• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan yang makin kompleks dan menantang, yang ditransformasikan oleh faktor-faktor seperti globalisasi, perkembangan teknologi, penyebaran teknologi baru yang makin cepat hingga perkembangan dan penggunaan pengetahuan mewarnai abad ke dua puluh satu ini. Faktor- faktor ini telah menimbulkan perubahan drastis dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Perubahan ini akan mempengaruhi kemampuan organisasi untuk berkompetisi dan mempertahankan daya saing.i

Sementara itu, persaingan global semakin intensif, pasar semakin terfragmentasi dalam spesialisasi. Pergeseran informasi ekonomi memerlukan tingkat sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan semakin tinggi.

Keadaan ini membuat kompetensi sumber daya manusia semakin penting, baik bagi eksekutif, manajer maupun pekerja.

Pada tingkat mikro, persaingan bisnis yang meningkat akan mendorong perusahaan untuk memasukan isu sumber daya manusia ke dalam strategi pengembangan perusahaan. Daya saing perusahaan akan sangat ditentukan oleh kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Kemampuan pekerja untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang sangat penting.

(2)

Kompetensi sumber daya manusia unggul yang tersedia pada saat dan tempat yang tepat (the right man in the right time and the right place) diwujudkan melalui aktivitas-aktivitas manajemen sumber daya manusia, yang secara ringkas dapat dikatakan sebagai upaya pendayagunaan sumber daya manusia.

Efektivitas implementasi strategi organisasi terutama bergantung pada manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memusatkan perhatian pada unsur manusia dalam organisasi.

Organisasi atau perusahaan penyedia jasa pelayanan kesehatan masyarakat merupakan organisasi yang kompleks padat karya dan profesi karena di dalamnya terdiri dari berbagai jenis pelayanan dan kegiatan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang beragam pula sehingga diperlukan manajemen yang dapat menyiapkan dan mengembangkan kemampuan SDM secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan setiap bagian, bidang, unit, dan instalasi penyedia jasa kesehatan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 2016 Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat. Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di

(3)

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Optik sebagai salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan disamping melakukan tindakan refraksi optisi yang merupakan implementasi usaha pelayanan jasa tapi juga melakukan usaha komersil yaitu melakukan penjualan kacamata ataupun alat-alat optik lainnya harus meningkatkan pelayanannya sebagaimana tercantum dalam peraturan menteri kesehatan RI no 1 tahun 2016 pasal 1 ayat 1 tentang penyelenggaraan optik: Optik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan refraksi, pelayanan optisi dan/

atau pelayanan lensa kontak. Oleh karena itu optik juga memerlukan manajemen SDM yang tepat sesuai dengan fungsinya sebagai pelayanan jasa kesehatan pada setiap bagian untuk memenuhi standar profesionalitasnya.

Dengan mulai diberlakukannya Peraturan Menteri Kesehatan RI no 1 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan Optik berdampak pada adanya tuntutan peningkatan standar profesionalitasnya terutama sumber daya manusia optik.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1 tahun 2016 tentang penyelenggaraan optik dijelaskan bahwa standar profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku profesional untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi bidang kesehatan.

Dari survey awal yang dilakukan, peneliti memilih situasi sosial yaitu Optik Safari karena merupakan salah satu optik yang berkembang pesat di kabupaten Bandung bagian Timur dilihat dari cabang yang dimiliki sebanyak

(4)

6 cabang dan merupakan satu-satunya grosir yang ada, yang juga berfungsi sebagai laboratorium dispensing untuk optik-optik lain disekitar Bandung Timur, Sumedang dan sekitarnya.

Sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang berkembang pesat, dari penelitian awal yang dilakukan terhadap Optik Safari, peneliti menemukan adanya beberapa hal pada pengelolaan manajemen sumber daya manusia yang dimilikinya diantaranya Optik Safari tidak melakukan proses rekrutmen dan seleksi terhadap karyawannya. Karyawan yang ada di Optik Safari diterima bekerja berdasarkan adanya hubungan kekerabatan. Dari 9 karyawan Optik Safari hanya terdapat 4 karyawan lulusan RO (refraksi optisi) dan sisanya 5 orang bukan lulusan RO.

