• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi sekarang semakin berkembang dengan banyaknya perangkat-perangkat berteknologi tinggi dalam kehidupan kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hasil dari teknologi yang sedang berkembang pesat adalah smartphone (Rahmayani, 2015).

Smartphone merupakan perangkat teknologi komunikasi canggih yang mampu berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung.

Smartphone tidak hanya sebagai alat komunikasi saja, akan tetapi smartphone juga dapat mengakses internet, menyimpan data, bahkan mengirim pesan email. Smartphone juga merupakan perkembangan teknologi baru yang menyerupai personal digital assistant (PDA) (Cummiskey dalam Jurnal Vandelis et al. 2019). Handphone merupakan teknologi yang berinovasi memiliki berbagai kelebihan dan keunggulan untuk membantu aktivitas penggunanya serta, memiliki berbagai macam multi-fungsi seperti, MP3, vidio, game, camera bahkan internet, yang tentunya dapat memudahkan para pengguna dalam mengakses website (J.C

& T.H dalam Jurnal Vandelis et al. 2019).

Jumlah pengguna smartphone di United State (US) mengalami peningkatan yang sangat cepat. Pada akhir tahun 2012 diperkirakan setengah dari populasi anak-anak berusia 6-12 tahun menggunakan perangkat smartphone. Dari hasil penelitian Pew Research Center’s M.T.F.S (2014) mengatakan bahwa 90% dari populasi dewasa Amerika serikat memiliki handphone dan 58% dari mereka yang memiliki smartphone. Diantara mereka yang memiliki smartphone 83% berusia (18- 29) tahun, 74% berusia (30-49) tahun, 49% berusia (50-64) tahun dan 19%

(2)

berusia 65 tahun (Cummiskey dalam Jurnal Vandelis et al. 2019). Orang yang ketergantungan dengan smartphone dapat mempengaruhi kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Masalah umum yang sering muncul dalam ketergantungan smartphone berupa gejala stress, gelisah, serta terjadinya kecemasan (nomophobia) (Warisyah, 2016).

Pengguna smartphone di Indonesia bertumbuh sangat pesat.

Indonesia menjadi Negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika. Individu memilih menggunakan perangkat smartphone untuk mengakses berbagai kebutuhan dibanding perangkat lain seperti komputer dan tablet (Setyani dalam Jurnal Asih and Fauziah 2017).

Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2018) menunjukkan bahwa dari 264,16 juta jiwa penduduk Indonesia, sekitar 171,17 juta jiwa (64,8%) adalah pengguna internet. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun yang sama juga menunjukkan bahwa pengguna smartphone di kalangan mahasiswa berada pada tingkat tinggi yaitu sebesar 92,6%; dan 93,9% dari total pengguna internet di Indonesia mengakses internet dengan menggunakan ponsel cerdasnya.(Amna et al., 2020).

Mahasiswa merupakan agent of change bagi perubahan bangsa ke arah yang lebihbaik. Mahasiswa diidentikkan dengan individu yang kritis dan berjiwa visioner. Keberhasilan pembelajaran yang diterapkan di kampus, salah satunya dapat dilihat dari fasilitas yang disediakan oleh setiap civitasakademik dari yang dapat dirasakan secara fisik seperti penyediaan alat bantu prosespembelajaran hingga yang tidak bisa dirasakan oleh fisik tetapi bisa dirasakan manfaatnyaseperti penyediaan katalog pembelajaran, wifi dan lain-lain (Aziz, 2019).

Novianto dalam Amna, Faradina, and Mufidah 2020 menjelaskan bahwa proses akademis belajar mengajar menggunakan media internet merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan belajar mahasiswa. Sayangnya, kebanyakan mahasiswa yang menggunakan

(3)

Smartphone hanya berpikir secara sederhana, tidak peduli pada kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut menjadikan seorang mahasiswa semakin sibuk dan aktif dalam penggunaan Smartphone pada kehidupan perkuliahan, sehingga menimbulkan kondisi stres dalam kehidupan akademisnya.

