rata-rata tinggi tanaman pada petak kontrol sebesar 43,33 cm, pada petak amelioran abu sebesar 96,67 cm dan pada petak amelioran kapur dolomit sebesar 114,33 cm. pengamatan minggu terakhir memperoleh data rata-rata tinggi tanaman berupa petak kontrol sebesar 26 cm, pada petak amelioran abu sebesar 103,33 cm dan pada petak amelioran kapur dolomit sebesar 121,67 cm.

Data petak kontrol diminggu pertama mengalami penurunan rata-rata tinggi tanaman dikarenakan tanaman sampel pada petak kontrol atau petak yang tidak diberi amelioran mengalami kematian tepatnya pada tanaman sampel ke 2 dan tanaman sampel ke 3, sehingga data tinggi tanaman yang diperoleh mengalami penurunan.

(11)

N O

PERLAKUA N

PARAMETER PENGAMATAN JUMLAH DAUN (DAUN)

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

kontrol abu kapur kontrol abu kapur kontrol abu kapur kontrol abu kapur

1. Sampel 1 6 5 6 7 6 7 8 8 10 7 9 11

2. Sampel 2 4 4 5 5 5 5 6 7 8 0 8 9

3. Sampel 3 4 6 7 4 7 8 3 9 8 0 11 8

RERATA 4,67 5,0

0 6,00 5,33 6,0

0 6,67 5,67 8,0

0 8,67 2,33 9,3

3 9,33

Berdasarkan hasil pengamatan dengan variabel pengamatan jumlah daun/tanaman diperoleh data seperti table diatas. Pada minggu pertama rata-rata jumlah daun yang keluar dan membuka sempurna pada petak kontrol yaitu 4,67 daun, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 5 daun, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 6 daun.

Pada minggu kedua pengukuran jumlah daun memperoleh rata-rata jumlah daun yang keluar dan membuka sempurna pada pada petak kontrol yaitu 5,33 daun, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 6 daun, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 6,7 daun.

Pada minggu ketiga pengukuran jumlah daun memperoleh rata-rata jumlah daun yang keluar dan membuka sempurna pada pada petak kontrol yaitu 5,67 daun, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 8 daun, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 8,67 daun.

Pada minggu terakhir atau minggu ke empat pengukuran jumlah daun memperoleh rata-rata jumlah daun yang keluar dan membuka sempurna pada pada petak kontrol yaitu 2,33 daun, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 9,33 daun, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 9,33 daun. Pada petak kontrol terjadi penurunan rata-rata jumlah daun dari meniggu sebelumnya, hal ini dikarenakan terdapat tanaman sampel yang mati sehingga tidak memberikan data jumlah daun/tanaman.

N O

PERLAKUA N

PARAMETER PENGAMATAN DIAMETER BATANG (cm)

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

kontrol abu kapur kontrol abu kapur kontrol abu kapur kontrol abu kapur

1. Sampel 1 0,6 0,4 0,71 0,7 0,5 0,8 1,3 1,6

4 0,82 1,4 1,6

8 1,1

2. Sampel 2 0,4 0,3

7 0,9 0,4 0,4 1,1 0.63 1,1

1 1,51 0 1,2

1 1,68

(12)

3. Sampel 3 0,1 0,8

6 0,98 0,1 0,9 1,32 0.31 1,9

3 1,6 0 1,9 1,75

RERATA 0,37 0,5

4 0,86 0,40 0,6

0 1,07 1,30 1,5

6 1,31 0,47 1,6

0 1,51

Berdasarkan hasil pengamatan dengan variabel pengamatan berupa rata-rata diameter batang/tanaman/petak diperoleh data seperti table diatas. Pada minggu pertama rata-rata diameter batang/tanaman/petak pada petak kontrol yaitu 0,37 cm, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 0,54 cm, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 0,86 cm.

Pada minggu kedua pengukuran rata-rata diameter batang/tanaman/petak pada petak kontrol yaitu 0,40 cm, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 0,60 cm, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 1,07 cm.

Pada minggu ketiga pengukuran rata-rata diameter batang/tanaman/petak pada petak kontrol yaitu 1,30 cm, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 1,56cm, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 1,31 cm.