Semua karyawan pada Optik Safari ditempatkan disetiap cabang secara bergantian tidak berdasarkan kemampuan atau keterampilannya. Kemampuan ataupun keterampilan yang dimiliki karyawan Optik Safari diperoleh dari training (pelatihan) yang diperoleh pada awal masuk ke Optik Safari dan terus

dikembangkan sewaktu-waktu tanpa adanya jadwal yang tetap. Pelatihan dilakukan hanya pada saat diperlukan terhadap karyawan dengan kemampuan atau keterampilan yang dirasa kurang oleh pimpinan ataupun manager.

Pada saat melakukan penelitian pendahuluan, pimpinan ataupun manajer jarang sekali tampak di lingkungan kerja. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengawasan yang diberikan oleh pihak manajerial terhadap karyawannya. Penilaian terhadap SDM yang dimiliki termasuk evaluasi kinerja juga tidak dilakukan secara berkala.

(5)

Dari fenomena tersebut diatas, menunjukkan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia Optik Safari tidak berjalan. Sebagai organisasi penyedia jasa layanan kesehatan seharusnya fungsi manajemen sumber daya manusia kesehatan dikelola dengan baik melihat dari tujuan manajemen sumber daya manusia yang penting yaitu sumber daya manusia yang profesional. Sumber daya manusia profesional diperlukan karena pada gilirannya akan menjadi subyek utama dalam menghasilkan barang dan jasa/ layanan yang berkualitas tinggi dan kompetitif. Mereka inilah yang menjadi human capital, yang mengelola seluruh sumber daya lainnya dalam organisasi.ii

Untuk itu berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut diatas maka menjadi hal yang menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Analisis Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan di Optik Safari Bandung Tahun 2019”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah utama yang terdapat di Optik Safari adalah pengelolaan sumber daya manusia (SDM).

Dari identifikasi masalah tersebut dilihat dari segi manajemen kesehatan maka dapat dilakukan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sumber daya manusia kesehatan di Optik Safari Bandung ? 2. Bagaimana manajemen SDM kesehatan diterapkan di Optik Safari

Bandung?

(6)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas adalah untuk mengetahui manajemen SDM kesehatan di Optik Safari Bandung tahun 2019

2. Tujuan Khusus

Dari tujuan umum dan teori manajemen SDM serta permasalahan yang ada di Optik Safari diatas, maka penelitian ini akan mengambil fokus penelitian yang ditunjukkan dalam tujuan khusus sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses perekrutan dan seleksi yang terjadi di Optik Safari.

b. Untuk mengetahui proses penempatan pegawai yang dilakukan Optik Safari.

c. Untuk mengetahui proses pelatihan dan pengembangan SDM kesehatan di Optik Safari

d. Untuk mengetahui proses penilaian yang meliputi pengamatan dan evaluasi kinerja SDM kesehatan Optik Safari

e. Untuk mengetahui sistem pengawasan dan penyesuaian yang dilakukan Optik Safari.

(7)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan referensi peneliti yang dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut dan sebagai media pembelajaran tentang manajemen khususnya mengenai manajemen SDM kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi studi ilmu kesehatan masyarakat

Dapat dijadikan sebagai informasi, bahan dan salah satu acuan untuk mengelola manajemen SDM tenaga kesehatan..

b. Bagi dinas kesehatan Bandung

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi dinas kesehatan sebagai bahan penilaian mengenai masalah SDM tenaga kesehatan wilayah Bandung.

c. Bagi optik

Diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam upaya mengelola manajemen SDM sehingga diharapkan dapat memberi dampak positif bagi kemajuan usaha optik di Indonesia pada umumnya dan usaha Optik Safari pada khususnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai di atas, ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

(8)

1. Ruang Lingkup Lokasi

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di 6 cabang Optik Safari di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung

2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2019.

3. Ruang Lingkup Materi

Materi yang akan dibahas pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Manajemen Sumber Daya Manusia yang akan menggunakan metode analisis secara kualitatif dengan mengurai kegiatan-kegiatan utama dalam Manajemen Sumber Daya Manusia yang diadaptasi dari teori Cascio W.F, yaitu:iii

a. Penarikan atau rekrutmen dan seleksi pegawai b. Penempatan pegawai

c. Pelatihan dan Pengembangan

d. Penilaian yang mencakup pengamatan dan evaluasi e. Pengawasan dan penyesuaian

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu Apakah terdapat “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap