• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan menurut (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992). Kesehatan adalah keadaan sejahtera lahir, batin, dan masyarakat yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Umar Fahmi Achmadi, 2013). Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi adalah penyakit pada sistem kardiovaskular yaitu hipertensi. Hipertensi sering disebut silent killer karena biasanya terjadi tanpa gejala. Mengatasi hipertensi dengan herbal adalah cara kembali ke alam (HS1 & Ainurafiq3, 2016).

Menurut WHO (Word Health Organization), Hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Tidak hanya orang tua yang membutuhkan perhatian, bahkan anak muda pun kini memiliki risiko yang sama besar untuk terkena tekanan darah tinggi. Hampir 95% kasus hipertensi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian di dunia. (WHO Word Health Organization, 2020)

Menurut (KEMENKES RI,2016) dalam (Hasanah, 2019) Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri. Secara umum, hipertensi adalah kondisi tanpa gejala di mana tekanan tinggi yang tidak normal di arteri menyebabkan peningkatan risiko stroke, aneurisma, gagal

(2)

jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Tes tekanan darah akan menampilkan dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).

Tanda dan gejala bervariasi dari orang ke orang dan hampir identik dengan gejala penyakit lain. Gejalanya adalah sakit kepala, leher berat, pusing, jantung berdebar-debar, mudah lelah, pandangan kabur, telinga berdenging dan mimisan. Hipertensi meningkat dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Terjadinya hipertensi dikaitkan dengan berbagai faktor risiko, baik yang bersifat dapat dimodifikasi mapun yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk genetika, status gizi, dan usia. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, diet dan aktivitas fisik/olahraga. Di sisi lain, obesitas disebabkan oleh makan berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga.(Rivany, 2021)

Menurut data WHO (World Health Organization, 2018) dalam (Hidayat et al., 2021). Sekitar 1,13 miliar orang di seluruh dunia menyandang hipertensi, yang berarti sepertiga penduduk dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan diperkirakan pada tahun 2025, 1,5 miliar orang akan menderita hipertensi, dan 10,44 juta orang diperkirakan meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya setiap tahun. Menurut data. (Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI., 2018). Jumlah kasus Hipertensi di Jawa Barat

(3)

yaitu 48.161 kasus, sedangkan Jumlah kasus di Kota Cianjur yaitu 2.181 kasus. Di Jawa Barat Data Jumlah yang meminum obat hipertensi secara Tradisional Sekitar 13,23% yaitu 304 Orang dari 2.303 Orang dan di Kota Cianjur Data Jumlah yang minum obat hipertensi secara Tradisional Sekitar 28,22% yaitu 25 Orang dari 90 Orang. Yang merasa sudah sembuh di Jawa Barat Sekitar 55,19% yaitu 1.271 orang dari 2.303 Orang dan di Kota Cianjur yang merasa sudah sembuh sekitar 51,52% 46 Orang dari 90 Orang. Data dari Puskesmas Cikalong Kulon Kota Cianjur tercatat 451 Kasus yang menderita Hipertensi di Bulan Desember 2021 sedangkan 63 Kasus Hipertensi pada Bulan Januari 2022 dan 57 Kasus Hipertensi pada Bulan Februari 2022.

Penatalaksanaan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan modern atau obat antihipertensi. Ada banyak pengobatan untuk tekanan darah tinggi, tetapi pengobatan ini juga memiliki efek samping. Efek samping yang umum adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual (Irmawati, 2013) dalam (Suryarinilsih et al., 2021). Upaya pengobatan secara modern relatif mahal dan karena itu hanya tersedia untuk kelas ekonomi menengah ke atas. Selain itu, konsumsi obat dalam jangka waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang bersifat toksik dan meningkatkan keparahan akibat memburuknya suatu jaringan atau organ. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif baru untuk pengobatan penyakit pembuluh darah, yaitu melalui penggunaan pengobatan tradisional atau pengobatan nonfarmakologis

(4)

(Umarudin, 2012) dalam (Suryarinilsih et al., 2021). Penatalaksanaan Hipertensi dengan terapi nonfarmakologis diantaranya diet rendah garam, olaraga yang teratur, mengurangi komsumsi alkohol, mengurangi komsumsi rokok, dan pengobatan komplementer yang salah satunya adalah terapi herbal walau penggunaannya lama, tapi efek sampingnya relatif kecil jika digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi hipertensi. Ada banyak jenis terapi komplementer yaitu Seperti Rebusan Daun Seledri,Rebusan Daun Sirsak,Rebusan Daun Salam,Rebusan Bawang Putih, dan Mengkudu. Peneliti lebih tertarik meneliti Terapi Komplementer Rebusan Daun Seledri karena bahan tersebut terbilang murah dan mudah di dapatkan di kalangan masyarakat. (Nurul Wahdah,2011) dalam (HS1 &

Ainurafiq3, 2016)

Salah satu hasil penelitian yang di lakukan oleh Susi Wahyuning Asih mengenai pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia, Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa air rebusan daun salam berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi namun tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik lansia dengan hipertensi.

Hasil dari Penelitian (Mohanis, 2015) dengan judul pemberian air seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah terlihat perbedaan antara tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih yaitu sebesar 11,33 mmHg dengan standar deviasi 0,8 mmHg dan t hitung 12,588, sedangkan perbedaan tekanan darah diastolic sebelum dan sesudah

(5)

yaitu 2,66 mmHg dengan standar deviasi 3,878 mmHg dengan t hitung 14,492 mmHg dengan p-value sebesar 0,000 dimana α= < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh pemberian air rebusan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Dusun Juwet Desa Magersari Kecamatan Plumpang Kabupaten Tubandan.

