Metode berpikir seperti ini bersifat inklusif (meliputi secara luas) dan sinoptik (luas), oleh karena itu berbeda dengan metode berpikir yang digunakan oleh ilmu-ilmu khusus. Dalam menyikapi konsep-konsep dasar tersebut terdapat perbedaan antara ahli ilmu-ilmu khusus dan filosof. Setiap bidang ilmu, baik ilmu khusus maupun filsafat, pasti mempunyai kedua macam objek tersebut.
Suatu objek material dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga menimbulkan pengetahuan yang berbeda-beda. Mengenai pengertian benda materi dan benda formal, terdapat perbedaan antara filsafat dan ilmu yang bukan filsafat. Disiplin ilmu khusus mempunyai cakupan yang terbatas, artinya bidang sasarannya tidak mencakup bidang lain yang bukan menjadi kewenangannya.
Faktanya, ilmu pengetahuan khusus apapun seringkali menghadapi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengandalkan keterampilan ilmu yang dikuasainya. Ada sejumlah masalah mendasar yang mencakup dan melampaui kewenangan ilmu pengetahuan khusus mana pun. Permasalahan yang umum ditemui dalam bidang ilmu khusus antara lain sebagai berikut. a) Sejauh mana batasan (ruang lingkup) kewenangan masing-masing ilmu spesialis? Contoh-contoh yang disajikan di atas menunjukkan bahwa setiap ilmu pengetahuan khusus dihadapkan pada permasalahan yang bersifat umum.
Objek formal filsafat terfokus pada unsur-unsur umum yang pasti terdapat dalam ilmu-ilmu khusus.
Hubungan Ilmu dengan Filsafat
Dengan tinjauan yang berfokus pada unsur-unsur umum tersebut, filsafat mencoba menemukan hubungan antar bidang ilmu yang bersangkutan. Banyak permasalahan filosofis yang memerlukan landasan ilmu pengetahuan jika pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu pengetahuan masa kini dapat memberikan filsafat sejumlah besar materi berupa fakta-fakta yang sangat sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Setiap ilmu mempunyai konsep dan asumsi yang tidak perlu lagi dipertanyakan bagi ilmu itu sendiri. Adapun ilmu-ilmu khusus, filsafat, khususnya filsafat ilmu, menganalisis secara kritis konsep-konsep dasar dan mengkaji asumsi-asumsi ilmu-ilmu tersebut untuk memperoleh validitasnya. Apabila konsep-konsep ilmu pengetahuan dijelaskan dan asumsi-asumsinya tidak diperkuat, maka hasil yang dicapai oleh ilmu pengetahuan tersebut tidak akan memiliki landasan yang kuat.
Interaksi antara falsafah dan sains tertentu juga melibatkan matlamat yang lebih jauh daripada falsafah. Falsafah cuba menyusun hasil pelbagai sains khusus ke dalam pandangan hidup dan dunia yang bersepadu, menyeluruh dan konsisten.
Persoalan Filsafat
Dengan kata lain, permasalahan filosofis lebih bersifat spekulatif... permasalahan yang dihadapinya melintasi batas-batas pengetahuan ilmiah. Namun para ilmuwan tidak mempertanyakan maksud dan tujuan hujan karena berada di luar batas otoritas ilmiah. Pemikiran tentang “tujuan”, “tujuan”, dan “kekuatan” ini bersifat spekulatif, yaitu melampaui batas-batas bidang pengetahuan ilmiah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan nilai adalah suatu kualitas abstrak yang dapat menimbulkan perasaan senang dan puas. Hasil pemikiran manusia tentang alam, kedudukan manusia terhadap alam, sesuatu yang diperjuangkan manusia, semuanya itu secara implisit mengandung nilai. Hal ini memberikan jawaban terhadap langkah-langkah yang harus digunakan masyarakat untuk mengevaluasi tindakan, memberikan panduan dan membuat pilihan.
Setiap bidang pengalaman manusia, baik bidang ilmu pengetahuan maupun agama, mendasarkan penelitiannya pada asumsi-asumsi yang diterima sebagai titik tolak berpikir dan bertindak. Salah satu tugas utama seorang filosof atau filosof adalah mempelajari dan mengevaluasi asumsi-asumsi tersebut, mengungkap maknanya, dan menentukan batasan penerapannya. e) Bersifat sinoptik, artinya permasalahan filsafat meliputi struktur realitas secara keseluruhan. Filsafat adalah ilmu yang menciptakan struktur realitas secara keseluruhan. f) Bersifat implikatif, artinya jawaban terhadap suatu pertanyaan filosofis akan menimbulkan permasalahan baru yang saling berkaitan.
Berpikir secara Kefilsafatan
Respons yang disampaikan mengandung konsekuensi lebih lanjut yang mempengaruhi kepentingan manusia. a) Pemikiran filosofis bercirikan radikal. Orang yang berfilsafat dengan pikirannya berusaha menangkap ilmu hakiki, yaitu ilmu yang mendasari segala ilmu indra. Yang dimaksud dengan konsep di sini adalah hasil dari sesuatu dan proses yang bersifat individual.
Berpikir secara filosofis tidak berkaitan dengan memikirkan tentang perbuatan bebas yang dilakukan oleh orang tertentu. secara spesifik, secara konkrit seperti yang dikaji oleh para psikolog, namun berkaitan dengan pemikiran “apa itu kebebasan?”. Dengan kualitas konseptual ini, berpikir secara filosofis melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari. Yang dimaksud dengan koheren adalah grafik konseptual yang disusun tidak memuat pendapat-pendapat yang saling bertentangan di dalamnya. e) Pemikiran filosofis bercirikan sistematis.
