• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 19 (COVID-19) adalah penyakit baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan pada desember 2019, penyakit ini menyebabkan sakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Coronavirus Disease adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah penyakit zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia)(1).

Pada tangal 11 Maret 2020, World Health Organization (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai sebuah pandemi(1). Dikutip dari website gis and data, per tanggal 18 April 2021 tercatat ada sebanyak 140.849.925 kasus positif COVID-19 yang tercatat diseluruh dunia(2). Di Indonesia kasus positif terkonfirmasi COVID-19 pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020, hingga tanggal 18 April 2021, kasus positif terkonfirmasi yang dilaporkan oleh Kementrian Kesehatan RI mencapai 1.604.348 kasus dengan 1.455.065 orang sembuh dan 43.424 orang meninggal. Provinsi dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak adalah DKI Jakarta kemudian diikuti Jawa Barat(3). Per tanggal 18 April 2021, Dinas Kesehatan Jawa Barat melaporkan ada sebanyak

(2)

2

40.416 kasus positif di Jawa Barat, salah satu kota dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak di Jawa Barat adalah Kota Depok, sedangkan Kota Bandung berada di urutan ke-6 jumlah kasus terbanyak di Provinsi Jawa Barat(4).

Angka kasus positif COVID-19 di Kota Bandung masih sangat tinggi, per tanggal 18 April 2021 terdapat 16.460 kasus positif, salah satu kecamatan dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak adalah Kecamatan Kiaracondong dengan kasus positif 571 orang. Kelompok umur yang banyak terpapar virus COVID-19 yaitu kelompok umur 31-45 tahun dan diurutan kedua kelompok umur 19-30 tahun(4). Menurut Depkes RI pengelompokan umur di bagi menjadi 9 kelompok yaitu kelompok balita (0-5 tahun), kanak-kanak (5-11 tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26- 35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (12-16 tahun), lansia akhir (56-65 tahun) dan manula (>65 tahun)(5).

Penulis mengambil sasaran kelompok umur remaja akhir (17-25) tahun karena kelompok umur remaja akhir lebih kompleks masalah kesehatannya.

yaitu terkait dengan masa pubertas. Banyak data menunjukan bahwa masalah kesehatan remaja berawal dari perilaku yang berisiko seperti tidak peduli penyebaran penyakit(6). Kelompok umur remaja akhir ini ada di kalangan mahasiswa. Mahasiswa yang akan diteliti adalah mahasiswa semester 2, karena mereka belum terpapar dengan praktik lapangan, pembelajaran dikelas masih tahap penyesuaian terhadap teori-teori kesehatan serta mahasiswa kesehatan yang nantinya akan terjun kelapangan harus memiliki pengetahuan yang lebih tentang kesehatan.

(3)

3

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sesorang terkontaminasi COVID-19 yaitu tertular melalui kontak dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara sedangkan orang yang berisiko terinfeksi adalah orang yang berhubungan dekat dengan orang yang positif COVID-19(6). Tindakan pencegahan merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat(6). Salah satu tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara promosi kesehatan, dengan memberikan informasi kesehatan tentang pencegahan COVID-19(7).

Dalam penanggulangan COVID-19 Kemenkes RI menghimbau masyarakat Indonesia untuk melakukan pencegahan dengan protokol kesehatan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi dan interaksi(8). Protokol kesehatan ini terus pemerintah sosialisasikan melalui berbagai media, diantaranya media sosial. Layanan informasi media sosial yang disediakan oleh pemerintah berupa youtube “Kementrian Kesehatan RI”, instagram

“kemenkes_ri dan web “www.kemenkes.go.id” serta yang lainnya(8). Video iklan layanan masyarakat tentang COVID-19 dari Kemenkes RI memberikan pengaruh terhadap perilaku masyarakat di Jawa Barat(9).

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 BNPB juga memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang COVID-19 melalui media sosial youtube “Pusdalops BNPB”, instagram “satgascovid19.id” dan web

“covid19.go.id”(3). Tak hanya organisasi nasional, organisasi dunia WHO juga terus mensosialisasikan informasi kesehatannya melalui media sosial, baik

(4)

4

berupa media sosial youtube “World Health Organization (WHO)”, instagram

“who” dan web resminya “www.who.int”(10). Dalam postingan 6 Mei 2021 di akun instagram, WHO memberikan informasi terkait pentingnya kebersihan tangan, salah satu caranya dengan menggunakan cairan pembersih tangan (hand sanitizer). Media sosial dianggap sangat efektif dalam meningkatan pemberian informasi kepada masyarakat luas(11).

Pada studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh penulis pada bulan Maret 2021 di STIKes Dharma Husada Bandung didapatkan bahwa Kampus STIKes Dharma Husada Bandung melakukan pencegahan COVID-19 dengan cara 5M dan mensosialisasikan protokol kesehatan 5M ini melalui media sosial whatsapp. Hal ini dilakukan karena mengingat perkuliahan masih daring.

Media sosial tidak hanya berguna sebagai media komunikasi saja, melainkan menjadi sumber informasi cepat, hal ini dapat kita lihat ketika informasi yang tersedia di media sosial jauh lebih cepat sampai dan menyebar ketimbang informasi dari media lainnya(12). Terdapat beberapa alasan utama mengapa remaja dan dewasa awal menjadi sering menggunakan media sosial, salah satunya adalah ingin mendapatkan informasi(13). Menurut survey digital tahun 2020 terdapat 3 peringkat utama media sosial yang lebih banyak di gunakan oleh masyarakat Indonesia yang berusia 16-60 tahun yaitu youtube (88%), whatsapp (84%) dan instagram (82%)(14). Menurut hasil survey pada mahasiswa Kota Padang, sosial media yang lebih banyak digunakan yaitu whatsapp (95,96%), instagram (90,91%), dan youtube (73,74%)(12). Penulis mengambil 2 media sosial yang akan di teliti yaitu media sosial youtube dan

(5)

5

instagram, karena media sosial ini di pakai sebagai media edukasi kesehatan oleh WHO, Kemenkes RI dan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 BNBP.

