• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kejang demam merupakan kejadian kejang yang umum terjadi pada anak usia di bawah lima tahun. Kejang demam berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh lebih dari 38˚C pada anak, serta tidak disebabkan oleh infeksi sistem persarafan pusat, gangguan metabolisme tubuh, dan tanpa riwayat kejang sebelumnya (Laino et al.,2018). Kejadian kejang demam diperkirakan sekitar 6-15% pada anak usia antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, serta sekitar 30% terjadi kejang berulang. Kejadian kejang demam meningkat pada anak usia 18 bulan (Srinivasa et al.,2018). Kejadian kejang demam kompleks sekitar 30- 35% dengan klasififikasi kejang fokal, durasi lebih dari 10 menit, kejang berulang dalam 24 jam (Gundapu et al.,2017).

Kejang demam tidak meningkatkan risiko kematian pada anak, namum menimbulkan dampak negatif bagi anak dan orang tua jika tidak ditangani secara tepat.

Kejang demam pada anak menimbulkan ketakutan akan terjadinya gangguan perkembangan kognitif dan prestasi di sekolah (Ateşoğlu et al.,2018). Menurut World Health Organization (WHO) (2012) kejadian kejang demam sebanyak 80% menyebabkan terjadinya epilepsi terutama di negara –negara miskin (Andretty, 2015) Kejang demam pada anak juga berdampak pada orang tua. Kejang demam merupakan pengalaman yang menimbulkan trauma tersendiri pada orang tua. Kejang demam dapat meningkatkan kecemasan dan ketakutan bagi orang tua. Orang tua beranggapan bahwa kejang demam pada anak dapat menyebabkan kerusakan otak, menular ke saudara kandung, gangguan perkembangan, berulang selama hidup anak dan menimbulkan kematian (Hamaad et al., 2019).

Fenomena penderita kejang demam pada anak balita 1- 5 tahun masih tinggi berdasarkan data dari beberapa Negara, seperti Amerika Serikat, Asia, bahkan di Indonesia (Pasaribu, 2013). Banyak gangguan yang akan terjadi akibat kejang demam. Gangguan tingkah laku, meningkatnya metabolisme dan menurunnya intelegasi. Apabila anak sering mengalami kejang demam dapat terjadi kekurangan oksigen, aliran darah ke otak berkurang, dan kekurangan glukosa. Kejadian kejang demam yang terus menerus akan menganggu kerja sel dengan mengakibatkan kerusakan pada neuron sampai juga mengakibatkan retardasi mental (Pasaribu, 2013).

(2)

Penanganan demam terbagi menjadi dua, yaitu penanganan tanpa obat (terapi nonfarmakologis) dan dengan obat (terapi farmakologis). Penanganan tanpa obat dilakukan dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh meliputi pemberian cairan, penggunaan kompres, dan menghindari penggunaan pakaian terlalu tebal (Kristiyaningsih et al., 2019). Penanganan dengan obat dilakukan dengan pemberian obat golongan antipiretik yang dapat menurunkan suhu tubuh dengan berbagai mekanisme (Lubis et al., 2016).

Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran orangtua, terutama ibu. Dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia, diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan demam pada anak sangat bervariasi. Perbedaan tingkat pengetahuan ini mengakibatkan perbedaan pengelolaan demam pada anak. Faktor utama yang mempengaruhi dalam penanganan kejang demam adalah pengetahuan.

Penanganan kejang demam harus di dasari dengan pengetahuan yang benar tentang kejang demam dan memerlukan pembelajaran yang tepat melalui pendidikan baik formal maupun informal (Taslim, 2013 dalamMarwan,2017). Ditambah dengan kemudahan untuk membeli antipiretik secara bebas dan peran ibu yang vital dalam kesehatan keluarga. Pengetahuan yang kurang dapat mengakibatkan penanganan yang tidak tepat sehingga membuat kesehatan anak menjadi lebih berisiko (Riandita, 2012).