Pada minggu terakhir atau minggu ke empat pengukuran rata-rata diameter batang/tanaman/petak pada petak kontrol yaitu 0,47 cm, untuk petak amelioran abu pembakaran yaitu 160 cm, sedangkan pada petak amelioran kapur dolomit yaitu 1,51 cm. Pada petak kontrol terjadi penurunan rata-rata diameter tanaman dari meniggu sebelumnya, hal ini dikarenakan terdapat tanaman sampel yang mati sehingga tidak memberikan data diameter batang/tanaman.

NO PERLAKUAN

PARAMETER PENGAMATAN

VOLUME AKAR (ml)

kontrol abu kapur

1. Sampel 1 10 20 60

2. Sampel 2 0 25 25

3. Sampel 3 0 50 40

RERATA 3,33 31,67 41,67

Berdasarkan hasil pengamatan volume akar tanaman jagung yang diukur setelah akhir dari fase vegetative maksimum atau 6 MST jagung diperoleh data rata-rata volume akar/petak perlakuan berupa petak kontrol rata-rata volume akar tanaman yaitu 3,33 ml, petak amelioran abu pembakaran dan pupuk kandang rata- rata volume akarnya yaitu 31,67 ml, dan petak amelioran kapur dolomit dan pupuk

(13)

kandang rata-rata volume akarnya yaitu 41,67 ml. Petak kontrol atau petak tanpa perlakuan memperoleh rata-rata volume akar terkecil karena tanaman sampel yang hidup atau tanaman yang hidup pada petak hanya sedikit yaitu tersisa 1 tanaman pada fase vegetative maksimum. Untuk rata-rata volume akar tanaman tertinggi terpadat pada petak perlakuan amelioran kapur dolomit dan pupuk kandang.

2. Pembahasan

Praktikum budidaya tanaman kangkung dan jagung ditanah gambut dengan diberi perlakuan amelioran abu pembakaran dan kapur dolomit ditambah pupuk kandang sebanyak setengah kilogram per petak memberikan pengaruh positif bagi tanaman yang ditanam. Tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan ditanah gambut yang telah diberi amelioran dan pupuk kandang karena diduga pH tanah gambut telah meningkat beberapa persen dari keadaan sebelumnya. Tanah gambut merupakan tanah hasil pelapukan bahan organic berupa ranting pohon, sisa akar, daun kering yang tertumpuk hingga lebih dari 50 cm dan mempunyai tingkat kemasaman tanah yang tinggi dan porositas yang tinggi pula. Secara umum tingkat kemasaman tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tabal bahan organic maka kemasaman gambut akan meningkat. Tingkat kemasaman tanah gambut dipengaruhi oleh adanya asam-asam organic yang terkandung disetiap koloid atau partikel tanahnya. Asam- asam organic ini akan menghambat tanaman dalam memperoleh unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhannya. Unsur hara akan terikat oleh koloid tanah sehingga unsur hara tidak tersedia bagi perakaran tanaman. Tingkat kemasaman tanah gambut berhubungan erat dengan kandungan asam-asam organiknya, yaitu asam humat dan asam fulvat (Andriesse 1974; Miller dan Donahue 1990). Bahan organic telah mengalami dekomposisi mempunyai gugus reaktif seperti karboksil (-COOH) dan fenol (C6H4OH) yang mendominasi kompleks pertukaran dan dapat bersifat asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion H dalam jumlah banyak. Unsur-unsur inilah yang akan mengikat unsur hara tanaman karena memiliki pengaruh yang saling berkaitan. Kondisi tanah gambut yang sangat masam akan menyebabkan kekahatan hara N, P, K, Ca, Mg, Bo, dan Mo. Unsur hara Cu, Bo, dan Zn merupakan unsur hara mikro yang seringkali sangat kurang pada kondisi tanah yang masam (Agus dkk, 2008).

(14)

Pemberian amelioran pada tanah gambut merupakan langkah awal dalam budidaya tanaman baik hortikultura maupun tanaman pangan. Amelioran merupakan bahan yang diberikan untuk meningkatkan pH atau derajat kemasaman tanah sebagai pembenah karena bahan tersebut merupakan bahan yang memiliki ph atau basa tinggi.