Ketidakmampuan mahasiswa melakukan manajemen diri dalam menggunakan smartphone dapat menimbulkan ketergantungan sehingga muncul perasaan cemas ketika jauh dari smartphone atau disebut dengan Nomophobia. Nomophobia secara istilah yakni suatu kecemasan yang luar biasa yang diakibatkan karena tidak dapat jauh-jauh dari Mobile Phone.

Definisi lain dari nomophobia yaitu suatu bentuk kecanduan perilaku terhadap mobile phone dan dimanifestasikan sebagai gejala Psikologis serta ketergantungan fisik (BIVIN.J.B, dalam Hardianti 2019). Disebut sebagai gejala psikologis, dimana ketika seorang individu bisa menangis, marah, berteriak dan sampai menyakiti diri sendiri apabila tidak dapat mengakses mobile phone. Sedangkan ketergantungan fisik, dimana seorang individu bisa membawa mobile phone ke kamar mandi, selalu meletakkan mobile phone disampingnya ketika tidur dan bahkan bisa sampai ratusan kali dalam sehari membuka screen mobile phone walaupun hanya ingin melihat apakah ada notifikasi yang masuk atau tidak.

Sebuah studi Secure Envoy menemukan bahwa sejak 2008, jumlah orang yang takut tanpa ponsel telah meningkat dari 53 % menjadi 66 %.

Studi tahun 2012, yang mensurvei 1.000 orang, menemukan bahwa orang tidak hanya takut tanpa ponsel, tetapi hampir setengah dari responden mengatakan mereka akan kesal jika pasangannya melihat-lihat ponsel mereka. Studi ini juga menemukan bahwa mereka yang berusia 55 tahun ke atas adalah kelompok nomofobik terbanyak ketiga, setelah usia 18-24 tahun, yang pertama, dan usia 25-34 tahun (Rahayuningrum & Sary, 2019).

Fenomena semakin sering ditemukan pada usia 18 – 24 Tahun yang berada pada jenjang perguruan tiggi berstatus mahasiswa. Didapatkan hasil data menurut The royal Society For Public Health banyak kalangan anak

(4)

muda berusia 18 – 25 tahun sangat cenderung mengalami Nomophobia, karena pada usia ini mereka tidak memiliki pekerjaan, hobi atau semacam rutinitas lainnya sehingga mereka menghabiskan waktunya dengan Smartphone (Aguilera-Manrique et al., 2018).

Yildirim (2014) mengemukakan bahwa Nomophobia memiliki empat dimensi salah satunya adalah Giving up Convenience atau kehilangan kenyamanan. Smartphone membuat seseorang merasakan kenyamanan.

Ketika mereka menggunakan Smartphone. Terdapat seorang responden yang menyadari bahwa dirinya sangat berlebihan dalam menggunakan Smartphone. Namun, responden ini tetap melanjutkan kebiasaannya itu karena dirinya merasa nyaman. Keadaan akses untuk dapat menggunakan Smartphone dapat megakibatkan kecemasan.

Penelitian yang dilakukan Ramaita pada tahun 2018 memiliki responden berjumlah 156. Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa dari Sarjana Keperawatan STIKes Piala Sakti Panaman. Hasil yang didapatkan dari penelitian dengan 156 responden, 15 orang mahasiswa mengalami tingkat ketergantungan smartphone ringan (6,7%), sedangkan responden yang mengalami kecemasan berat sementara, dari 5 yang memiliki ketergantungan smartphone berat lebih dari setengahnya (60%) yang mengalami kecemasan berat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketergantungan smartphone dengan kecemasan (nomophobia) (Vandelis et al., 2019).

Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang dipersiapkan untuk dijadikan perawat profesional dimasa yang akan datang. Perawat profesional wajib memiliki rasa tanggung jawab atau akuntabilitas pada dirinya. Akuntabilitas merupakan hal utama dalam praktik keperawatan yang profesional dimana hal tesebut wajib ada pada diri mahasiswa keperawatan sebagai perawata dimasa mendatang (Black, 2014). Maka dari itu kita sebagai calon perawat profesional tidak boleh mengalami gangguan Psikologis karena akan mempengaruhi terhadap proses pemberian Asuhan Keperawatan. Menurut Ayar et al. 2018 sangat penting untuk melakukan

(5)

penelitian tingkat Nomophobia pada mahasiswa Keperawatan karena bagian dari Asuhan Keperawatan adalah mencegah tejadinya Nomophobia pada mahasiswa Keperawatan.

Mahasiswa di STIKes Dharma Husada Bandung berdasarkan studi pendahuluan dari 20 mahasiswa sekitar 17 mahasiswa menggunakan smartphone untuk kebutuhan aktivitas sehari – hari. Sejak diberlakukan pembelajaran daring, semua mahasiswa sangat berketergantungan dengan smartphone. Dalam perharinya mereka dapat menggunakan handpone lebih dari 5 jam bahkan ada yang menyebutkan bahwa separuh harinya hanya digunakan untuk bermain handpone baik dalam hal perkuliahan, menegerjakan tugas, menonton film, game online, ataupun menggunakan Sosial Media dan masih banyak yang lainnya. Dalam hal ini, para peneliti dari university of Oxford mengatakan bahwa durasi ideal yang baik untuk bermain handpone dalam satu hari adalah 257 Menit atau sekitar 4 Jam 17 Menit. Secara tidak langsung mereka sudah menggunakan Smartphone berlebihan dan tanpa disadari mengalami ketergantungan Smartphone.

Berdasarkan fenomena diatas, Peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Gambaran Nomophobia pada mahasiswa di STIKes Dharma Husada Bandung”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan fenomena dan peristiwa yang telah dijelaskan diatas, maka permasalah yang ditemukan sebagai berikut :

1. Bagaimana Gambaran Nomphobia pada mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Nomophobia pada mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Mahasiwa.

b. Mengidentifikasi penggunaan handpone pada mahasiswa

(6)

c. Mengetahui apakah mahasiswa mengalami Nomophobia atau tidak.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi pendidikan keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan penelitin ini dapat dijadikan Sebagai bahan untuk pengembangan psikologi, khususnya psikologi klinis terkait mengenai kepribadian dengan nomophobia dikalangan Mahasiswa.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.

3. Bagi peneliti

Memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan selama 2 bulan yang dimana respondennya merupakan Mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung. Responden yang akan diteliti adalah responden dengan usia 17 – 24 tahun, dengan cara membagikan link form kuesioner kepada setiap Ketua Kelas.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya adalah 5 aspek control diri bahwa dari 12 orang Mahasiswa didapatkan Hasil 3 orang mahasiswa sering melakukan tindakan Kasar seperti tidak bisa menahan emosi, sering

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Hubungan keaktifan berorganisasi dengan prestasi belajar mahasiswa pada mahasiswa

Maka dari hasil studi pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Gambaran Tingkat Kemandirian Dan Resiko Jatuh Pada Lansia Di Desa Neglasari

maka dikhawatirkan akan terjadi perkembangan yang negative pada diri anak.5 Penerapan pola asuh yang tidak sama antara ayah dan ibu juga dapat memicu temper tantrum, ketika anak tidak

Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, melakukan uji schirmer test I pada 3 orang 3 mata mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung Program Studi D3 Refraksi Optisi dengan

Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang, penulis merumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Apakah Ada Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Tingkat

Pada tahun 2019 UPTD Puskesmas Sukasari yang berada di Kelurahan Kertamanah, Kecamatan Sukasari telah melakukan penjaringan PTM Penyakit Tidak Menular atau secara spesifik masyarakat

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, 2015 mengatakan bahwa yang rentan mengalami masalah gigi dan mulut Karies gigi adalah anak usia sekolah umur 11-12 tahun karena anak pada usia