• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Kesehatan

N/A
N/A
fikri adawiyah

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Kesehatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan." Ini juga merupakan keadaan di mana terdapat keseimbangan antara fungsi sistem fisik, mental, dan sosial (WHO 2019)

Skizofrenia merupakan bagian dari gangguan psikosis yang terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik dalam diri. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan budaya. Biasanya skizofrenia berupa gangguan kejiwaan yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (berupa halusinasi dan waham), gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Sari, et al., 2019).

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup signifikan termasuk dalam empat masalah kesehatan utama di dunia, termasuk Indonesia, Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data World Health Organization (WHO, 2019) terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia.

Data statistik yang disebutkan oleh (WHO, 2020) secara global diperkirakan 379 juta orang terkena gangguan jiwa, 20 juta diantaranya menderita skizofrenia.

Menurut data WHO pada tahun 2021 prevalensi skizofrenia sebesar 24 juta orang.

Menurut data World Health Organization (WHO) prevalensi data skizofrenia yang mengalami kekambuhan diperoleh bahwa tingkat kekambuhan skizofrenia dari tahun 2019 sampai tahun 2021 mengalami peningkatan yaitu dari 28%, 43%, dan 54%. Menurut data dari National Institute of Mental Health (NIMH, 2018), ada

(2)

lebih dari 51 juta orang dengan skizofrenia secara global, atau 1,1% dari populasi di atas usia 8 tahun. Skizofrenia adalah gangguan serius yang dapat mengganggu kinerja akademik dan profesional dalam skala global. Skizofrenia adalah salah satu dari 15 penyebab utama kecacatan secara global, dan meskipun kejadian skizofrenia didokumentasikan dalam jumlah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan prevalensi bentuk penyakit mental lainnya, orang dengan skizofrenia memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk meningkatkan risiko bunuh diri.

(Silviyana, 2022)

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang tergolong berat, menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), ditandai dengan gangguan pada pikiran, perilaku, dan perasaan yang bermanifestasi sebagai kumpulan gejala atau perubahan yang signifikan. dalam perilaku.

Skizofrenia dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi seseorang sebagai manusia (Kemenkes RI, 2019). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes, 2019) memiliki prevalensi sejumlah 1.000 penderita skizofrenia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan prevalensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 sampai 1 per mil. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) di indonesia terdapat penderita skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Dilihat dari hasil Riskesdas tahun 2013 dan 2018 terjadi peningkatan prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia. Sedangkan data kekambuhan di Indonesia tidak dapat diketahui secara pasti. Namun berdasarkan jumlah peningkatan pasien skizofrenia di tahun 2013 dan 2018 meningkat 31,2%.

Berdasarkan data tersebut maka kemungkinan angka kekambuhan juga ikut meningkat setiap tahunnya. (Silviyana, 2022)

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi skizofrenia di Sumatera Utara adalah 1,5 per 1.000 penduduk pada tahun 2018. Serdang Bedagai 1,4 per 1.000 penduduk tahun 2013 meningkat menjadi 2,5 per 1.000 penduduk tahun 2018, Tebing Tinggi 0,9 per 1.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,7 per 1.000 penduduk pada tahun 2018, Pakpak Barat 0,5 per 1.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2018, Samosir 2,2 per 1.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,9 per 1.000 penduduk pada tahun

(3)

2018.Toba Samosir 1,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2018. (Silviyana, 2022)

Data Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan tahun 2016 menjelaskan jumlah pasien penderita skizofrenia sebanyak 1.490 orang, tahun 2017 pasien skizofrenia adalah sebanyak 1.611 orang, dan 70% di antara penderita skizofrenia tersebut merupakan penderita skizofrenia tipe paranoid. Namun pada tahun 2018 terjadi peningkatan penderita skizofrenia terdapat sebanyak 1.750 orang penderita skizofrenia yang dirawat inap, dan jumah keluarga dengan anggota keluarga yang mengidap skizofrenia dan datang berobat jalan pada Bulan Desember sebanyak 312 kunjungan.

Gangguan fungsi kognitif (cognitive impairment) pada skizofrenia merupakan gangguan sisten kognitif berupa gangguan orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi dan Bahasa yang dapat memunculkan masalah berupa resiko ketegangan peran pemberi asuhan, risiko konfusi akut , ketidakberdayaan kerusakan memori, hambatan komunikasi verbal, ansietas, ketidakefektifan perencanaan aktivitas, kelemahan kognitif dapat digambarkan berupa gangguan mengingat, perhatian, executive function, mental processing speed visio spatial ability (suwardianto, 2018).

Fisioterapi memiliki peranan penting dalam program pelayanan kesehatan baik tingkat dasar maupun rujukan. Dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primer), fisioterapis dapat terlibat pelayanan pengembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif. Dalam bidang neurologi, salah satu peran fisioterapi adalah memulihkan atau restorasi pergerakan fungsional manusia dengan berbagai macam pendekatan fisioterapi. Salah satunya yaitu dalam penanganan skizofrenia dengan metode senam otak (Sari, B. N. F.,2019).

Senam otak digunakan untuk memicu hormon endorphin yang memiliki efek mengurangi rasa sakit dan menicu perasaan senang, tenang, bahagia. Hormon tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien skizofrenia salah satunya skizofrenia jenis katatonik dimana pasien cenderung bermalas- malasan, mudah merasa capek, lelah, letih, dan kurang konsentrasi. Hal tersebut dapat menjadikan masalah

(4)

penurunan kebugaran tubuh (Zahnia, S., & Sumekar, D. W., 2016).

Senam otak merupakan salah satu terapi yang dapat meningkatkan fungsi kognitif. Senam otak merupakan rangkaian latihan gerakan sederhana yang dapat meningkatkan konsentrasi, meningkatkan rasa percaya diri, memperkuat motivasi belajar, dan lebih mampu mengendalikan stres. Senam otak juga dapat meningkatkan keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan, meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, serta meningkatkan kemampuan struktur dan fungsi otak untuk terus berkembang karena adanya rangsangan.

Gerakan senam otak memberikan rangsangan atau rangsangan pada kedua belahan otak yang secara fisiologis terkoordinasi melalui corpus callosum, sehingga dapat meningkatkan daya ingat dan fungsi kognitif lainnya. (Sumartyawati, et al., 2021)

Berdasarkan uraian diatas Penulis meneliti Pengaruh Brain Gym ( senam otak) dalam Peningkatan Fungsi Kognitif Pasien Skizofrenia di RSJ. Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan Tahun 2024.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh Brain Gym (Senam otak) dalam peningkatan fungsi kognitif pasien dengan Skizofrenia di RSJ. Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2024?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah tersebut, Tujuan dari penelitian Ini antara lain:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Brain Gym (Senam otak) dalam peningkatan fungsi kognitif pasien dengan Skizofrenia di RSJ. Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2024?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Gambaran Penyakit skizofrenia, Karateristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan Pendidikan

(5)

2. Menganalisis efektivitas senam otak (brain gym) terhadap penderita skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan intervensi di RSJ. Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan Tahun 2024?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.4.1 Bagi Responden

Diharapkan adanya peningkatan fungsi kognitif penderita skizofrenia sehingga kualitas hidup lebih meningkat dan lebih produktif.

1.4.2 Bagi Instansi

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan melakukan terapi Senam Otak (Brain Gym) untuk meningkatkan fungsi kognitif pada penderita skizofrenia.

1.4.3 Bagi penulis

Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai Senam Otak (Brain Gym) terhadap fungsi kognitif pada penderita skizofrenia di komunitas.

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya

1.4.5

Referensi

Dokumen terkait

pada pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah utama gangguan perilaku kekerasan. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan jiwa

Dari beberapa identifikasi masalah diatas maka dapat diajukan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana Gambaran Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa Di Desa

Berdasarkan latar belakang adanya risiko perbuatan yang dilakukan oleh pasien dengan gangguan jiwa selama mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa yang

Sebagai respon PBB menghadapi ancaman dari masalah ini, maka Badan Dunia (PBB) membentuk badan kesehatan yang ditujukan untuk memberikan bantuan yang berhubungan dengan kesehatan

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 keluarga penderita gangguan jiwa di Puskesmas Tanjung Gadang tentang motivasi keluarga dalam merawat pasien

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah gangguan kesehatan dengan gejala psikologis atau perilaku yang terkait dengan penderitaan dan

Prevalensi miopia dan miopia tinggi meningkat secara global pada tingkat yang mengkhawatirkan, dengan peningkatan signifikan dalam risiko gangguan penglihatan dari kondisi patologis

Dokumen ini membahas bagaimana kesehatan mental memengaruhi perilaku individu, termasuk perilaku siswa dan pasien gangguan jiwa