• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ARI DAN SHERLINDA

N/A
N/A
Mustari Ar

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II ARI DAN SHERLINDA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Risiko Kredit

Disusun Oleh

- Sherlinda Angie

- Mustari

(2)

1. Definisi Resiko Kredit

Kata risiko berasal dari bahasa inggris “risk” yang dapat didefinisikan sebagai kemungkinan buruk yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.

Menurut Joel G. Siegel, resiko adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (pasal 21 ayat 11) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Teguh Pudjo Mujiono (1989;45) mengatakan bahwa “Kredit adalah suatu penyertaan uang atau tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain. Atau juga memberi pinjaman pada orang lain dengan harapan akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yaitu berupa bunga sebagai pendapatan bagi pihak yang bersangkutan”.

Resiko kredit atau credit risk yaitu risiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran pokok ataupun bunga sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian kredit, di samping risiko suku bunga, risiko kredit merupakan salah satu risiko utama dalam pelaksanaan pemberian kredit bank dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap kolektibilitas kredit.

Adapun menurut Irham Fahmi, resiko Kredit bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo dan sesuai kesepakatan yang berlaku.

(3)

Risiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Hal-hal yang termasuk dalam Risiko Kredit adalah:

a. Lending Risk, yaitu risiko akibat nasabah/debitur tidak mampu melunasi fasilitas yang telah diberikan oleh bank, baik berupa fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan maupun non cash loan)

b. Counterparty Risk, risiko dimana counterpart tidak bisa melunasi kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan maupun pada saat tanggal kesepakatan.

c. Issuer Risk, risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa melunasi kepada bank sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.

2. Resiko Kredit Jangka Pendek dan Jangka Panjang

a. Resiko yang bersifat jangka pendek (Short term Risk)

Adalah resiko yang disebabkan karena ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka pendek terutama kewajiban likuiditas.

b. Resiko Kredit Jangka Panjang (long term Risk)

Adalah Ketidakmampuan suatu perusahaan menyelesaikan berbagai kewajibannya yang bersifat jangka panjang, seperti kegagalan untuk menyelesaikan utang perusahaan atau proyek hingga tuntas. Contoh obligasi.

3. Peranan Credit Risk Management (CRM) dan Peranan Relationship Management (RM)

Dalam melaksanakan setiap keputusan kredit, prinsip kehati- hatian harus selalu diutamakan dengan maksud untuk selalu

(4)

menciptakan suatu kondisi yang terkontrol dan aman, salah satu pejabat lembaga perbankan yang bertanggung jawab dalam keputusan kredit adalah bagian credit risk management (CRM).

Credit Risk Management merupakan suatu proses dimana risiko kredit diidentifikasi, diukur, dan dikelola (termasuk monitoring, controlling dan communication). Proses yang dimaksud, sifatnya cyclical, dan dimulai sejak aplikasi kredit diterima oleh Bank, di analisa, persetujuan, pemantauan, dan penyelamatan. Agar proses pengelolaan risiko kredit tersebut dapat berjalan secara efisien diperlukan infrastruktur pendukung, yaitu: Kebijakan, Organisasi, Sistem Informasi, dan Risk Modelling.

Tanggung jawab pihak Credit Risk Management

a) Memiliki tanggung jawab utama dalam bidang resiko kredit.

b) Memiliki tanggung jawab mengelola dan menyelesaikan kredit yang bermasalah

c) Memiliki tanggung jawab dalam manajemen portofolio kredit.

d) Memiliki tanggung jawab dalam menetapkan suatu sistem ukuran penilaian serta alat analisis yang layak digunakan untuk menilai kredit

Adapun tanggung jawab dari pihak Relationship Management adalah:

a) Pada saat menemukan adanya kredit yang bermasalah maka memindahkan pengelolaannya ke bagian CRM untuk diselesaikan.

b) Pihak RM berfungsi dalam mempertanggungjawabkan kelanjutan bisnis/usaha perbankan

c) Pihak RM saling berkoordinasi dengan pihak CRM dalam memutuskan berbagai persoalan penting seperti pemberian kredit.

