• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas (Padilla, 2013). Menurut UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia di Indonesia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia diatas 60 tahun (Nugroho, 2012). Lansia merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melewati tiga tahap kehidupannya, yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Nugroho, 2012).

Menurut Kemenkes (2021) proporsi lansia di Indonesia mencapai 29,3 juta jiwa. Penduduk lansia di wilayah Jawa Barat mencapai 4,9 juta jiwa dan berdasarkan data Kemenkes 2021 penduduk lansia di Kabupaten Cianjur mencapai 179.995 jiwa. Proporsi lansia diwilayah kerja Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur mencapai 4.741 jiwa (Kemenkes, 2021).

Kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan gerakan tubuh yang tidak proporsional. Selain itu lansia juga akan mengalami kemunduran kemampuan kognitif, serta psikologis, artinya lansia mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan

(2)

yang mengarah pada perubahan yang negatif. Akibatnya perubahan fisik lansia akan mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi aktifitas sehari-hari (Nugroho, 2012).

Kemandirian merupakan kebebasan untuk bertindak yang tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Ediawati, 2012).

Kemandirian adalah kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari- hari tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif.

Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secara sah, wajar dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukannya, namun demikan tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak memiliki kaitan dengan orang lain (Ruhidawati, 2007).

Jatuh merupakan kondisi dimana seseorang tidak sengaja tergeletak di lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut tidak termasuk orang yang sengaja berpindah (WHO, 2007). Menurut Probosuseno (2008) tingkat aktivitas menjadi salah satu penyebab terjadinya jatuh pada lansia, sehingga lansia yang mandiri akan memiliki resiko jatuh lebih besar dari pada lansia yang tidak mandiri. Kejadian jatuh pada lanjut usia dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik (Lemier & Silver, 2008).

Di Indonesia, lansia yang tinggal di komunitas mengalami jatuh setiap tahunnya sekitar 30%. Insiden jatuh pada lansia yang tinggal di komunitas

(3)

meningkat dari 25% usia 70 tahun menjadi 35% setelah berusia lebih dari 75 tahun. Salah satu penyebab jatuh yaitu gangguan pola jalan menurut Stanley dan Beare (2007) dalam Condrowati (2015).

Lansia yang secara fisik aktif tidak mengalami risiko jatuh yang tinggi (Peeters et al., 2009). Hal serupa dibahas oleh Klenk et al. (2015) bahwa aktivitas fisik bukanlah faktor risiko jatuh lansia tiap tahunnya, tetapi jatuh terjadi dikarenakan saat berjalan tiap jamnya. Kebanyakan dari lansia yang memiliki risiko jatuh yaitu lansia yang memiliki aktivitas sehari-hari yang rendah (Tamher, 2009). Hal tersebut diperjelas oleh Byberg et al. (2009) bahwa risiko jatuh pada lansia dapat dikurangi dengan melakukan aktivitas fungsional Secara aktif dan melakukan aktivitas fisik, karena mampu memberikan efek pada sistem persarafan yang memengaruhi neuromuscular, fungsi otak, kekuatan otot, keseimbangan postural, kebugaran, kemandirian fungsional dan kulitas hidup lansia ( Mardiansyah dkk,2021).

Penyebab jatuh yang paling utama terjadi pada lansia adalah akibat terpeleset, tersandung dan penyakit yang menyertai seperti nyeri kepala, vertigo, hipotensi orthostatic dan efek penggunaan obat- obatan (Darmojo, 2015, p. 182). Keadaan lingkungan sekitar juga dapat menyebabkan lansia jatuh, seperti meletakkan barang yang berserakan bisa menyebabkan lansia jatuh. Akibat dari terjadinya kemunduran fisik pada lansia salah satunya pada sistem muskuloskeletal yaitu kurangnya massa otot dari melemahnya otot-otot (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2012, p. 123).

(4)

Dampak dari kejadian jatuh pada lansia yaitu mengakibatkan berbagai macam jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang yang terjadi akibat kejadian jatuh adalah patah tulang panggul, fraktur tulang pelvis, patah lengan atas, dan pergelangan tangan. Sedangkan dampak pada psikologisnya adalah membuat lansia merasa takut atau trauma akan jatuh lagi, hilangnya percaya diri, dan membatasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Darmojo, 2015, p. 184).

Jurnal pendukung dalam hal resiko jatuh pada lansia adalah sebagai berikut.

Hasil penelitian Ravika Ramlis,2017 di dapatkan hasil sebagian besar responden mengalami gangguan faktor intrinsik dan ekstrinsik pada lansia di BPPLU Kota Bengkulu Tahun 2017. Hampir sebagian responden berisiko tinggi jatuh pada lansia di BPPLU Kota Bengkulu Tahun 2017. Ada hubungan antara faktor ekstrinsik dengan risiko jatuh pada lansia di BPPLU Kota Bengkulu Tahun 2017 ( Ravika Ramlis,2017).

