• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 STIKes Dharma Husada Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke dua puluh satu, Indonesia masih menghadapi masalah kesehatan yang beragam. Mulai dari penyakit infeksi sampai pada penyakit- penyakit degenerative yang kini tinggi angka kejadiannya. Dari sekian banyak penyakit degenerative, satu diantaranya yaitu hipertensi. Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.

Peningkatan kejadian penyakit tidak menular berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup, seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern PTM sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia (Kemenkes RI, 2016).

Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Morbiditas dan mortalitas penyakit tidak menular makin meningkat.

Penyakit tidak menular dipicu oleh berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang ativitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Penyakit yang termasuk kedalam kategori penyakit tidak menular yaitu hipertensi, arthritis, penyakit jantung, cedera, dan gastritis (Depkes, 2016).

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap

(2)

STIKes Dharma Husada Bandung

akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (WHO, 2013).

Menurut JNC (Joint National Comittee) Hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Wijaya, dan Putri 2013). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013).

World Health Organization (WHO) menyebutkan jumlah penderita

hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%.

Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk (Widiyani, 2013).

Selanjutnya gambaran di Indonesia tahun 2018 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 9.4% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia

(3)

STIKes Dharma Husada Bandung

sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Riskesdas 2018).

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2016 di Jawa Barat ditemukan 790.382 orang kasus hipertensi (2,46 % terhadap jumlah penduduk

≥ 18 tahun ) dan hal ini menunjukkan angka tertinggi secara nasional, dari berbagai penelitian didapatkan fakta bahwa semakin tinggi usia seseorang maka makin tinggi pula tekanan darahnya. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di usia 40-65 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun atau setelah masa menopause (Depkes 2016).

Jumlah pasien hipertensi di Kota Bandung, menurut data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2016 8.029.245 orang,. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas normal, yaitu 140/90 mmHg. Sedangkan menurut WHO (2016), hipertensi atau yang dikenal sebagai darah tinggi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah terus menerus meningkatkan tekanan darah.

Pengontrolan yang perlu dilakukan dimulai dari pencegahan pada penyakit hipertensi yang diterapkan diantaranya pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan yang mendahului suatu penyakit dan diterapkan pada individu yang sehat secara fisik dan emosional. Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah kesehatan atau penyakit dan berisiko mengalami komplikasi atau kondisi yang memburuk. Pada pencegahan tersier bertujuan untuk membantu individu mencapai tingkat fungsi yang setinggi

(4)

STIKes Dharma Husada Bandung

mungkin dengan keterbatasan yang ada dengan layanan preventif karena melibatkan pencegahan timbulnya kecacatan atau penurunan fungsi yang lebih lanjut. Pengendalian faktor risiko hipertensi yang mencakup pengaturan diet, pembatasan perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah dan pengaturan olahraga bagi lansia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia terutama lansia yang tinggal di masyarakat.

Hasil dari pengendalian faktor risiko hipertensi ini dapat terlihat dari tingkat stres, status gizi dan tekanan darah (Rabiat, 2016).

Penyusun melakukan studi pendahuluan melalui wawancara dengan petugas UPT Puskesmas Ibrahim Adjie pada bulan Maret 2019 di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dan dari grafik pelaporan prolanis hipertensi pada tahun 2018.

Diagram 1.1 Data Kelompok Prolanis Berdasarkan Usia Yang Terkena Hipertensi Pada Tahun 2018 Di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie.

(5)

STIKes Dharma Husada Bandung

Berdasarkan diagram yang diperoleh dari UPT Puskesmas Ibrahim Adjie pada tahun 2018 data kelompok prolanis berdasarkan usia yang terkena hipertensi paling tinggi berusia 60-69 tahun sebanyak 58%. Program prolanis merupakan salah satu sistem pelayanan kesehatan dengan pendekatan kepada masyarakat secara proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan para lansia dan pasien penyakit kronis salah satunya hpertensi.

Aktivitas dalam prolanis meliputi konsultasi medis/edukasi, home visit, reminder, aktivitas klub dan pemantauan status kesehatan.

Berdasarkan paparan dan fenomena diatas, penyusun dapat melakukan

“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovasukuler : Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam laporan ini adalah bagaimana “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini untuk melakukan “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.H dengan Gangguan

(6)

STIKes Dharma Husada Bandung

Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung”.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

b. Melakukan rumusan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Badung.

c. Melakukan rencana tindakan keperawatan pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi peneliti yang dapat digunakan sebagai data dasar penelitian lebih lanjut, serta dapat

(7)

STIKes Dharma Husada Bandung

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya teori kesehatan lain terutama yang berkaitan dengan “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.H dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.”

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Bagi STIKes Dharma Husada Bandung

Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan sumber pustaka tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi.

b. Bagi UPT Puskesmas Ibrahim Adjie

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi di puskesmas mengenai Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi.

c. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi profesi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan perawat terutama mengenai Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi.

d. Bagi Klien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan klien mengenai hipertensi.

Referensi

Dokumen terkait

STIKes Dharma Husada Bandung Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul “Angka kejadian Refraksi Myopia Pada Anak Usia Sekolah”

Ruang Lingkup Masalah Masalah pokok dalam karya tulis ini adalah mengenai potensi dari faktor eksternal penyebab astenopia pada mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung selama masa

STIKes Dharma Husada Bandung Masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan dan sikap orang tua tentang kelainan refraksi pada anak di SDIT Daarul Huda

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 April 2021 pada 3 orang Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus STIKes Dharma Husada Bandung ber-inisial R, M, dan Y dengan metode

Unit TIM Kesehatan dari bagian kesiapsiagaan bencana di kampus stikes Dharma Husada Bandung dengan tugas bagaimana cara pengintervensi dan pengimplementasian pada masyarakat yang

Melakukan evaluasi apa saja yang di dapat pada Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.. Melakukan

STIKes Dharma Husada Bandung pembaca mengenai bagaimana proses pembuatan koreksi astigmat mixtus derajat kelainan tinggi apakah membutuhkan tehnik khusus atau sama pada umumnya dengan

Mahasiswa Profesi Ners memiliki Capaian Kompetensi pembelajaran menurut koordinator profesi ners STIKes Dharma Husada Bandung adalah tercapainya kompetensi melalui proses pendidikan