(5)

4. Wewenang dan Maksimalitas Kredit.

Keputusan pemberian kredit baik dalam bentuk besar dan kecil bisa juga dipengaruhi dari wilayah wewenang seseorang. Misalnya yang dilakukan seorang direksi lembaga perbankan kepada pejabat bak, para kepala kantor cabang, ataupun para komite kredit yang ada di suatu perbankan.

Ketetapan batas maksimum kredit yang diberikan nasabah peminjam atau kelompok/grup peminjam yang tidak terkait dengan bank tertuang dalam keputusan Direksi BI, No. 31/177/KRP/DIR tanggal 31 Desember 1999 adalah:

 30% dari modal sejak tanggal 1 Januari 2001

 25% dari modal sejak selama tahun 2002

 20% dari modal sejak tanggal 1 Januari 2003.

Penurunan persentase dari yang ditetapkan 30% menjadi 25% dilakukan setelah memperhitungkan berbagai situasi dan kondisi yang terkait dengan kasus dan kejadian yang terjadi di lapangan dan juga untuk menghindari timbulnya sebuah risiko yang begitu besar. Apalagi keuntungan yang diperoleh bank dari segi kredit paling besar mencapai 85% sampai 90%, maka otomatis sikap dan prinsip kehati-hatian harus diterapkan secara maksimal.

5. Pengaruh Komite Kredit terhadap Keputusan Kredit

Komite kredit merupakan mereka yang ditempatkan dan dibentuk di suatu perbankan serta bertugas secara tegas dan tepat untuk meneliti, menilai, dan merekomendasikan setiap permohonan kredit yang diajukan.

Komite kredit berpengaruh positif terhadap keputusan kredit.

Komite kredit merupakan proses pembuatan keputusan kredit yang terdiri dari pengusul dan pemutus kredit. Komite kredit dianggap sah

(6)

apabila pengusul dan pemutus kredit yang terdiri dari pemimpin bisnis dan pemimpin risiko berada dalam satu forum. Hasil dari komite kredit adalah putusan kredit yang tertuang dalam Nota Keputusan Komite Kredit (NKKK). Penerapan komite kredit dalam mengambil keputusan adalah diperoleh hasil keputusan yang berkualitas yang memiliki mitigasi risiko yang tajam dan prudent, kecepatan dalam pembuatan keputusan kredit, dan merupakan sarana untuk transfer pengetahuan

6. Tugas Komite Kredit

Komite Kredit adalah mereka yang ditempatkan dan dibentuk di suatu perbankan serta bertugas secara tegas dan tegas untuk meneliti, menilai dan merekomendasikan setiap permohonan kredit yang diajukan.

Tugas Komite Kredit:

1. Meneliti dan menilai permohonan kredit baru yang berjumlah besar

2. Meneliti dan menilai permohonan perpanjangan kredit dan alasan-alasan atas permintaan tersebut.

3. Meneliti dan menilai semua kredit yang mengalami kemacetan untuk mengetahui dan menentukan sebab- sebabnya.

4. Meneliti apakah semua pemberian kredit tersebut telah sesuai dengan kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan.

5. Memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen kredit

6. Memberikan konsistensi perlakuan terhadap permohonan kredit.

7. Komite Kredit dalam Perspektif Risiko Kredit

(7)

Komite kredit dalam perspektif risiko kredit adalah proses pembuatan keputusan kredit yang terdiri dari pengusul dan pemutus kredit. Komite kredit dianggap sah apabila pengusul dan pemutus kredit yang terdiri dari pemimpin bisnis dan pemimpin risiko berada dalam satu forum. Komite kredit dipergunakan oleh perbankan untuk mengurangi risiko kredit berupa Non Performing Loan (NPL) dan membantu dalam pengambilan keputusan yang prudent dan efektif.

Penelitian yang dilakukan di BNI SKC Yogyakarta menunjukkan bahwa penerapan komite kredit dalam pengambilan keputusan kredit dapat menghasilkan hasil keputusan yang berkualitas, memiliki mitigasi risiko yang tajam, dan mempercepat proses pembuatan keputusan kredit.

