BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corona Virus Disease adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh virus SARS CoV 2. Sebagian besar virus ini menyerang sistem pernafasan dimulai dari gejala ringan sampai gejala berat. Dan berdasarkan derajatnya, gejala Covid-19 diklasifikasikan menjadi 5 golongan yaitu asimptomatik (tanpa gejala), gejala ringan (biasanya demam, batuk, kelelahan, nyeri tenggorokan, sakit kepala, anosmia, diare, mual muntah), gejala sedang (biasanya demam, batuk, sesak , nafas cepat), gejala berat (semua yang termasuk gejala sedang ditambah adanya sianosis sentral), serta gejala kritis (biasanya terjadi pada pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome, sepsis dan syok sepsis) (Kemenkes RI 2020).
Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina dimana pada saat itu belum diketahui penyebabnya. Pada tanggal 07 Januari 2020, Cina mengidentifikasi bahwa kasus tersebut sebagai jenis baru varian corona virus.
Virus Covid-19 ini dapat bergerak cepat dari satu manusia ke manusia lain melalui kontak langsung (Li et al., 2020; Rothe et al., 2020). Virus ini dapat menyebar melalui droplet dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin yang kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Hal ini menyebabkan penyebaran virus yang hampir meluas ke seluruh dunia, sehingga pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai kedaruratan
kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia dan pada tanggal 11 Maret 2020 Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO.
Kasus Covid-19 melesat tajam di tahun 2020 sampai 2021 bahkan tidak sedikit yang meninggal akibat terpapar virus Covid-19. Akan tetapi memasuki tahun 2022 sempat mengalami penurunan bahkan sampai akhir Mei 2022 angka kenaikan kasus harian Covid-19 berada di bawah angka 300. Awal Juni 2022, menurut data satgas Covid-19 terjadi kembali peningkatan kasus Covid- 19 dilihat pada grafik kasus positif mingguan, terjadi kenaikan 571 atau 31 persen dari kasus 22 Mei 2022, dari 1.814 menjadi 2.385 kasus mingguan, Kenaikan kasus aktif corona itu didominasi di Pulau Jawa. Terdapat lima provinsi yang menjadi perhatian adanya kenaikan kasus, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pertama DKI Jakarta mengalami kenaikan 30 persen, kedua Banten mengalami kenaikan 38 persen, ketiga Jawa Barat mengalami kenaikan 18 persen, dan yang keempat Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan 45 persen.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir (30 Mei - 5 Juni 2022) mencapai 2.385, naik 30,7% dibandingkan pekan sebelumnya pada kurun 23- 29 Mei 2022, yang tercatat 1.825. Artinya sudah hampir dalam dua pekan terakhir, terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.
Tren kenaikan sejumlah indikator bahaya wabah corona tersebut bergerak seiring dengan minimnya tingkat penerapan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan. Hasil monitoring penerapan prokes tingkat
nasional yang di update Satgas Covid-19 pada 29 Mei 2022, berdasarkan penghitungan selama tujuh hari terakhir, terhadap 767.820 orang yang dipantau di 114.451 titik di 125 kabupaten/kota di 23 provinsi, menunjukkan sejumlah hal yakni sebanyak 26,40% kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat penerapan prokes yang kurang dari 75% dalam hal penggunaan masker.
Sedangkan sebanyak 26 kabupaten/kota atau 20,80% dari 125 kabupaten/kota yang ada persentase kepatuhan dalam menjaga jarak juga kurang dari 75 persen. Dibandingkan empat pekan sebelum update itu dilakukan, angka penerapan prokes memakai masker dan menjaga jarak memang semakin menurun. Rata-rata dalam hal penerapan memakai masker terendah terjadi di restoran/kedai yakni hanya sebesar 43,40%. Sedangkan di pemukiman dan tempat wisata masing-masing 74,58% dan 79,73%.
