• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB 4 PEMBAHASAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

44

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Data

Pembahasan yang akan dibahas pada sub bab ini, terkait dengan pengumpulan beberapa data yang diambil dari pekerjaan Proyek Pembangunan Konstruksi Lanjutan Gedung FMIPA Tower (Menara Sains) ITS. Studi kasus pada proyek ini berlokasi di Kampus ITS Sukolilo Surabaya, terdiri dari 7 lantai dengan luas area masing-masing perlantai sekitar 1530 m2. Jangka waktu pelaksaanaanya 180 hari kalender (sesuai dengan data kontrak). Untuk item-item pekerjaan yang dikerjakan pada proyek ini, terdiri dari 2 item pekerjaan utama diantaranya yaitu; Pekerjaan Arsitektur dan Pekerjaan MEP (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing).

Penjadwalan proyek yang digunakan untuk menganalisa ulang waktu pelaksanaan kegiatan pada penelitian ini menggunakan metode Line of Balance yang kemudian akan dibandingkan dengan bentuk penjadwalan kurva S yang telah dipakai dalam proyek ini. Adapun beberapa unsur yang digunakan pada proses pembuatan Line of Balance ialah jenis pekerjaan, perkiraan waktu pelaksanaan pekerjaan dan logika ketergantungan kegiatan pekerjaan, sedangkan untuk kurva S sendiri dimuat dengan beberapa unsur yang hampir sama dengan metode Line Of Balance akan tetapi ada tambahan yang dimuat berupa bobot pekerjaan. prosentase bobot tersebut didapatkan dari proses perhitungan dari biaya perpekerjaan dibagi dengan total biaya pekerjaan kemudian dikalikan 100 persen. Dengan adanya pemilihan metode pelaksanaan serta pemilihan

(2)

45 jadwal yang tepat, dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pelaksanaan pembangunan proyek.

Untuk data yang didapatkan pada penelitian ini dalam bentuk time schedule . Penggunaan data dalam bentuk time schedule yang ditujukan guna untuk memudahkan penyederhanaan tampilan dari proses penyajian data . Dari data tersebut kemudian diuraikan kembali berdasarkan urutan pekerjaan . Setelah proses penguraian telah selesai, data tersebut selanjutnya akan dianalisa dan disusun secara bertahap kedalam metode Line of Balance.

(3)

46 Lanjutan tabel :

`

(4)

47 Lanjutan tabel :

Tabel 4.1. Tabel Uraian Pekerjaan yang terdapat pada “Time Schedule”

Pada Tabel 4.1. terdapat informasi mengenai data pekerjaan berserta bobot pekerjaan dan durasi pekerjaan. Berdasarkan data tersebut dapat diuraikan bahwasanya pekerjaan tersebut dibagi menjadi 2 bagian yakni Pekerjaan Arsitektur dan Pekerjaan MEP.

Untuk pekerjaan arsitektur ada 7 item pekerjaan ditiap lantainya dengan uraian sebagai berikut : Pekerjaan Dinding dan Lapisan ; Pekerjaan Lantai ; Pekerjaan Plafond ; Pekerjaan Pengecatan ; Pekerjaan Kaca Jendela Pintu ; Pekerjaan Tangga ; Pekerjaan Sanitair.

(5)

48 Sedangkan untuk pekerjaan MEP di tiap lantainya yang dimuat dalam tabel tersebut diantaranya berupa : Pekerjaan Elektrikal (berhubungan dengan kelistrikan) ; Pekerjaan AC

; Pekerjaan Elektronika (berhubungan dengan arus lemah seperti : Fire Alarm , CCTV , Telephone , Sound System , Kabel Data , Proyektor ) ; Pekerjaan Mekanikal ( berhubungan dengan jalur air seperti : Plumbing dan Hydrant Sprinkler ). Untuk uraian pekerjaan secara lengkap bisa dilhat pada (lembar lampiran A.2 dan A.3).