Namun, komite kredit juga memiliki kendala dalam menyatukan jadwal pemutus kredit, yang dapat diatasi dengan membentuk jadwal komite serta melakukan efisiensi waktu komite dengan cara membahas usulan dan informasi seputar bisnis yang diusulkan sehingga pembicaraan tidak melebar.

8. Kualitas Perjanjian Kredit Mampu Meminimalisasi Risiko

Kualitas perjanjian kredit mempengaruhi risiko kredit. Semakin rendah kualitas perjanjian kredit, maka semakin tinggi risiko kredit.

Untuk Meminimalisir risiko kredit, perlu dilakukan identifikasi risiko dan pengendalian risiko. Kualitas perjanjian kredit dapat ditentukan berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan membayar. Bank dan lembaga keuangan harus mengacu pada ketentuan Bank Indonesia dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia (POJK RI) untuk menetapkan kualitas kredit.

Cara Meminimalisasi risiko adalah dengan memperkuat perjanjian kredit, yaitu perjanjian (agreement) antara kreditur dan debitur.

9. Risiko Kredit bagi Investor

(8)

Mereka yang memiliki surplus financial (investor) akan cerndrung akan mendapatkan ditempat-tempat yang mampu memberi kenyamanan dalam bentuk keuntungan dan keamanan, seperti (saving ), deposito (time deposit), dan obligasi (bond). Permasalahan timbul pada saat dana yang di tempatkan tersebut tidak lagi memiliki tingkat keamanan seperti dirasakan selama ini.

Bentuk kredit serta mengambil selisih keuntungan sebagai pendapatan perbankan. Contoh jika suku bunga deposito 8% per tahun dan suku bunga kredit adalah 11,5% per tahun maka bank akan memperoleh keuntungan sebesar 3,5% per tahun sebagai bentuk keuntungan mengelola dana.

Sehinggga pada saat risk credit timbul ada beberpa permasalahan yang akan di hadapi oleh pihak investor yaitu antara lain:

a) Investor akan mengali keterlambatan penerimaan keuntungan dalam bentuk bunga gain karna kondisi perbankan sedang mengali kesulitan keuangan (financial distrees) akibat banyaknya debitur yang tidak tepat waktu dalam membayar angsuran kreditnya.

b) Bagi orang obligasi permasalahan menjadi besar pada saat emiten (perusahaan penjual obligasi) sudah berada dalam kondisi bangkrut dan siap di likuidasi. Memang dalam konsep dikenal dengan obligasi konversi yaitu merupakan obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada hari yang di tetapkan.

c) Keterlambatan penerimaan keuntungan dari setiap bunga menyebabkan permasalahan dengan pihak eksternal seperti jika pihak pemegang obligasi dan deposito melakukan pembelian secara utang dilakukan dengan memperhitungkan tanggal jatuh tempo penerimaan bunga obligasi dan deposito.

(9)

10.Berbagai Sebab Tingginya Risiko pada Financial Investment

Berbagai faktor yang mempengaruhi risiko investasi saham antara lain:

a) Inflasi: Kenaikan tingkat inflasi dapat menyebabkan harga barang dan jasa meningkat, yang mungkin mengurangi nilai investasi saham.

b) Suku bunga Bank Indonesia: Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi harga saham dan tingkat risiko investasi.

c) Liquidity Ratio (LDR): Rasio likuiditas perusahaan dapat berpengaruh signifikan negatif terhadap risiko investasi saham.

d) Capital Adequacy Ratio (CAR): Tingkat kepemilikan yang cukup dapat meningkatkan keamanan investasi saham.

e) Non-Performing Loans (NPL): Jumlah pinjaman yang tidak dapat dibayar dapat menyebabkan risiko investasi saham meningkat.

f) Operating Leverage: Tingkat penggunaan modal dalam operasi perusahaan dapat mempengaruhi risiko investasi saham.

g) Financial Leverage: Tingkat penggunaan modal dalam berinvestasi dapat meningkatkan risiko investasi saham.