Khusus terkait penerapan menjaga jarak dan menghindari kerumunan, rata-rata terendah terjadi di pemukiman yakni sebesar 75,24%. Dari pemantauan selama tujuh hari di lokasi kerumunan, ada lima tempat yang diketahui masuk dalam kategori penerapan memakai masker kurang dari 60 persen, yakni restoran (59,0%), tempat wisata (21,5%), rumah (19,2%), tempat olahraga publik atau RPTRA (10%), dan sekolah yang terendah hanya 6,1 persen. Sedangkan, lima lokasi kerumunan yang paling tidak menerapkan menjaga jarak dan menghindari kerumunan sehingga angkanya kurang dari 60 persen adalah pemukiman (18,2%), tempat wisata (16,7%), restoran/kedai (12,7%), sekolah (11.6%), dan tempat olahraga publik/RPTRA (11%). Satgas Covid-19 juga memonitoring secara khusus institusi terhadap penerapan
protokol kesehatan. Diketahui hasil monitoring dalam kurun tujuh hari terakhir sebelum updating dilakukan menunjukkan dari sebanyak 278 institusi yang dipantau di 17 provinsi, terdapat 31,25 persen institusi yang tidak menerapkan prokes.
Penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19 termasuk perilaku kesehatan. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2014). Menurut Teori Green dalam buku Notoatmojdo 2014, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pendukung (enabling factors) dan faktor- faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor predisposisi secara umum dapat dikatakan sebagai pertimbangan- pertimbangan personal dari suatu individu atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya perilaku. Pertimbangan tersebut dapat mendukung atau menghambat terjadinya perilaku.
Faktor predisposisi antara lain usia jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, dan sebagainya. Dalam survei sosial demografi Dampak Covid- 19 yang dilakukan BPS menyebutkan semakin tinggi usia responden, semakin taat responden dalam berperilaku memenuhi himbauan protokol kesehatan (Putranto et al.2020). Jenis kelamin adalah kategori biologis perempuan laki-
laki yang berhubungan dengan kromosom, pola genetik dan struktur genital.
Berdasarkan hasil survey sosial demografi dampak Covid-19 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, ditemukan bahwa perempuan lebih baik dalam penerapan protokol pencegahan Covid-19 dibandingkan kaum pria (Putranto et al., 2020). Pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang, dimana makin tinggi pendidikan seeorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan dan pengetahuan berjalan beriringan dimana bila seseorang menempuh pendidikan dengan jenjang tinggi maka pengetahuan pun akan semakin meningkat . Begitu pun dalam hal penerapan protokol kesehatan tingkat pengetahuan dan pendidikan sangat mempengaruhi perilaku penerapan protokol pencegahan Covid-19, dimana seseorang dengan pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang baik maka perilaku nya akan cenderung lebih baik dalam hal penerapan protokol pencegahan Covid-19 (Duwi Pratiwi, 2021). Dalam penelitian lain (Sari 2021) mengatakan dalam penelitian yang berjudul Factors That Related To Community Action In The Implementation Of The Health Protocol (3M) At Air Manis Beach In Padang City 2021 didapatkan hasil yang signifikan antara pendidikan, pengetahuan dengan pelaksanaan protokol kesehatan.
Pusdikmin merupakan sebuah institusi/lembaga pendidikan milik Polri yang mempersiapkan SDM Polri dan PNS yang unggul di bidang pembinaan, diharapkan Pusdikmin Lemdikpol dijadikan sebagai pusat keunggulan PNS Polri yang mampu menjawab tantangan-tantangan pembinaan kedepan.
Pusdikmin disamping mendidik dan melatih anggota Polri dan PNS juga
menyelenggarakan kerjasama dengan UPI, ITB, LAN dalam membekali personel agar memiliki kompetensi hasil didik sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Saat ini jumlah personel Pusdikmin Lemdiklat Polri sejumlah 113 orang, terdiri dari anggota Polri 77 orang, PNS Polri 36 personel Pusdikmin sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya personel Subbag Renmin sebanyak 51 orang, Subbag Diklat 12 orang, Subbag Gadik 21 orang, dan Subbag Binsis 29 orang.