Pertolongan kegawatdaruratan di rumah pada anak dengan kejang demam menentukan hasil keluaran kesehatan pada anak. Pendidikan kesehatan dan peningkatan kemampuan orang tua sebagai first responder (penolong pertama) dalam menangani kegawatdaruratan anak dengan kejang demam di rumah diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang optimal (Chiabi et al., 2018). Peningkatan pengetahuan orang tua meliputi konsep tentang kejang demam, hubungan antara demam dan kejang, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk penanganan kegawatdaruratan anak dengan kejang demam di rumah. Peningkatan kemampuan orang tua berfokus pada kemampuan orang tua bersikap tenang, bagaimana cara mengukur suhu tubuh dengan termometer, bagaimana melakukan tepid sponge, serta pemberian dosis obat antipiretik dan antikonvulsan (Silverman et al., 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salehi et al. (2016) menunjukkan bahwa anak dengan kejang demam meningkatkan risiko terjadinya hyperactive impulsive (HI) yang merupakan tanda dan gejala pada anak dengan attention deficit hyperactivity disorder

(3)

(ADHD). Peningkatan risiko tersebut disebabkan oleh pengetahuan orang tua, dukungan keluarga, serta kemampuan dalam penanganan kejang demam pada anak yang rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sajadi dan Khosravi (2017) menunjukkan bahwa mayoritas orang tua tidak mengetahui cara penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak, sehingga menimbulkan perilaku yang dapat berakibat negatif dalam penanganan anak dengan kejang demam. Perilaku tersebut antara lain memberikan minuman saat anak kejang akan meningkatkan terjadinya risiko aspirasi, memberikan kompres dingin pada anak, dan orang tua tidak mempunyai termometer di rumah (Srinivasa et al., 2018).

Faktor yang dapat merubah perilaku seseorang salah satunya adalah pendidikan kesehatan (Notoaatmodjo, 2012). Dengan di lakukan pemberian pendidikan kesehatan diharapkan dapat menambah informasi sehingga mengubah sikap orangtua dalam penanganan kejang demam pada balita (Widagdo, 2012). Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik meneliti pengaruh pendidikan tentang kejang demam terhadap sikap orangtua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada balita.

Alasan saya memilih lokasi di Puskesmas Ledeng yaitu karena sebelumnya saya sudah melakukan observasi singkat di lokasi tersebut, dari hasil observasi tersebut saya menemukan permasalahan yang akan menjadi topik dalam penelitian saya yaitu kejang demam pada balita,karena menurut saya di wilayah puskesmas tersebut masih banyak yang belum mengetahui cara penanganan agar tidak terjadi kejang saat anak sedang demam tinggi.

Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 19 juli 2022 di Puskesmas Ledeng terdapat data 80 anak mengalami demam tinggi pada bulan juli. Balita yang umumnya mengalami demam tinggi berusia 1 – 2 tahun dan suhu tertinggi berada di angka 39,8˚c, rata – rata balita yang mengalami demam tinggi ini disebabkan karena infeksi, lalu saya melakukan wawancara kepada 10 orang ibu yang memiliki anak balita yang mengalami demam tinggi, dan saya bertanya mengenai cara penanganan orangtua tersebut, hampir rata-rata menjawab hanya memberikan obat saja tanpa melakukan cara lain untuk mengurangi resiko kejang demam pada balita seperti misalnya kompres air hangat di area lipatan tubuh, adapun sebagian dari mereka yang memakaikan baju tebal ketika anak menggigil. Oleh karena itu berdasarkan paparan latar belakang tersebut maka saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan

(4)

Kesehatan terhadap Pengetahuan ibu dalam Penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada balita di Wilayah Puskesmas Ledeng Kota Bandung”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian adalah

“Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penanganan Kegawardaruratan Kejang Demam pada Anak Umur 1 – 2 tahun?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penanganan Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak Umur 1 – 2 Tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik ibu (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan) b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan

tentang penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun.

c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun.

d. Menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu dalam menangani Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak Umur 1 – 2 Tahun di Wilayah Puskesmas Ledeng.

2. Bagi STIKes Dharma Husada

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu dalam menangani Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun di Wilayah Puskesmas Ledeng.

(5)

3. Bagi Puskesmas Ledeng

Bagi Puskesmas dapat dijadikan acuan tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu dalam menangani Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun sehingga diharapkan puskesmas dapat memotivasi pasien untuk lebih mengetahui cara melakukan penanganan kejang demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu dalam menangani Kegawatdaruratan Kejang demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pembahasan, Penelitian ini dalam ranah lingkup Keperawatan Anak dan Keperawatan Gawat Darurat yang akan membahas mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu dalam Penanganan Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak Usia 1 – 2 Tahun di Wilayah Puskesmas Ledeng”. Penelitain ini dilakukan mulai Agustus 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara singkat terhadap remaja putri yang dilakukan pada hari Kamis, 07 April 2022 berjumlah 10 orang, 3 diantaranya mengetahui tentang nyeri pada saat haid yang disebut dengan