Bahan amelioran dapat berasal dari bahan organic yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan mengurangi pencucian herbisida tanah, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah dalam rangka untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bahan amelioran dapat berupa pupuk kandang, kapur pertanian yang biasa dikenal dengan kapur dolomit, kapur kerang, cangkang telur, dan bahan lainya yang mengandung Ca dan Mg tinggi.

Dalam praktikum kali ini bahan amelioran yang digunakan berupa abu dan kapur dolomit. Penambahan abu pada tanah gambut bertujuan untuk meningkatkan kadar abu yang ada pada tanah gambut. bahan abu pada tanah gambut di peroleh atau dipengaruhi oleh bahan mineral yang di bawa oleh pasang surut air yang terjadi dilahan Kawasan gambut. kadar abu pada tanah gambut tergolong rendah, namun tergantung dari ketebalan gambutnya (Widjaja-Adi 1986). Semakin besar kadar abu yang ada pada tanah gambut maka makin besar juga mineral yang terkandung pada gambut. dalam praktikum pemberian abu sangat berpengaruh positif terhadap rata-rata tinggi tanaman dan berat tanaman kangkung per petak, sedangkan pada tanaman jagung tidak begitu berpengaruh. Beberapa penelitian lain membuktikan bahwa pemberian abu Jajang sawit dapat meningkatkan pH tanah dan berpengaruh nyata terhadap kenaikan kadar kalium dapat dipertukarkan (K-dd) (Panjaitan dkk, 2003).

Kandungan hara pada abu dapat menggantikan sumber hara pada kapur dan potassium yang sangat baik untuk tanaman. Abu pembakaran yang diberikan pada tanah gambut dapat menyebar langsung atau terlebih dahulu dikomposkan. Abu pembakaran juga mempunyai manfaat lain yaitu sebagai pengendalian hama dengan menburkannya di sekitar pangkal tanaman yang terserang hama lunak. Abu kayu meningkatkan pH dan menurunkan tingkat kemasaman tanah (Nasih, 2016).

Selain dengan menggunakan abu pembakaran, bahan amelioran yang digunakan dalam praktikum ini adalah kapur dolomit dan pupuk kandang. Kapur dolomit memberi pengaruh yang positif terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan volume akar tanaman jagung lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian abu pembakaran dan pupuk kandang. Pengapuran merupakan cara yang banyak orang lakukan pertama kali dalam melakukan pengolahan media tumbuh

(15)

tanaman. Pengapuran dengan kapur dolomit merupakan salah satu cara utama dalam mengatasi kekurangan unsur hara makro dan mikro yang ada pada tanah gambut.

pengapuran adalah teknologi pemberian pupuk ke dalam tanah, yang dimasudkan untuk memperbaiki sifat-sifat kimai, fisika, dan biologi tanah (Soepardi 1986).

Menurut Hardjowigeno (1995), umumnya bahan kapur untuk pertanian adalah berupa kalsiun karbonat (CaCO3), beberapa berupa dolomit (CaMg(CO3)2), dan hanya sedikit berupa CaO (Kalsium Oksida) atau Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida). Dolomit [CaMg(CO3)2] mengandung Ca2+: 21,73%, Mg 2+: 13,18%, C: 13,03%, O: 52,06%, CaO: 30,40%, MgO: 21,70%, CO2: 47,90%. Selain itu dolomit banyak digunakan karena relatif murah dan mudah didapat (Djuhariningrum et al., 2004). Disamping itu bahan tersebut dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan kimia dengan tidak meninggalkan residu yang merugikan tanah (Safuan, 2002). Pengaruh kapur pada tanah gambut dapat memperbaiki pH tanah, kejenuhan basa (KB), meningkatkan unsur kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) serta mengurangi ketersedian senyawa- senyawa organik beracun. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Kosasih (1986) cit Nurhaida (1988), pemberian dolomit pada tanaman kedelai yang ditanami pada tanah gambut dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan bintil akar serta berat biji tanaman kedelai sangat nyata. Produksi maksimum biji kedelai pada tanah gambut diperoleh pemberian kapur dolomit sebanyak 51 g/polybag setara dengan 8,6 ton kapur/Ha sebesar 18,04 g biji kedelai/polybag.