Pengetahuan masyarakat masih rendah terkait pencegahan COVID-19, hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan COVID-19. Salah satu tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara promosi kesehatan, dengan memberikan informasi kesehatan tentang pencegahan COVID-19(7). Media sosial menjadi salah satu media yang sering digunakan oleh masyarakat(14). Media sosial dianggap sangat efektif dalam meningkatan pemberian informasi kepada masyarakat luas(11).

Penelitian yang dilakukan Sinta Nuryati dan Risna Dewi Yanti menunjukan hasil bahwa media sosial effektif untuk meningkatkan pengetahuan perawatan masa nifas(15), sedangkan penelitian Ibnu Zaki dan Hesti Permata Sari membuktikan bahwa ada perbedaan pemberian edukasi gizi melalui media sosial instagram dan whatsaap terhadap peningkatan pengetahuan energi protein(16). Dapat disimpulkan dari kedua penelitian diatas bahwa media sosial berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan. Namun belum banyak penelitian yang membahas media sosial yang berpengaruh terhadap pengetahuan pencegahan COVID-19 padahal ini penting untuk diketahui di bidang kesehatan khususnya Promosi Kesehatan sehingga nantinya dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam pemilihan media Promosi Kesehatan.

Sehingga didapatkan rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Perbedaan Pengaruh Media Sosial Youtube dan Instagram Terhadap

(6)

6

Pengetahuan Pencegahan COVID-19 di Kalangan Mahasiswa Stikes Dharma Husada Bandung?.

B. Identifikasi Masalah

Masalah pokok adalah tingginya angka positif COVID-19 di Indonesia,

per tanggal 18 April 2021 terdapat 1.604.348 kasus dan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-2 provinsi dengan jumlah kasus tertinggi COVID-19 yaitu 40.416 kasus. Kota Bandung menepati urutan ke-6 dengan jumlah kasus positif terbanyak di Jawa Barat sebanyak 16.460 kasus. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan COVID-19. Salah satu tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara promosi kesehatan, dengan memberikan informasi kesehatan tentang pencegahan COVID-19(7). Media sosial menjadi salah satu media yang sering digunakan oleh masyarakat(14).

Media sosial dianggap sangat efektif dalam meningkatan pemberian informasi kepada masyarakat luas(11).

Sehingga didapatkan rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Perbedaan Pengaruh Media Sosial Youtube dan Instagram Terhadap Pengetahuan Pencegahan COVID-19 di Kalangan Mahasiswa Stikes Dharma Husada Bandung?

(7)

7 C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh media sosial youtube dan instagram terhadap pengetahuan pencegahan COVID-19 di kalangan mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung mengenai pencegahan COVID-19 sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan melalui media sosial youtube

b. Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung mengenai pencegahan COVID-19 sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan melalui media sosial instagram

c. Mengetahui perbedaan pengetahuan mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung mengenai pencegahan COVID-19 sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan melalui media sosial youtube

d. Mengetahui perbedaan pengetahuan mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung mengenai pencegahan COVID-19 sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan melalui media sosial instagram

e. Mengetahui perbedaan perubahan pengetahuan pencegahan COVID-19 setelah diberikan penyuluhan melalui media sosial youtube dan instagram

(8)

8 D. Manfaat penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan media pembelajaran di kelas untuk peningkatan pengetahuan baik untuk mahasiswa maupun civitas akademik institusi.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mencegah terpapar COVID-19 dengan cara melakukan protokol kesehatan 5M sesuai program yang dijalankan oleh pemerintah sebagai upaya pencegahan COVID-19, dan juga sebagai acuan dalam membuat suatu inovasi dalam peningkatan pengetahuan kesehatan.

3. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan memotivasi diri untuk mau dan mampu mengakses informasi-informasi kesehatan dalam upaya promotif dan preventif sehingga dapat menerapkan di kehidupan sehari-hari serta mengembangkan media promosi kesehatan untuk digunakan dalam praktek lapangan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai studi kepustakaan yang dapat digunakan untuk dasar penelitian lebih lanjut.

(9)

9 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah perbedaan media sosial youtube dan instagram terhadap pengetahuan pencegahan COVID-19 di kalangan mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang akan dilakukan pengambilan data primer dengan kuesioner yang dibuat dalam bentuk goggle form. Kuesioner akan dibagikan kepada mahasiswa semester 2 usia 17-25 tahun di Kampus STIKes Dharma Husada Bandung melalui whatsapp grup.

Kemudian dilakukan intervensi dengan membagikan nama akun sosial media penyuluhan sesuai dengan kelompoknya, materi penyuluhan mengenai pencegahan COVID-19 dengan cara 5M. Responden dapat mengakses melalui handphone masing-masing. Setelah dilakukan intervensi maka peneliti akan melihat pengaruh penyuluhan kesehatan dengan cara memberikan kuesioner posttest kepada masing-masing kelompok intervensi. Pengaruh perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pretest dengan posttest. Penelitian ini dilakukan di STIKes Dharma Husada Bandung dengan responden mahasiswa di semester 2 yang akan dilaksanakan pada 24 Juni sampai 10 Juli 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Lingkup Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang masalah yang akan diteliti, yaitu membandingkan tajam penglihatan pada mahasiwa Program Studi DIII Refraksi Optisi tingkat