Dalam mengemukakan suatu jawaban terhadap suatu permasalahan, para filosof atau filosof menggunakan pendapat sebagai suatu bentuk proses berpikir yang disebut filsafat. f) Pemikiran filosofis bercirikan komprehensif. Berpikir secara filosofis berupaya menjelaskan alam semesta. Secara filosofis berupaya menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Kalau suatu sistem filsafat hendaknya komprehensif, berarti sistem itu mencakup segala sesuatu secara keseluruhan, tidak ada sesuatu pun yang berada di luarnya. g) Berpikir secara filosofis bercirikan bebas.
Kebebasan berpikir adalah kebebasan yang berdisiplin Berpikir dan menyelidiki secara bebas sama sekali tidak berarti asal-asalan, sesuka hati, anarki, sebaliknya berpikir dan menyelidiki batas-batasnya. Di sinilah berpikir dan menyelidiki secara bebas berarti berpikir dan menyelidiki dengan disiplin yang paling ketat. Dengan cara ini pikiran sangat bebas dari luar, namun dari dalam ia sangat terikat dalam kaitannya dengan aspek ini. Berfilsafat dapat dikatakan: mengembangkan pikiran secara sadar, secara eksklusif menurut kaidah pikiran. h) Berpikir secara filosofis ditandai dengan berpikir bertanggung jawab.
Cabang-Cabang Filsafat
Fase selanjutnya adalah bagaimana Anda merumuskan pemikiran Anda agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain; Dalam upaya ini, seorang filosof sebenarnya berusaha mengajak orang lain untuk ikut serta dalam pemikirannya. Nilai-nilai perilaku yang baik berkaitan dengan cabang filsafat etika. Nilai keindahan berkaitan dengan cabang filsafat estetika. a) Metafisika. Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta la Physika yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang berada di belakang atau di belakang benda-benda fisik. Aristoteles tidak menggunakan istilah metafisika, melainkan protofilsafat (filsafat pertama).
Filsafat utama ini memuat gambaran tentang sesuatu yang ada di balik fenomena fisik seperti gerak, perubahan, kehidupan, kematian. Epistemologi dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal usul atau sumber, struktur, metode dan validitas (validitas) pengetahuan. Dalam metafisika pertanyaan utamanya adalah “adakah hal seperti itu?”, sedangkan dalam epistemologi pertanyaan utamanya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”.
Dengan demikian objek logika yang material adalah pemikiran, sedangkan objek formalnya adalah persamaan pemikiran. Objek formal etika adalah perilaku baik dan buruk atau perilaku bermoral dan tidak bermoral. Etika berkaitan dengan nilai-nilai moral sedangkan estetika berkaitan dengan nilai-nilai non-moral.
Aliran-Aliran Filsafat
Tokoh yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato (428-348 SM) yang membedakan dua dunia, yaitu dunia indra (dunia bayangan) dan dunia akal (dunia gagasan). Pluralisme (all-in-all), aliran yang tidak mengakui adanya satu atau dua zat, melainkan banyak zat. Para filsuf yang termasuk dalam Pluralisme antara lain: Empedocles (490-430 SM) yang menyatakan bahwa hakikat realitas terdiri dari empat unsur, yaitu: udara, api, air, dan tanah.
Spiritualisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa realitas terdalam adalah ruh (Pneuma, Nous, Reason, Logos), yaitu ruh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Democritus (460-370 SM) percaya bahwa alam semesta terdiri dari atom-atom kecil yang memiliki bentuk dan benda. Aliran ini juga menjelaskan semua peristiwa berdasarkan sebab-sebab efisien dan bukan sebab-sebab akhir.
Pandangan mekanistik dalam kosmologi pertama kali dikemukakan oleh Leucippus dan Democritus yang percaya bahwa alam dapat dijelaskan berdasarkan pergerakan atom di ruang angkasa. Descartes berpendapat bahwa hakikat materi adalah perluasan, dan semua fenomena fisik dapat dijelaskan dengan aturan mekanis. Pandangan mekanistik dalam biologi menyatakan bahwa organisme secara keseluruhan dapat dijelaskan berdasarkan prinsip mekanis.
Rasionalisme didasarkan pada metode deduksi, yaitu suatu cara untuk memperoleh kepastian dengan memulai langkah-langkah metodologis dari kasus-kasus umum untuk memperoleh kesimpulan yang khusus. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari penataan dan pengorganisasian berbagai kesan. David Hume termasuk dalam empirisme radikal, yang mengatakan bahwa gagasan dapat ditelusuri kembali ke sensasi (rangsangan sensorik).
Pengalaman adalah ukuran utama dari realitas. William James menyatakan bahwa pernyataan fakta merupakan hal yang umum di antara objek seperti halnya pengalaman tertentu yang diperoleh langsung dengan indra. John Dewey menyatakan bahwa tidak perlu mempertanyakan kebenaran pengetahuan, melainkan sejauh mana kita bisa memecahkan permasalahan yang muncul di masyarakat. Arus dalam persoalan nilai (etika). 1) Idealisme etis adalah aliran yang meyakini hal-hal berikut.
Mengutamakan hal-hal yang bersifat spiritual (spiritual) atau mental daripada hal-hal yang bersifat indrawi atau materi. Pendukung aliran ini adalah kaum Cyrenaics (400 SM) yang menyatakan bahwa kehidupan yang baik meningkatkan kesenangan melalui kenikmatan indera dan kecerdasan.