(16)

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan

Tanaman kangkung lebih adaptif dan berkembang dengan baik di tanah gambut yang diberikan amelioran berupa abu pembakaran dengan hasil data tinggi tanaman sampel rata-rata adalah 24,17 dan berat tanaman/petak yaitu 2,8 Kg.

Tanaman jagung lebih mudah berkembang dan baik pertumbuhannya pada tanah gambut yang diberikan pengapuran dengan kapur dolomit dengan hasil yang ditunjukan berupa tinggi tanaman rata-rata 121,67 cm, jumlah daun rata-rata 9,33 daun, diameter batang rata-rata 1,51 cm dan volume rata rata 41,67.

Pemberian bahan organic dan amelioran sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman hortikultura dan tanaman pangan, peningkatan pH dan penurunan derajat kemasaman tanah dan porositas tanah pada tanah gambut dapat teratasi dengan melakukan kegiatan tersebut.

2. Saran

Perlu dilakukan perhitungan dan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh amelioran yang diberikan pada tanaman jagung dan kangkung di tanah gambut secara statistik untuk memperoleh data yang akurat dan pernyataan kesimpulan dari pemberian amelioran di tanah gambut.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. BPT-BPPP, Bogor.

Andriesse, J.P. 1974. Tropical Peats in South East Asia. Dept. of Agric. Res. Of the Royal Trop. Inst. Comm. 63. Amsterdam 63 p.

Miller, M.H. dan R.L. Donahue. 1990. Soils. An Introduction to Soils and Plant Growth. Prentice Hall Englewood Cliffs. New Jersey. 768p.

Miller, M.H. dan R.L. Donahue. 1990. Soils. An Introduction to Soils and Plant Growth. Prentice Hall Englewood Cliffs. New Jersey. 768p.

Miller, M.H. dan R.L. Donahue. 1990. Soils. An Introduction to Soils and Plant Growth. Prentice Hall Englewood Cliffs. New Jersey. 768p.

Djuhariningrum T, dan Rusmmadi. 2004. Penentuan kalsit dan dolomit secara kimia dalam batu gamping dari madura. Pusat Pengembangan Bahan Galian dan Geologi Nuklir-Batan.8:332- 334

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Hal 173.

Safuan, L.O. 2002. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropika dan Cara Pengelolaannya. IPB. Bogor.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 591 hal.

Nurhaida. 1988. Pengapuran Tanaman Kedelai Pada Tanah Gambut. Tesis S-1.

Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

80 ha

(18)

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pertanyaan evaluasi kuesioner nomor 1 (satu), 3 (tiga), dan 8 (delapan), dapat disimpulkan bahwa responden menyatakan bahwa aplikasi Pocket Event merupakan

Sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini rerata kadar Caspase 3 pada masing-masing perlakuan terhadap jaringan kontrol negatif (mencit normal) memiliki arti

Bibit yang sudah berakar harus dipindahkan ke bedeng aklimatisasi Pemeliharaan bibit yang berada di bedeng aklimatisasi (bibit yang memiliki akar dan 3 minggu berada

Dari tabel 4.3 tersebut di dapat data bahwa ada 2 pertanyaan yang memiliki nilai component matrics lebih kecil dari 0,5 (<0,5) yaitu pertanyaan nomer 4 dan

pagi dan sore hari terdapat pada bagian daun, jika dilihat dari jumlah belalang, lebih banyak terdapat pada daun, pada sore hari, pada saat tanaman jagung memasuki fase generatif

Penambahan lesitin sebagai emulgator kedua bertujuan untuk membantu polysorbate 80 dalam mensolubilisasi fase dalam (minyak) dari mikroemulsi sehingga jumlah minyak yang

Hasil penelitian ini menjelaskan kondisi luka hasil insisi pada hari ke-3, ke-5 dan ke-7 dan perbandingan fase inflamasi (kemerahan, edema, dan cairan luka) dan fase

Gambar 4.10. Grafik Intensitas Terhadap Posisi Pada Input 3 Dari ketiga input tersebut, maka dapat ditentukan nilai lebar grafik pada maksimum tengah yaitu :.. Hasil Simulasi