Semenjak pandemi Covid-19 tentunya Pusdikmin menerapkan protokol kesehatan untuk area kerja seperti memakai masker terutama di ruangan tertutup, mencuci tangan dengan air mengalir pakai sabun di beberapa titik yang telah disediakan, menjaga jarak kurang lebih 1,5 meter saat sedang di ruangan, serta tidak berkeremun saat sedang bekerja, serta disediakannya sarana tempat cuci tangan di depan Mako dan di beberapa titik yang krusial seperti area dekat kelas, area barak/tempat tinggal siswa, area asrama personel. Di Pusdikmin pun menerapkan setiap personel, tamu/pengunjung yang datang memasuki Mako Pusdikmin wajib melakukan cuci tangan dengan air mengalir pakai sabun, cek suhu tubuh serta masuk chamber disinfektan di sarana yang telah tersedia di depan Mako Pusdikmin.
Studi pendahuluan dilakukan dengan metode observasi selama 1 hari, didapatkan masih banyak personel pusdikmin yang kurang mentaati peraturan terkait penerapan prokes, dimana selama 1 hari tersebut masih ditemukan 12 personel bintara remaja ( usia 18-19 tahun) yang berkerumun saling berbincang saat jam istirahat di kantin tanpa menggunakan masker khususnya para bintara
remaja laki-laki yang notabene pendidikan terakhirnya SMA. Dan masih ditemukan juga beberapa orang personel saat memasuki Mako (Markas Komando) Pusdikmin tidak melakukan prokes cuci tangan padahal sudah jelas peraturan tersebut tertuang dalam SOP memasuki Mako Pusdikmin sejak masa pandemik Covid-19. Saat dilakukan wawancara terhadap 5 orang personel dengan tingkat usia dan pendidikan yang berbeda terkait apa yang mereka ketahui tentang penerapan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19, 3 orang di antaranya bisa menjawab pertanyaan hampir 80% jawabannya benar sementara 2 lainnya masih menjawab pertanyaan berada di rentang 68-70%, ini menandakan bahwa tidak semua personel paham betul tentang segala informasi yang diberikan tentang Covid-19 khususnya dalam hal penerapan protokol kesehatan.
Berdasarkan fenomena tersebut, bahwa lembaga sudah melakukan berbagai upaya pencegahan Covid-19 di tempat kerja namun masih ditemukan personel yang tidak menerapkan perilaku protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19 di Pusdikmin Lemdiklat Polri. Penerapan perilaku protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19 di tempat kerja selama masa pandemi Covid-19 ini sangat penting dilakukan karena personel itu sendiri memiliki pengaruh terhadap terjadinya kenaikan angka kasus Covid-19.
Besarnya jumlah populasi personel, besarnya mobilitas dan tempat berkumpulnya sejumlah/banyak orang dalam satu lokasi, sehingga apabila personel tidak menerapkan perilaku protokol kesehatan pada saat di tempat kerja maka dapat menimbulkan dampak kenaikan angka kasus Covid-19.
Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan diatas, maka personel mempunyai andil besar dalam memutuskan mata rantai penularan virus Covid- 19 dengan melakukan penerapan protokol kesehatan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan faktor predisposisi tersebut dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 pada Personel Pusdikmin Lemdiklat Polri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
1. Faktor predisposisi apa saja yang berhubungan dengan penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri?
2. Apakah ada hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan faktor- faktor (predisposisi : usia, jenis kelamin, pendidikan dan pengetahuan) dengan penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat usia personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
b. Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
c. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
d. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
e. Untuk mengetahui gambaran penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
f. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
g. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
h. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel Pusdikmin Lemdiklat Polri.
i. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 pada personel di Lingkungan Pusdikmin Lemdiklat Polri.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Instansi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan protokol kesehatan Covid-19 di lingkungan Pusdikmin Lemdiklat Polri.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitiaan ini dapat dijadikan sebagai dasar promotive dan preventif terhadap virus Covid-19 bagi tenaga kesehatan dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan Pusdikmin Lemdiklat Polri.
3. Bagi Personel Pusdikmin
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan protokol pencegahan Covid-19 di tempat kerja.
4. Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya di STIKes Dharma Husada Bandung, serta dapat dijadikan bahan pustaka untuk pembelajaran dan penelitian selanjutnya dan dapat menjadi rujukan serta sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
Penelitian dilaksanakan pada personel Pusdikmin sebanyak 111 orang bertempat di lingkungan Pusdikmin Lemdiklat Polri pada tanggal 10 Juli 2022 sampai 15 Juli 2022.