4.2 Analisa Kegiatan Pekerjaan Tipikal

Berdasarkan pada tabel 4.1 hasil data yang didapatkan pada proyek Konstruksi Lanjutan Pembangunan Gedung FMIPA Tower (Menaras Sains). Jika dilihat dari uraian kegiatan tersebut akan terlihat sangat kompleks sehingga jika dari tampilan tersebut dibuatkan tabel hubungan logika antar kompenen kegiatan.

Sehingga perlu adanya penguraian komponen jenis pekerjaan dalam satu lantai.

Dikarenakan pada pekerjaan tersebut bersifat tipikal pekerjaannya di tiap lantainya.

(6)

49 Lanjutan tabel :

Tabel 4.2. Daftar Paket Pekerjaan dari Tiap Lantai Tipikal

Uraian pada tabel 4.2 merupakan hasil dari urutan dari tiap komponen pekerjaan berdasarkan data tabel uraian pekerjaan dari time schedule (bisa dilihat pada tabel 4.1) secara sederhana dalam satu lantai tipikal. Pada tabel tersebut memuat informasi berupa item pekerjaan, durasi pekerjaan (hari), dan juga kode pekerjaan.

4.2.1 Penyusunan Work Breakdown Structure (WBS)

Dari hasil penguraian data pada Tabel 4.2, didapatkan 20 komponen jenis kegiatan. Kemudian dari data tersebut akan dianalisa kembali sesuai dengan hubungan antar kegiatan atau bisa dibilang Work Breakdown Structure (WBS).

WBS dibuat sesuai dengan urutan tahap pekerjaan yang dilaksanakan dengan tetap memberlakukan standar urutan pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan pada proses pengerjaanya dilapangan. Berikut adalah hasil dari Work Breakdown Strukture (WBS) berdasarkan data yang diperoleh dari Time Schedule :

1) Pekerjaan Persiapan dengan kode pekerjaan (A) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

(7)

50 2) Pekerjaan Elektrikal dengan kode pekerjaan (J) membutuhkan durasi

waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

3) Pekerjaan Air Conditioner (AC) dengan kode pekerjaan (K) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

4) Pekerjaan Plumbing dengan kode pekerjaan (R) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

5) Pekerjaan Hydrant Sprinkler dengan kode pekerjaan (S) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

6) Pekerjaan Fire Alarm dengan kode pekerjaan (L) membutuhkan durasi waktu selama 7 hari ( 1 minggu ).

7) Pekerjaan Telephone dengan kode pekerjaan (M) membutuhkan durasi waktu selama 7 hari ( 1 minggu ).

8) Pekerjaan Sound System dengan kode pekerjaan (N) membutuhkan durasi waktu selama 7 hari ( 1 minggu ).

9) Pekerjaan Kabel Data dengan kode pekerjaan (P) membutuhkan durasi waktu selama 7 hari ( 1 minggu ).

10) Pekerjaan CCTV dengan kode pekerjaan (O) membutuhkan durasi waktu selama 7 hari ( 1 minggu ).

11) Pekerjaan CCTV dengan kode pekerjaan (O) membutuhkan durasi waktu selama 7 hari ( 1 minggu ).

12) Pekerjaan Proyektor dengan kode pekerjaan (Q) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

(8)

51 13) Pekerjaan Lift dengan kode pekerjaan (T) membutuhkan durasi waktu

selama 7 hari ( 1 minggu ).

14) Pekerjaan Dinding dan Lapisan dengan kode pekerjaan (B) membutuhkan durasi waktu selama 28 hari ( 4 minggu ).

15) Pekerjaan Plafond dengan kode pekerjaan (D) membutuhkan durasi waktu selama 21 hari ( 3 minggu ).

16) Pekerjaan Lantai dengan kode pekerjaan (C) membutuhkan durasi waktu selama 21 hari ( 3 minggu ).

17) Pekerjaan Kaca Jendela & Pintu dengan kode pekerjaan (F) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

18) Pekerjaan Sanitair dengan kode pekerjaan (H) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

19) Pekerjaan Pengecatan dengan kode pekerjaan (E) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

20) Pekerjaan DoorJamb Lift dengan kode pekerjaan (I) membutuhkan durasi waktu selama 14 hari ( 2 minggu ).

