• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STIKes Dharma Husada Bandung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak menular dan menjadi penyebab kematian hampir 70% di dunia (Kementerian Kesehatan/Kemenkes, 2015). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukan bahwa penyebab kematian di Asia Tenggara adalah penyakit kronis degeneratif, yaitu sebanyak 55%

(Kemenkes, 2015). Di Indonesia PTM menunjukan adanya kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, 2013, 2018 tampak kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes, hipertensi, stroke dan penyakit sendi (Profil Kesehatan Indonesia, 2018). PTM yang setiap tahun mengalami peningkatan yaitu penyakit hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas, 2018).

Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017, di Jawa Barat jumlah penderita hipertensi yaitu 1.397.935 (15,09%) penderita. Kabupaten/Kota yang menduduki peringkat tertinggi penderita hipertensi yaitu Kabupaten Sukabumi 93,51%, Kabupaten Indramayu 53,49%, Kabupaten Purwakarta 44,28%, Kabupaten Tasikmalaya 38,59%, Kota Bogor 36,23% dan Kota Bandung 34.85% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2017).

(2)

STIKes Dharma Husada Bandung

Penyakit hipertensi memiliki resiko tinggi terjadinya komplikasi.

Komplikasi tersebut pastinya akan membahayakan dan Angka Harapan Hidup (AHH) akan menurun (Simamora, 2012). Komplikasi penyakit hipertensi antara lain stroke, infark miokard, gagal ginjal, enselopati dan kejang dapat terjadi pada wanita pre eklamsia yang akan menyebabkan kematian (Corwin, 2008).

Pengobatan antihipertensi jangka panjang yang dijalankan pasien juga memiliki kemungkinan timbul efek samping yang juga mempengaruhi kualitas hidupnya (Rahmawati, 2017). Seseorang dapat dinyatakan memiliki kualitas hidup yang baik, bila suatu kondisi menyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta kenyamanan dan kebahagiaan hidup dalam keadaan baik (Yusup, 2010).Kualitas hidup dinyatakan sebagai ukuran konseptual atau operasional mencakup kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup serta kemampuan untuk secara mandiri melakukan aktivitas sehari-hari, yang sering dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien (Brooker, 2008).

Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-laki maupun wanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem niai dimana laki-laki atau wanita itu tinggal dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka (Nursalam, 2016).

Terdapat dua Indikator kualitas hidup menurut Zaddeh (2000) yaitu indikator fisik dan indikator mental. Indikator fisik meliputi fungsi fisik,

(3)

STIKes Dharma Husada Bandung

keterbatasan fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum. Indikator mental meliputi kesehatan mental, kesehatan emosional, fungsi sosial, vitalitas.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Alfian dkk tahun 2017 tentang Kualitas Hidup Pasien Hipertensi dengan Penyakit Penyerta di Poli Jantung RSUD Ratu Zaleccha Martapura. Responden penelitian berjulah 58 orang pasien hipertensi dengan penyakit penyerta gagal jantung. Hasil penelitian menunjukan 15 orang (25,8%) kualitas hidup baik, dan 43 orang (74,14%) kualitas hidup kurang baik, nilai skor rata-rata dari tiap dimensi yaitu 46,21% sehingga dikategorikan memiliki kualitas hidup kurang baik, 13 orang pasien hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes mellitus 9 orang (69,23%) kualitas hidup baik dan 4 orang (30, 77%) kualitas hidup kurang baik, nilai skor rata-rata dari tiap dimensi yaitu 67,93% sehingga dikategorikan memiliki kualitas hidup baik.

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu faktor makro dan faktor mikro. Faktor mikro mencakup biologis atau genetik, status kesehatan, kepribadian, hubungan sosial, pengalaman sosial dan gaya hidup. Sedangkan faktor makro mencakup sistem dukungan sosial, lembaga dan lingkungan masyarakat, jaminan keuangan (Lassey W.R dan Lassey M.L., 2001). Faktor layanan kesehatan mampu merespon kebutuhan fisik, mental dan penyakit kronis yang sangat penting bagi kesejahteraan individu (Lassey W.R dan Lassey M.L., 2001).