Berdasarkan analisa peneliti, adanya penurunan tekanan darah antara sebelum dan sesudah dikarenakan menurut teori adanya perlakuan yang diberikan yaitu mengkonsumsi rebusan seledri selama 7 hari berturut – turut terhadap 16 orang responden, semua responden 16 orang (100%) mengalami penurunan tekanan darah sistolik sedangkan tekanan darah diastolik ada 4 orang (25%) yang tidak mengalami penurunan tekanan darah diastolik.

(Suryarinilsih et al., 2021)

Intan (2017) dalam hasil peneltiannya membuktikan bahwa dengan memakan 4 tangkai seledri setiap hari pada pagi hari selama seminggu tekanan darah menurun dari 158/96 mmHg ke 118/82 mmHg. Dari hasil penelitian yang dilakukan (Oktavia, dkk 2017) dijelaskan bahwa pemberian rebusan daun seledri pada penderita hipertensi selama 3 hari dua kali sehari, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 160/90 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 130/80 mmHg. (Huwae et al., 2021).

Seledri (Apium Graveolens) dikatakan mengandung apigenin, yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang berfungsi

(6)

mengendurkan otot arteri atau mengendurkan pembuluh darah. Zat ini mengatur aliran darah, melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Rebusan air daun seledri yang diberikan mengurangi volume cairan yang ada di luar sel dan curah jantung, yang pada gilirannya mengurangi hambatan pada aliran darah. Magnesium dan zat besi yang terkandung dalam seledri membantu memberikan nutrisi ke sel darah, membersihkan dan membuang kelebihan timbunan lemak dan membuang sisa metabolisme yang terkumpul dalam aliaran darah, sehingga mencegah adanya timbunan lemak atau plak kolestrol di dinding arteri yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku, mempengaruhi hambatan pada pembuluh darah. Apigenin merupakan senyawa flavonoid yang berperan sebagai bahan aktif antihipertensi. (Saputra & Fitria, 2016).

Seiring dengan penyakit hipertensi, beberapa komponen dalam seledri berperan penting dalam menurunkan tekanan darah, termasuk magnesium, asam ftalat, kalium apigenin, dan asparagin. Magnesium dan ftalat berperan melenturkan pembuluh darah.. Apogenin bekerja dengan mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan asparagin adalah diuretik yang meningkatkan keluaran urin, yang mengurangi volume darah (Soeryoko, 2015) dalam (Huwae et al., 2021)

Hasil Wawancara dari 10 Responden pada penderita Hipertensi di wilayah Puskesmas Cikalong Kulon pada tanggal 02 April 2022 sebagai salah satu sample bahwa masyarakat sekitar 5 dari 10 Orang masih kurang memahami Pengertian Hipertensi secara umum sedangkan 5 dari 10 orang memahami

(7)

Pengertian Hipertensi, dari pengobatan dan manfaat Rebusan Air Daun Seledri 7 dari 10 orang masih kurang memahami cara pengobatan dan manfaat Rebusan Air Daun Seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi sedangkan 3 dari 10 orang memahami cara pengobatan dan manfaat Rebusan Air Daun Seledri terhadap penurunkan tekanan darah pada penderita Hipertensi.

Berdasarkan Latar Belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Rebusan Air Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan maka rumusan penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Pengaruh Rebusan Air Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur”

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Rebusan Air Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Rata-rata Tekanan Darah sebelum diberikan intervensi Pemberian Rebusan Air Daun Seledri Terhadap

(8)

penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

b. Mengidentifikasi rata-rata Tekanan Darah sesudah diberikan intervensi Pemberian Rebusan Air Daun Seledri Terhadap penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

c. Mengidentifikasi Pengaruh Pemberian Rebusan Air Daun Seledri Terhadap penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi Peneliti

Karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Pengaruh Rebusan Air Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

2. Manfaat bagi STIKes Dharma Husada Bandung

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung tentang Pengaruh Rebusan Air Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

3. Manfaat bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan Informasi dan Referensi terkait Pengaruh Rebusan Air Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

(9)

Hipertensi di RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang Lingkup Materi dalam Penelitian ini adalah Ilmu Keperawatan Medikal Bedah.

2. Ruang Lingkup Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kuantitatif , sampel yang dijadikan respondennya yaitu Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

3. Ruang Lingkup Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur pada bulan Mei sampai Juli 2022

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara singkat terhadap remaja putri yang dilakukan pada hari Kamis, 07 April 2022 berjumlah 10 orang, 3 diantaranya mengetahui tentang nyeri pada saat haid yang disebut dengan

Tujuan Umum Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada klien Skizofrenia dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran dan penglihatan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi

Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang, penulis merumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Apakah Ada Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Tingkat

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan diatas, maka personel mempunyai andil besar dalam memutuskan mata rantai penularan virus Covid- 19 dengan melakukan penerapan protokol

Sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang berkembang pesat, dari penelitian awal yang dilakukan terhadap Optik Safari, peneliti menemukan adanya beberapa hal pada

Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 27 Maret 2021 terhadap 10 mahasiswa tingkat I & II STIKes Dharma Husada Bandung menunjukkan adanya keluhan

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode Studi literatur, yang mana topik yang diangkat mengenai Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Orang Tua Terhadap Kelainan Refraksi Pada

Sesuai Klasifikasi Statistik Internasional Masalah Penyakit dan Kesehatan Terkait ICD-10 diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO, gangguan penglihatan dan kebutaan