(9)

52 Berikut adalah hasil data dari Work Breakdown Structure (WBS) yang dimuat kedalam bentuk tabel WBS :

Tabel 4.3. Work Breakdown Structure (WBS)

4.2.3 Penyusunan Jadwal LoB ( Line of Balance )

Pada proses penyusunan jadwal pekerjaan dengan menggunakan metode Line of Balance (LoB) dibutuhkan beberapa tahapan. Tahapan tersebut diawali dengan pengolahan data hasil dari proses Work Breakdown Structure (WBS) yang dimana pada tampilannya berisikan tentang hasil mengurutkan komponen- komponen pekerjaan berdasarkan hubungan logika ketergantungan. (Bisa dilihat pada tabel 4.3) pada urutan komponen pekerjaan yang paling mendasar adalah Pekerjaan Persiapan, setelah itu dilanjutkan lagi dengan proses Pekerjaan MEP

(10)

53 yang bilamana diuraikan berjumlah 11 item pekerjaan, kemudian dilanjutkan lagi dengan Arsitektur yang bilamana diuraiakan berjumlah 8 item pekerjaan.

Data tersebut kemudian diolah dan dimuat kedalam bentuk Barchart.

Dikarenakan proses tersebut dapat mempermudah proses berikutnya yakni dalam pembuatan grafik LoB. Pada pengisian durasi awal pekerjaan data diambil dari data time schedule. Untuk dapat mempermudah proses penyusunannya. Pada item perpekerjaan pada kolom uraian pekerjaan diberi tanda warna yang berbeda-beda seperti berikut:

Tabel 4.4. Pewarnaan pada Uraian Pekerjaan

(11)

54 Gambar 4.1. Barchart dari hasil WBS satu lantai tipikal

Kemudian dari hasil pembuatan barchat tersebut (pada gambar 4.1), dibuatkan garfik LoB yang dimuat dalam bentuk garis dengan warna yang sesuai dengan item pekerjaan masing-masing.

(12)

55 Gambar 4.2. Grafik LoB kedalam Barchart dari hasil WBS satu lantai tipikal

Dengan telah dibuatannya grafik LoB (pada gambar 4.2) tahap selanjutnya yakni menganalisa terkait dengan adanya permasalahan atau konflik yang terjadi dengan indikator yang dapat dilihat di grafik LoB berupa adaya garis yang berpotongan satu sama lain.

(13)

56 Gambar 4.3. Analisa konflik dari gafik LoB kedalam barchart satu lantai tipikal

Konflik yang terjadi berdasarkan adanya garis yang bersinggungan antar item pekerjaan atau bisa dikatakan jika progress atau kemajuan pekerjaan dari aktifitas yang mengikuti (successor) tidak boleh mendahului aktifitas yang mendahuluinya (predecessor).

(14)

57 Maka dari proses hasil analisa konflik tersebut ditemukan adanya beberapa kegiatan yang saling bersinggungan dapat dikatakan adanya sebuah konflik, berikut uraiannya (dari gambar 4.3) :

 Pada konflik 1, dijelaskan bahwa terdapat konflik antara item pekerjaan dinding dan lapisan dengan item pekerjaan fire alarm.

 Pada konflik 2, dijelaskan bahwa terdapat konflik antara item pekerjaan dinding dan lapisan dengan item pekerjaan telephone.

 Pada konflik 3, dijelaskan bahwa terdapat konflik antara item pekerjaan tangga dengan item pekerjaan fire alarm dan juga item pekerjaan sound system.

 Pada konflik 4, dijelaskan bahwa terdapat konflik antara item pekerjaan fire alarm dengan item pekerjaan sound system.

 Pada konflik 5, dijelaskan bahwa terdapat konflik antara item pekerjaan hydrant sprinkler dengan item pekerjaan proyektor.