Hasil penelitian Erika Dewi Noorratri dkk,2020 dengan hasil lansia mengetahui tentang cara deteksi dini resiko jatuh pada lansia, mengetahui bagaimana apabila lansia mengalami jatuh dan bisa melakukan latihan-latihan untuk mendeteksi resiko jatuh pada lansia ( Erika Dewi Noorratri dkk,2020).

Hasil penelitian Mardiansyah dkk,2021 dapat disimpulkan bahwa ketergantungan tingkat kemampuan aktivitas fungsional lansia di Yayasan Batara Hati Mulia Kabupaten Gowa termasuk kategori ketergantungan moderat oleh karena itu lansia tersebut berisiko jatuh tinggi ( Mardiansyah dkk,2021).

(5)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 02 Maret 2022 di UPT Puskesmas Cikalongkulon. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala UPT Puskesmas Cikalongkulon di dapatkan hasil bahwa di UPT Puskesmas Cikalongkulon belum pernah dilakukan penelitian tantang kemandirian lansia. Berdasarkan hasil wawancara yang sudah peneliti lakukan kepada 10 orang lansia diperoleh data bahwa 6 orang lansia mengalami kelemahan pada bagian tubuhnya, sehingga membuatnya menjadi tidak seimbang pada saat melakukan aktifitas dan mengakibatkan sering mengalami jatuh. Kemudian 4 orang lansia lainnya mengatakan tidak pernah mengalami jatuh. Hasil wawancara terhadap 10 lansia diantaranya, 6 lansia mengatakan melakukan aktifitas secara mandiri mulai dari makan, mandi, berpakaian dan aktifitas sehari-hari tanpa di bantu keluarga. 4 lansia mengatakan hampir sebagian aktifitas sehari-hari di bantu keluarga. Maka dari hasil studi pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Gambaran Tingkat Kemandirian Dan Resiko Jatuh Pada Lansia Di Desa Neglasari RT 01/RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas tercantum dilatar belakang maka rumusan penelitian adalah “Gambaran Tingkat Kemandirian Dan Resiko Jatuh Pada Lansia Di Desa Neglasari RT 01/RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur”.

(6)

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat kemandirian dan resiko jatuh pada lansia di desa Neglasari RT 01/RW 02 wilayah kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada lansia di desa Neglasari RT 01/RW 02 wilayah kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

b. Mengidentifikasi resiko jatuh pada lansia di desa Neglasari RT 01/RW 02 wilayah kerja UPT Puskesmaas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai dasar sumber penelitian dan data dasar untuk mengambangkan penelitian lebih lanjutnya dengan jumlah responden yang banyak dan di wilayah cakupan yang lebih luas sehingga penelitian ini dapat lebih berkembang dan beragam variabel dan hasil yang di dapatkan.

2. Manfaat Bagi Institusi Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung

Sebagai salah satu sumber informasi dan referensi tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi yang berkunjung di perpustakaan STIKes Dharma Husada Bandung tentang gambaran tingkat kemandirian dan resiko jatuh pada lansia.

(7)

3. Manfaat Bagi Lansia Resiko Jatuh Di Desa Neglasari RT 01/RW 02 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon

Dengan Hasil Penelitian ini di harapkan untuk meningkatkan pengetahuan akan kesadaran tingkat kemandirian dan resiko jatuh pada lansia di desa Neglasari wilayah kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

4. Manfaat Bagi UPT Puskesmas Cikalongkulon

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan penanganan resiko jatuh di wilayah kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup peneliti ini terdiri dari:

1. Lingkup Waktu

Adapun ruang lingkup waktu penelitian ini akan dilaksanakan bulan Maret-Juli 2022.

2. Lingkup Tempat

Adapun ruang lingkup tempat penelitian ini dilaksanakan di desa Neglasari RT 01/RW 02 wilayah kerja UPT Puskesmas Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

3. Lingkup Materi

Adapun ruang lingkup materi penelitian ini berkaitan dengan Ilmu Keperawatan Gerontik mengenai tingkat kemandirian dan resiko jatuh pada lansia.

Referensi

Dokumen terkait

1 STIKes Dharma Husada Bandung Kelainan refraksi merupakan suatu ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur yang disebabkan oleh sinar yang

Yang akan dijadikan fokus penelitian adalah kepala keluarga atau yang mewakilinya dari tiap KK yang ada di RW 04 Hasil studi pendahuluan di RW 04 Desa Kalijati Timur, bahwa 10 orang