Pelayanan yang diberikan layanan kesehatan salah satunya adalah program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu

(4)

STIKes Dharma Husada Bandung

sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegritas yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan dengan tujuan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS, 2014).

Aktivitas yang terdapat dalam kegiatan prolanis yaitu konsultasi medis peserta prolanis yaitu pemeriksaan tekanan darah dan gula darah, edukasi kelompok prolanis yaitu pemaparan materi mengenai pengetahuan tentang kesehatan, reminder melalui SMS Gateway yaitu pengingat jadwal prolanis setiap bulan yang dilakukan oleh penanggung jawab program di FKTP dan kegiatan home visite yaitu kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah peserta prolanis untuk pemberian informasi atau edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta prolanis dan keluarga (BPJS, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasana pada tahun 2018 dengan judul kualitas hidup lanjut usia penderita hipertensi peserta program pengelolaan penyakit kronis di UPT Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung. Responden yang terlibat dalam penelitian berjumlah 73 responden. Hasil penelitian menunjukan responden dengan kualitas hidup baik 55 orang (75,3%), sangat baik 18 orang. Program Prolanis merupakan program yang diselenggarakan untuk kegiatan preventif dan promotif bagi penderita hipertensi untuk meningkatkan kualitas hidup.

(5)

STIKes Dharma Husada Bandung

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih pada tahun 2017 tentang pengaruh program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi berbasis teori caring.

Responden pada penelitian ini berjumlah 36 orang. Hasil penelitian menunjukan sebelum diberikan prolanis pasien dengan kategori tekanan darah tinggi tingkat II yaitu 19 responden (52,8%). Setelah diberikan prolanis 17 responden (47,2%) mengalami penurunan yaitu berada pada tekanan darah kategori normal cenderung tinggi. Kesimpulannya ada pengaruh prolanis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi berbasis teori caring (Ningsih, 2017).

Kegiatan prolanis di Kota Bandung diikuti oleh 204 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) meliputi 73 Puskesmas, 96 Klinik Swasta, Klinik TNI/Polri 12, DPP 19, DRG 4 (BPJS, 2020). Dari 96 Klinik Swasta PT.Amanah Asri Husada yang memiliki tiga klinik yaitu Klinik Pratama Asri Husada II, Klinik Pratama Asri Husada III dan Klinik Pratama Bina Masyarakat Sehat sudah mengadakan kegiatan prolanis sejak tahun 2014. Kegiatan prolanis dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali. Nilai Kapitasi Berbasis Kerja (KBK) Klinik Pratama Asri Husada II sebesar 96%, Klinik Pratama Asri Husada III 96% dan Klinik Pratama Bina Masyarakat sehat sebesar 100%.

Studi pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 7 Januari 2020, penulis mendapatkan data jumlah peserta prolanis pada tahun 2020 sebanyak 141, terbagi menjadi dua kategori yaitu pasien diabetes mellitus

(6)

STIKes Dharma Husada Bandung

berjumlah 67 orang dan pasien hipertensi berjumlah 74 orang (Data Laporan KBK BPJS, 2020).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2020 dengan sepuluh orang peserta prolanis yang mengalami hipertensi, lima dari sepuluh orang peserta prolanis mengatakan tekanan darahnya tidak stabil setiap bulan. Lima dari sepuluh orang mengatakan sakit kepala dan terkadang mengganggu aktifitas sehari-hari. Seluruh responden yang diwawancarai mengatakan ketergantungan dengan obat antihipertensi yang mereka konsumsi dan merasa cemas terhadap efek samping penggunaan obat antihipertensi yang terus menerus dikonsumsi.