Berdasarkan hasil analisa konflik yang telah uraikan, masih terdapat beberapa konflik yang terjadi. Dengan adanya hal tersebut, maka dalam penulisan tugas akhir ini proses penjadwalan proyek dibuat seefisien mungkin. Dengan demikian perlu adanya penyangga/penundaan (Buffer). Sekilas penggunaan buffer bertujuan untuk meminimalisir risiko terjadi conflict/interfensi. Buffer diperbolehkan untuk diberikan pada suatu aktivitas dengan aktivitas pengikutnya sehingga aktivitas pengikut diperkenankan dikerjakan setelah mencapai suatu durasi tertentu.

(15)

58 Tabel 4.5. Tabel Penggunaan Buffer

Berikut penjelasan dari hasil pemberian buffer untuk hasil perbaikan penjadwalan menjadi lebih efisien (lihat tabel 4.5):

 Pekerjaan persiapan tetap, dilaksanakan pada hari ke-1 dan selesai di hari ke-14

 Pekerjaan elektrikal yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-22, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-8. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar

(16)

59 pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-8 dan selesai dihari ke-15, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-89 dan selesai dihari ke-94.

 Pekerjaan air conditioner (AC) yang awalnya dilaksanakan pada hari ke- 29, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-12. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-12 dan selesai dihari ke-20, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-91 dan selesai dihari ke-95.

 Pekerjaan plumbing yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-43, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-17 dan selesai di hari ke-30.

 Pekerjaan hydrant sprinkler yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-99, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-22. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-22 dan selesai dihari ke-30, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-93 dan selesai dihari ke-97.

 Pekerjaan fire alarm yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-36, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-31. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-31 dan

(17)

60 selesai dihari ke-34, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-95 dan selesai dihari ke-97.

 Pekerjaan telephone yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-43, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-33. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-33 dan selesai dihari ke-36, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-97 dan selesai dihari ke-99.

 Pekerjaan sound system yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-57, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-35. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-35 dan selesai dihari ke-38, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-99 dan selesai dihari ke-101.

 Pekerjaan kabel data yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-78, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-37. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-37 dan selesai dihari ke-40, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-101 dan selesai dihari ke-103.

 Pekerjaan cctv yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-85, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-39.

Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan

(18)

61 dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-39 dan selesai dihari ke-42, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-103 dan selesai dihari ke- 105.

 Pekerjaan proyektor yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-99, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-41. Pada pekerjaan ini dijadikan 2 jadwal kegiatan atas dasar pengamatan dilapangan. kegiatan tersebut dilakukan pada hari ke-41 dan selesai dihari ke-49, kemudian dilanjutkan lagi pada hari ke-103 dan selesai dihari ke-107.

 Pekerjaan lift yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-113, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-45 dan selesai di hari ke-51.

 Pekerjaan dinding dan lapisan yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-29, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-45 dan selesai di hari ke-72.

 Pekerjaan dinding dan lapisan yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-29, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-45 dan selesi di hari ke-72.

 Pekerjaan plafond yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-50, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-59 dan selesai di hari ke-79.

(19)

62

 Pekerjaan lantai yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-43, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-66 dan selesai di hari ke-86.

 Pekerjaan kaca jendela dan pintu yang awalnya dilaksanakan pada hari ke- 50, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-73 dan selesai di hari ke-86.

 Pekerjaan tangga yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-50, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-73 dan selesai di hari ke-93.

 Pekerjaan sanitair yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-64, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-80 dan selesai di hari ke-93.

 Pekerjaan pengecatan yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-71, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-104 dan selesai di hari ke-117.

 Pekerjaan pengecatan yang awalnya dilaksanakan pada hari ke-71, kemudian digeser dan diberi buffer sehingga pekerjaan dilakukan pada hari ke-106 dan selesai di hari ke-119.

Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pada pekerjaan MEP dilaksanakan lebih awal dari jadwal yang ditetapkan pada time schedule sehingga waktu mulai pelaksaannya menjadi lebih awal. Pekerjaan MEP juga dibuatkan 2 tahapan pekerjaan yakni tahap pekerjaan instalasi dan pekerjaan pemasangan unit dari instalasinya, sehingga durasi pekerjaan dimuat sebelum item

(20)

63 arsitektur masuk dan dimuat setelah item arsitektur masuk. Tujuan dari pemberian 2 tahapan pekerjaan tersebut agar supaya dari segi logika pekerjaan menjadi masuk diakal. Dikarenkan pada hasil pengamatan dilapangan, proses untuk pengadaan unit khususnya MEP memerlukan waktu yang cukup panjang dikarenakan beberapa dari unit tersebut termasuk barang import.

