• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

STIKes Dharma Husada Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Menurut Journal of Health Education (Lukman Fauzi, Lindra Anggorowati ,C. Heriana, 2016) Kelainan refraksi mata merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada seseorang. Gangguan ini terjadi ketika mata tidak dapat melihat/ fokus dengan jelas pada suatu area terbuka sehingga pandangan menjadi kabur dan untuk kasus yang parah, gangguan ini dapat menjadikan visual impairment (melemahnya penglihatan). Kelainan refraksi yang umum terjadi antara lain myopia (rabun jauh), hypermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme. Selain itu, gangguan presbiopia kadang juga dimasukkan ke

dalam golongan kelainan refraksi (WHO, 2009).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), di seluruh dunia pada tahun 2010 terdapat sebanyak 285 juta orang (4,24%) populasi dengan gangguan penglihatan; 39 juta (0,58%) dengan kebutaan; dan 246 juta (3,65%) dengan low vision. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia ialah kelainan refraksi (43%), katarak (33%), dan glaukoma (2%).3,4 Dari data tersebut, diperkirakan saat ini 19 juta anak di bawah usia 15 tahun menderita gangguan penglihatan; 12 juta diantaranya menderita kelainan refraksi yang tidak dikoreksi. Anak-anak sering tidak menyadari visusnya menurun dan mungkin tidak mengeluh bahkan ketika mereka menderita mata lelah atau kebutaan.5 Sekitar 10% dari 66 juta anak usia

(2)

STIKes Dharma Husada Bandung

sekolah (5-19 tahun),di Indonesia mengalami kelainan refraksi dan angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan. Jika kondisi ini tidak ditangani secara baik akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan mempengaruhi mutu, kreativitas, dan produktivitas angkatan kerja (Angelia V. Adile, Yamin Tongku, Laya M. Rares, 2016).

Kacamata merupakan alat bantu kesehatan yang terdiri dari frame dan sepasang lensa. Dalam “proses pembuatan kacamata” harus dilakukan sesuai hasil resep dokter atau hasil dari refraksionis, sehingga mengahsilkan kacamata yang sesuai dan nyaman digunakan. Sebagaimana dalam Menteri Kesehatan No.41 TAHUN 2015 tentang STANDAR PELAYANAN REFRAKSI OPTISI/OPTOMETRI, yaitu;” A. Penerjemahan resep kacamata , pemilihan bingkai,dan lensa B. Pemesanan lensa kacamata. C. Pengecekan hasil pemesanan kacamata meliputi jenis lensa, ukuran, titik fokus dan kualitas lensa. D. Penyetelan/ pengemasan kacamata ke klien. E. Penyuluhan dan bimbingan pemakaian kepada klien” (MENKES, 2015, hal. 9) .

Lensa kacamata dibagi menjadi 3 jenis yaitu lensa monofocal, lensa bifocal, lensa multifocal. Lensa monofocal adalah lensakacamata yang memilikisatu titik fokus, untuk mengkoreksi rabun jauh rabun dekat atau silindris seperti kelainan refraksi miopia, hipermetropia, astigmatisma.

Astigmat adalah suatu kondisi dimana permukaan refraksi mata yang mempunyai dua kekuatan yang berbeda. Pada astigmat sinar sejajar tidak di

(3)

STIKes Dharma Husada Bandung

fokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan kornea (ilyas, 2011). Menurut Sidarta Ilyas, 2015 berdasarkan kelainan refraksinya astigmat dibagi menjadi 3: a.Atigmat Ringan, Astigmat sedang, dan Astigmat berat atau tinggi.

Mendapatkan hasil yang sempurna dalam pemasangan lensa silindris dengang koreksi kelainan astigmat yang tinggi maka perlu diperhatikan pemeriksaan subyektif, penilaian bentuk wajah pasien, , dan proses pemotongan lensa pada bingkainya (faset), faset lensa dapat menggunakan mesin faset otomatis atau mesin manual. Berdasarkan hasil analisa refraksi dari kasus Saudari Kh jenis kelamin perempuan usia 11 tahun adalah astigmat mixtus ODS dengan power R S+1.00 C-4.00 x 180, L S+0.50 C-3.75 x 180.

Peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan studi kasus diatas terhadap proses pembuatan kacamata koreksi terhadap kasus kelainan refraksi diatas. Pada penelitian ini penulis akan meneliti studi kasus mengenai

bagaimana cara PEMBUATAN KACAMATA KOREKSI

ASTIGMATISMA MIXTUS PADA ANAK.

B. Identifikasi Masalah

Bagaimana proses pembuatan kacamata koreksi astigmat mixtus dengan derajat tinggi ODS dengan power R S+1.00 C-4.00 x 180, L S+0.50 C-3.75 x 180, apakah memerlukan tehnik pengerjaan khusus atau sama pada umumnya.

(4)

STIKes Dharma Husada Bandung

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk menjabarkan proses pembuatan kacamata koreksi astigmat mixtus dengan derajat tinggi ODS dengan power R S+1.00 C-4.00 x 180, L S+0.50 C-3.75 x 180

2. Tujuan Khusus

a. Mengahasilkan kacamata koreksi astigmat mixtus ODS dengan power R S+1.00 C-4.00 x 180, L S+0.50 C-3.75 x 180

b. Untuk mengetahui apakah proses pembuatan kacamata koreksi astigmati mixtus tersebut memerlukan tehnik pengerjaan khusus atau sama pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada bidang kelimuan refraksi optisi, khususnya sub bidang keilmuan Dispensing, yaitu proses pembuatan kacamata koreksi dengan kasus astigmat mixtus derajat kelainan tinggi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini berupa kacamata koreksi kasus astigmat mixtus derajat kelainan tinggi, dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis maupun bagi rekan mahasiswa lainnya, serta bagi

(5)

STIKes Dharma Husada Bandung

pembaca mengenai bagaimana proses pembuatan koreksi astigmat mixtus derajat kelainan tinggi apakah membutuhkan tehnik khusus atau sama pada umumnya dengan pemotongan tepi atau proses faset manual.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Masalah

Dalam penelitian ini dibatasi dengan mengetahui bagaimana proses pembuatan kacamata koreksi astigmat mixtus dengan derajat tinggi pada anak dengan tehnik pemotongan tepi atau proses faset manual.

2. Lingkup Metode

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yaitu dimana metode dilakukan dengan cara melihat prosedur proses Dispensing lensa faset menggunakan mesin manual kemudian dilakukan proses tersebut dengan kasus astigmatisma mixtus dengan ODS dengan power R S+1.00 C-4.00 x 180, L S+0.50 C-3.75 x 180

3. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan bidang keilmuan Refraksi Optisi khususnya ilmu Klinik Optik Dispensing.

4. Lingkup Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di RS Mata Cicendo dan di Rivaldi Optikal bulan Februari Tahun 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena dan data yang yang telah diuraikan di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kualitas Hidup Pada Pasien Retinopati Diabetik

Menggambarkan faktor ekstrinsik Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar untuk Motivasi Belajar Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan Tingkat I dan II Tentang Metode Pembelajaran Daring