Mereka mengatakan setelah mengikuti kegiatan prolanis mereka memiliki teman yang memiliki penyakit yang sama, menambah informasi tentang kesehatan dan dapat memantau tekanan darahnya setiap bulan. Mereka mengatakan kegiatan prolanis yang dilakukan memberikan dampak besar terhadap kesehatannya. Lima dari sepuluh orang responden mengatakan masih belum bisa menjaga konsumsi makananya dikarenakan ingin makan-makanan yang tinggi garam dan meminum kopi.

Setelah melihat fenomena tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara kegiatan prolanis dengan kualitas hidup pada pasien hipertensi peserta prolanis PT.Amanah Asri Husada Kota Bandung.

(7)

STIKes Dharma Husada Bandung

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah ada hubungan kegiatan prolanis dengan kualitas hidup pada pasien hipertensi peserta prolanis di PT.

Amanah Asri Husada Kota Bandung?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kegiatan prolanis dengan kualitas hidup pada pasien hipertensi peserta prolanis PT.Amanah Asri Husada Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kegiatan prolanis di PT.Amanah Asri Husada Kota Bandung

b. Mengetahui gambaran kulitas hidup pada pasien hipertensi peserta prolanis PT.Amanah Asri Husada Kota Bandung.

c. Mengetahui hubungan kegiatan prolanis dengan kualitas hidup pada pasien hipertensi peserta prolanis PT.Amanah Asri Husada Kota Bandung.

(8)

STIKes Dharma Husada Bandung

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan komunitas.

2. Manfaat Praktisi a. Bagi Perawat

Menjadi bahan masukan untuk mengembangkan ilmu keperawatan komunitas dalam hal pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan komunitas.

b. Bagi Tempat penlitian

Menambah wawasan serta masukan informasi terkait dengan kualitas hidup peserta prolanis pada pasien hipertensi bagi petugas atau penanggung jawab kegiatan prolanis PT.Amanah Asri Husada Kota Bandung.

c. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitain mengenai hubungan antara kegiatan prolanis dengan angka kejadian hipertensi di Kota Bandung.

(9)

STIKes Dharma Husada Bandung

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian metode deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojo, 2012).

Populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta prolanis yang terdiagnosa hipertensi di PT. Amanah Asri Husada Kota Bandung.

2. Ruang Lingkup Tempat

Tempat pelaksanaan penelitian di PT.Amanah Asri Husada mencakup tiga klinik yaitu Klinik Pratama Asri Husada II, Klinik Partama Asri Husada III, Klinik Pratama Bina Masyarakat Sehat.

3. Ruang Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April – Mei tahun 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, melakukan uji schirmer test I pada 3 orang 3 mata mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung Program Studi D3 Refraksi Optisi dengan

UPT Ibrahim Adjie menempatkan diri pada urutan kelima masyarakat yang mengalami hipertensi dengan total 1.304 atau 40,90% dari 3.188 orang yang dilakukan pengecekan tekanan darah Dinas

STIKes Dharma Husada Bandung menyebabkan peserta JKN tidak teratur dalam membayar iuran serta dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam meningkatkan keteraturan pembayaran

Melakukan evaluasi apa saja yang di dapat pada Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.. Melakukan

Definisi Bantuan Hidup Dasar BHD adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami henti jantung, henti napas, atau obstruksi jalan napas.. Aspek dasar

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada keperawatan medical bedah yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Self-Efficacy Dengan Kepatuhuan Kegiatan Prolanis Pada Lansia

Dari hasil penelitian yang dilakukan Oktavia, dkk 2017 dijelaskan bahwa pemberian rebusan daun seledri pada penderita hipertensi selama 3 hari dua kali sehari, rata-rata penurunan

STIKes Dharma Husada Bandung pembaca mengenai bagaimana proses pembuatan koreksi astigmat mixtus derajat kelainan tinggi apakah membutuhkan tehnik khusus atau sama pada umumnya dengan