Sedangkan sebagian besar pada pekerjaan arsitektur mengalami keterlambatan waktu mulai pekerjaan, hal tersebut sangat berbeda dengan jadwal yang ditetapkan pada data time schedule. Sangat dimungkinkan, mengingat dari

hubungan logika

(21)

64 pekerjaan yang dimana urutan pekerjaan yang seharusnya ialah pekerjaan MEP dikerjakan lebih awal dibanding dengan pekerjaan arsitektur. Berikut ialah hasil dari penggunaan buffer yang dimuat kedalam bentuk grafik LoB:

Gambar 4.4. Hasil penggunaan buffer pada grafik LoB kedalam barchart satu lantai tipikal

(22)

65 Tahap berikutnya, setelah proses penentuan buffer selesai dibuat, seperti pada gambar 4.4. Maka tahap selanjutnya ialah menggabungkan grafik LoB menjadi satu kesatuan. Dimana pada proses pembuatannya dibuat berkelanjutan tanpa adanya pemutusan tiap item pekerjaanya .

Gambar 4.5.1 Grafik LoB gabungan kedalam barchart ( Lantai 4 & lantai 5 )

(23)

66 Gambar 4.5.2 Grafik LoB gabungan kedalam barchart ( Lantai 6 & lantai 7 )

(24)

67 Gambar 4.5.3 Grafik LoB gabungan kedalam barchart ( Lantai 8 & lantai 9 )

(25)

68 Gambar 4.5.4 Grafik LoB gabungan kedalam barchart ( Lantai 10 & lantai atap )

Berdasarkan hasil grafik Lob gabungan kedalam barchart yang ditampilkan pada gambar 4.5.1 ; gambar 4.5.2 ; gambar 4.5.3 ; gambar 4.5.4 . Pada hasil analisa pengolahan data durasi time schedule kedalam bentuk metode Line of Balance, didapatkan hasil

(26)

69 durasi sebesar 169 hari. Dengan hasil yang didapatkan tergolong cukup efisien mengingat data durasi dari time schedule yakni 180 hari. untuk mendapatkan tampilan dari grafik LoB secara sederhana tanpa adanya kombinasi. Berikut adalah hasil grafik LoB keseluruhan :

Gambar 4.6 Grafik LoB

(27)

70 4.3 Penyusunan Kurva S

Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan pengendalian biaya yang sangat lazim digunakan pada suatu proyek Secara grafis dalam penyajian kurva S pada sumbu tegak menunjukkan prosestase kemajuan kumulatif pekerjaan, sedangkan pada sumbu mendatar menunjukkan waktu atau durasi pekerjaan yang dilaksanakan. Bentuk kurva S identik dengan garis yang seolah- olah membentuk huruf S yag berasal dari proses dimana pemaduan kemajuan kumulatif setiap satuan dari waktu (hari, minggu, bulan, dan lain-lain).

Pada tahapan pertama saat pembuatan kurva S ialah dengan mempersiapkan data-data yang diperlukan. Biasanya tahapan tersebut dimulai dengan membuat tabel uraian pekerjaan beserta sub total biaya pekerjaan, data tersebut bisa diadopsi dari data rekapitulasi RAB. Pada penelitian ini data yang digunakan merupakan dari data kontrak proyek dari studi kasus. Untuk tampilan yang dimaksud seperti ini :

(28)

71 Lanjutan :

(29)

72 Lanjutan :

Tabel 4.6 rekapitulasi RAB Kontrak

Berdasarkan pada tabel tersebut dijelaskan bahwa informasi yang dimuat berupa uraian pekerjaan arsitektur dan MEP serta informasi biaya dari tiap-tiap uraian pekerjaan.

Kemudian pada tahapan berikutnya dicari bobot pekerjaannya dan durasi pekerjaannya.