Untuk meminimalisir risiko investasi saham, investor dapat menggunakan strategi seperti diversifikasi portofolio, analisis kredit, dan mempertimbangkan tingkat kredit serta kondisi keuangan sebelum melakukan investasi.

11.Devault Risk

Default Risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman kredit yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering di alami oleh para debitur pada saat debitur tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman tersebut secara tepat waktu yang di sebabkan oleh bebrapa hal, seperti:

(10)

 Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil. Contohnya krisis moneter pada tahun 1997/1998, krisis sub rime mortgage di Amerika Serikat, kondisi perang di suatu Negara yang mempengaruhi Negara di kawasan tersebut dan lain- lain.

 Kerugian perusahaan yang terjadi karena menurunnya angka penjualan.

 Terjadi korupsi secara besar-besaran yang menyebabkan menurunnya nilai perusahaan di mata publik.

 Kudeta yang terjadi di Negara yang bersangkutan.

 Kerusuhan yang terjadi di perusahaan tersebut baik di tingkat direksi maupun manajer serta karyawan yang meluas pada terhentinya produk dan berpengaruh pada penurunan penjualan perusahaan.

12.Kebijakan dan Solusi untuk Menghindari Terjadinya Devault Risk Kondisi terjadinya default risk telah timbulnya permasalahan baik di pihak debitur. Maka untuk menghindari timbulnya default risk ini adalah beberapa tindakan yang harus di lakukan yaitu:

 kreditor akan menaikkan angka jaminan pada tingkat benar- benar aman.

 Menghindari jaminan yang memiliki tingkat jaminan risiko, sehingga dengan menerima benda tersebut sebagai jaminan malah akan menyebabkan perusahaan akan mengalami kesulitan di kemudian hari.

 Menghindari benda jaminan yang memiliki nilai fluktuasi di pasaran.

Bank sebagai kreditor berusaha menghindari timbulnya kredit macet, karena semakin kecil kredit macet maka semakin lancar arus kas yang berasal dari kredit yang masuk ke perbankan tersebut, begitu juga sebaliknya bagi debitur, semakin di siplin dan tepat waktu ia

(11)

mengembalikan pinjaman maka semakin baik reputasinya di mata perbankan. Reputasi yang baik tersebut akan memberi pengaruh kepada debitur dalam berbagai urusan selanjutnya dengan perbankan, seperti ingin menambah meningkatkan angka pinjaman atau memperbarui pinjaman.

Referensi

Dokumen terkait

Data dari sebagian debitur yang membayar angsuran tidak sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan atau terlambat membayar angsuran kredit modal kerja pada tahun 2006-2007,

a) Risiko Kredit adalah risiko yang timbul akibat kegagalan nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Dalam hal ini

Semua dokumen kredit milik debitur tersimpan rapi dan aman pada bagian Administrasi Kredit. Sedangkan untuk pemantauan terhadap kewajiban pembayaran angsuran debitur

pembiayaan kredit rumah secara angsuran dimana nasabah tiap bulannya membayar cicilan, setiap bulan nasabah mempunyai kewajiban membayar cicilan atau angsuran,

Semua dokumen kredit milik debitur tersimpan rapi dan aman pada bagian Administrasi Kredit. Sedangkan untuk pemantauan terhadap kewajiban pembayaran angsuran debitur

Sesuai dengan perjanjian pembayaran kredit simpan pinjam, perihal pembayaran menyatakan bahwa seseorang debitur diwajibkan membayar angsuran tepat waktu, tetapi apabila terlambat

Untuk melaksanakan kegiatan pemberian kredit pada pembiayaan dana ini ada hal yang dapat menimbulkan resiko yaitu adanya sebagian debitur yang macet membayar angsuran pinjaman atau

194 kemauan atau itikad untuk membayar akan tetapi disisi lain ada pula debitur yang tidak mempunyai kemauan atau itikad untuk tidak membayar angsuran kredit.5 Pemberian kredit