Untuk mecari bobot pekerjaan yang dilakukan ialah mempersiapkan tabel bobot yang kemudian dimasukkan dengan rumus: biaya per item pekerjaan / biaya total pekerjaan x 100% . sehingga didapatkan nilai bobot per item pekerjaan. sedangkan untuk mencari durasi yang dibutuhkan pada tiap item pekerjaan, data yang dipakai dari data durasi time schedule. Data tersebut dibuatkan tabel durasi pekerjaan, dan kemudian dimasukkan sesuai dengan durasi item pekerjaan masing-masing. untuk tampilan yang dimaksud seperti ini :

(30)

73

(31)

74 Lanjutan :

Tabel 4.7 Tabel penyusunan bobot pekerjaan dan durasi

(32)

75 Berdasarkan hasil dari tabel 4.7 merupakan tahapan lanjutan dari proses penyusunan Kurva S. setelah dibuatkannya tabel 4.7, kemudian langkah berikutnya membuat barchat yang. Pada proses penyusunan durasi pada barchat, data acuan yang digunakan untuk durasi mulai pekerjaan dan selesai pekerjaan diambil dari data time schedule. Untuk penyusunan bobot bekerjaan pada barchat. Sama halnya penyusunan durasi, pada tahap penyusunan bobot juga mengacu pada data time schedule yang telah ada pada data skunder penelitian.

Setelah hasil dari penyebaran bobot pekerjaan yang disesuaikan dengan durasi pekerjaan disebar. Tahapan berikutnya yakni menjumlah hasil sebaran bobot tiap minggunya, dimasukan kedalam kolom rencana progress mingguan. Setelah selesai, tahap berikutnya ialah menjumlah hasil progress mingguan pada kolom rencana progress mingguan menjadi rencana progress akumulatif .

Tahap penyusunan kurva S, dari hasil penyusunan rencana progress akumulatif,. Kemudian dibuatkan grafik berupa kurva S dengan bantuan program pada komputer. Bentuk kurva haruslah dibuat serupa dengan huruf S, dikarnakan pembentukkan kurva S pada sebagian besar proyek, pada tahap awal pekerjaan biasannya untuk durasi untuk waktu mulai pekerjaan condong dengan lambat, semakin berjalannya waktu semakin banyak pekerjaan yang saling berkaitan satu sama lain sehingga bentuknya berkembang ke puncak, dan kemudian berkurang secara berangsur-angsur bila telah mendekat pada ujung akhir pekerjaan. Hal ini menyebabkan kemiringan kurva kumulatif itu dimulai dengan rencana awal, meningkat di bagian tengahnya dan kemudian mendatar bila telah dengan puncaknya. Untuk hasil penyusunan tersebut didapatkan tampilan seperti berikut ini:

(33)

76 Gambar 4.7 Hasil penyusunan Kurva S

(34)

77 4.4 Pembahasan Hasil Perbandingan

dalam sub judul hasil pembahasan ini merupakan jawaban dari salah satu rumusan yang diangkat pada penelitian ini. sehingga pada hasil penyusunan metode line of balance dengan Kurva S dapat ditarik kesimpulan bahwasanya penggunaan kedua metode ini memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan kegunaannya. hasil tersebut akan dijelaskan pada tabel berikut ini :

Metode Line Of Balance (Lob) Kurva S

1. Data yang digunakan dari data Time Schedule sesuai kontrak.

2. Pada proses penyusunannya dibuatkan tabel uraian pekerjaan sesuai dengan logika hubungan antar pekerjaan (WBS) dengan uraian pekerjaan diambil satu lantai

3. Metode di peruntukkan untuk jenis konstruksi yang bersifat yang tipikal atau berulang.

4. Dari hasil analisa dapat memperlihatkan konflik pekerjaan. konflik tersebut merupakan indikasi adanya item pekerjaan yang dikerjakan dalam waktu bersamaan.

5. Tampilan sangat sederhana berbentuk grafik yang berupa garis-garis horizontal. Grafik tersebut menjelaskan bahwa sumbu X menjelaskan tentang waktu / durasi, sumbu Y menjelaskan tentang unit /

1. Data yang digunakan dari data Time Schedule dan RAB sesuai kontrak.

2. Pada proses penyusunannya diambil dari data rekapitulasi RAB

3. Metode bisa digunakan untuk semua jenis pekerjaan konstruksi (sudah umum & sangat lazim digunakan) 4. Dari hasil analisa bisa menunjukkan

bobot / prosentase pekerjaan.

5. Tampilannya berupa grafik pekerjaan berbentuk S. dengan beberapa penunjang seperti adanya informasi bobot pekerjaan, adanya informasi durasi pekerjaan. yang dimana mungkin untuk beberapa orang sedikit sulit memahami grafik

(35)

78 lantai. Sedangkan Garis-garis tersebut merupakan

indikator dari produktifitas pekerjaan. sehingga mudah dipahami.

6. Sangat cocok digunakan untuk memonitoring pekerjaan dilapangan

tersebut.

Kemudian dari analisa durasi penjdawalan pada data time schedule dengan menggunakan metode line of balance menunjukkan bahwa hasil grafik LoB dari hasil analisa tersebut. Didapati bahwasanya ada beda jumlah durasi sebesar 11 hari dengan jadwal schedule dari Kurva S. Untuk penjelasanya bisa kita lihat dari awal proses analisa penggunaan metode line of balance (dapat dilihat pada 4.1). pada gambar tersebut dapat diamati bahwasanya setelah tahapan penguraian pekerjaan menjadi satu lantai tipikal, kemudian tahap pembuatan barchat dengan data durasi mulai pekerjaan berdasarkan time schedule / kurva S pada hasil barchat tersebut. Adanya waktu kosong di minggu ke-3 antara pekerjaan persiapan (warna merah) dengan pekerjaan elektrikal (warna coklat). (dapat dilihat pada gambar 4.8)

Gambar 4.8 Menunjukkan adanya durasi kosong pada minggu ke-3.

(36)

79 Pada saat analisa konflik pekerjaan (pada gambar 4.3) kemudian pada tahap pengunaan buffer, durasi pekerjaan kemudian diolah sedemikian rupa dengan membuatnya lebih efektif dan efisien ditiap pekerjaannya, dan juga dari hasil masukan team kontraktor. Sehingga pengolahan durasi berdasarkan dari penggunaan buffer tersebut didapatkan hasil seperti pada Gambar 4.4 . didapatkan kannya hasil durasi perlantai

Gambar 4.9 Menunjukkan hasil durasi satu lantai tipikal.

Dari hasil Gambar 4.9 , kemudian digabungkan menjadi satu grafik utuh yang memuat gabungan grafik mulai dari lantai 4 s/d lantai atap. Tiap lantai durasi dibuat beda satu minggu dengan estimasi pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif, juga dapat terpenuhi sesuai dengan durasi waktu yang telah tercantum dalam kontrak. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6 .

4.4.1 Perbandingan Hasil Durasi

Dalam pembahasan ini durasi dari kedua metode penjadwalan tersebut yakni metode penjadwalan menggunakan metode Line of Balance dan penjadwalan menggunakan Kurva S dapat diketahui dengan jelas. Sehingga hal tersebut dapat

(37)

80 mempermudah untuk mengetahui keunggulan masing-masing metode penjadwalan proyek. akan tetapi pada penelitian ini keunggulan dari metode Line of Balance yang diutamakan. Pada tahap penyusunan grafik LoB bisa dilihat di Tabel 4.5 yakni tabel penggunaan buffer. Pada tabel tersebut memuat total durasi satu lantai tipikal. Yang dimana durasi yang dibutuhkan dalam satu lantai kelompok pekerjaan membutuhkan durasi waktu

sebesar 106 hari

Gambar 4.10 Tampilan potongan Tabel 4.5

Dari hasil tersebut pada tahapan berikutnya dilakukan penggabungan menjadi satu kesatuan ( bisa dilihat pada gambar 4.5.1 ; gambar 4.5.2 ; gambar 4.5.3 ; gambar 4.5.4 ; gambar 4.5.5 ). Hasil dari penggabungan tersebut menghasilkan durasi pekerjaan sebesar 169 hari. Sedangkan pada penggunaan dengan Kurva S (bisa dilihat pada gambar 4.7) hasil penyusunannya durasi yang dimuat sesuai dengan data proyek yang telah terkontrak yakni sebesar 180 hari.

Gambar 4.11 Tampilan potongan Kurva S

(38)

81 Sehingga ditemukan adanya beda total durasi yang dibutuhkan antara penggunaan dengan metode Line of Balance dengan menggunakan Kurva S. beda durasi tersebut sebesar 11 hari. Adapun hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan metode Line of Balance dapat memonitor dari segi durasi pekerjaan sehingga dari penyusunan urutan pekerjaannya dapat diketahui dipekerjaan perlantainya.

4.4.2 Perbandingan Hasil Akhir Penyusunan

Hasil akhir penyusunan kedua metode penjadwalan ini sama-sama berupa grafik.

Akan tetapi bentuk dan tampilan dari masing-masing grafik tersebut berbeda. Hal ini dapat dibandingkan secara deskriptif dengan melihat gambar perbandingan dibawah ini :

Gambar 4.12 Grafik Kurva S dan LoB

Pada tampilan Kurva S, bentuk grafik yang dihasilkan pada metode penjadwalan ini berbentuk huruf S. grafik tersebut dibentuk dari besaran bobot kumulatif pekerjaan. dimulai dari bobot 0 persen sampai bobot 100%. Pada tampilannya dikombinasikan dengan metode lain yakni metode barchat.

Tujuannya untuk supaya mempermudah penyusunan bobot ditiap item

Kurva S Grafik LoB

(39)

82 pekerjaannya. Dari segi tampilan Kurva S lebih kompleks, sehingga orang tertentu susah dalam memahami.

Sedangkan, pada tampilan Line of Balance, bentuk grafik yang dihasilkan sangat sederhana yakni berbentuk garis-garis diagonal. Tiap warna dari garis tersebut merupakan informasi dari item pekerjaannya. Pada tabel vertikal memuat jumlah lantai atau unit yang dikerjaan , pada tabel horizontal memuat jumlah durasi atau waktu pekerjaan. pada tampilannya yang sangat sederhana tersebut sangatlah mudah difahami. Apalagi untuk memonitoring pekerjaan perlantainya / unit bisa sangatlah mudah.

Gambar

Tabel 4.1.  Tabel Uraian Pekerjaan yang terdapat pada “Time Schedule”
Tabel 4.2.  Daftar Paket Pekerjaan dari Tiap Lantai Tipikal
Tabel 4.3.  Work Breakdown Structure (WBS)
Tabel 4.4.  Pewarnaan pada Uraian Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

90 Dari hasil tabel diatas Qkap.sal pada masing-masing saluran lebih besar dari Qbanjir rencana ini membuktikan bahwa hasil perbaikan saluran dengan normalisasi

Setelah dilakukan usaha perbaikan tersebut, maka dapat lihat bahwa usahatani tanaman kopi robusta (Coffea canephora) ada beberapa satuan-satuan lahan kelas yang S 3 ,

Untuk kriteria lokasi yang menjadi core faktor adalah Dosen Tetap dan secondary faktor adalah nilai Dosen Tetap , perhitungan dan pemberian nilai profil Dosen dapat lihat pada

Dengan membandingkan hasil analisa pada low frekuensi dengan tabel standar dari EASA dapat di lihat bahwa degredation pada kurva spectrum bernilai 44,55 db seperti

Dari tabel 4.14 dan penjelasan singkat di atas dapat kita lihat bahwa masih sedikit karyawan yang berkinerja baik, karyawan Pelaksana Marketing Mikro atau Sharia

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perbaikan pada system FMCA memberikan hasil yang baik karena mampu menurunkan angka jumlah retur yang disebabkan oleh

No.. Dari tabel di atas dapat ditentukan rata-rata nilainya sebagai berikut. Adapun hasil proses pengamatan terhadap perilaku guru dan siswa selama perbaikan pembelajaran

Data hasil pengukuran grid dengan menggunakan jangka sorong digital dapat. dilihat pada