• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa - Repository UMA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Mujiman (2005) berpendapat bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi untuk mengatasi suatu permasalahan, dibangun dengan pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki, baik dalam penentuan waktu belajar, tempat belajar, ritme belajar, kecepatan belajar, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Sedangkan kemandirian belajar menurut Miarso (2004) adalah program pembelajaran yang diselenggarakan sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dapat memilih atau menentukan sendiri materi belajar dan kemajuannya. Belajar mandiri diartikan sebagai kegiatan belajar yang lebih didorong oleh kemauan, pilihan dan tanggung jawab peserta didik sendiri.

Konsep belajar mandiri berpijak pada prinsip bahwa individu yang belajar akan mencapai hasil belajar. Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi: (1) cenderung lebih baik belajar jika dibimbing sendiri dibandingkan dengan bimbingan program; (2) mampu memantau, mengevaluasi, dan mengelola proses pembelajarannya secara efektif; (3) menghemat waktu menyelesaikan tugas dan; (4) mengelola waktu belajar dan waktu secara efektif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kemandirian belajar merupakan prasyarat dalam kegiatan belajar dimana setiap individu dapat berinisiatif, tidak bergantung pada orang lain, mempunyai kemauan dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan belajarnya sendiri.

Kemandirian belajar akan terwujud jika siswa secara aktif mengontrol segala sesuatu yang dilakukannya, mengevaluasi kemudian merencanakan sesuatu lebih dalam terhadap pembelajaran yang ia lalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Maisaroh (2013), pada penelitian di SD Negeri Panembahan Yogyakarta, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar adalah. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar tidak dapat tercipta tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti perhatian dari orang tua, rasa percaya diri, motivasi, komunikasi antara guru dan siswa, faktor internal dan faktor lainnya. yang mempengaruhi orang lain.

Dari aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang mempunyai kemandirian belajar apabila ia mempunyai rasa percaya diri, motivasi, inisiatif, tanggung jawab dan kreativitas. Banyak literatur yang mengungkap manfaat belajar mandiri (Abdulla, 2011) dan mengutip berbagai ahli yang menjelaskan manfaat belajar mandiri. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kemandirian belajar siswa terjadi secara bertahap, dan setiap tahap perkembangannya berbeda-beda.

Kepercayaan Diri

Rasa percaya diri merupakan pengalaman salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai keinginannya, bahagia, optimis, cukup toleran dan bertanggung jawab. Karena asumsi seperti ini, individu tidak pernah menjadi orang yang memiliki rasa percaya diri yang sejati. Menurut Sasmit, rasa percaya diri adalah keyakinan yang teguh dalam hati dan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, bahwa diri mampu melakukan sesuatu dan juga mampu mengatasi segala rintangan yang menghadang.

Centi (1993) menyatakan bahwa harga diri adalah pandangan seseorang terhadap harga diri dan kewajarannya sebagai pribadi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa rasa percaya diri adalah seseorang yang memiliki kualitas unik pada dirinya (Martha, 1997). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah suatu keyakinan yang teguh dalam hati individu, disertai dengan sikap percaya dan yakin terhadap kemampuan diri sendiri, sehingga mampu melakukan sesuatu yang diinginkan, direncanakan, mengharapkan. serta mampu mengatasi segala hambatan yang menghambat serta mempunyai inisiatif, sikap kreatif, dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri, berpikir positif, mempunyai integritas diri, wawasan pengetahuan, keberanian, wawasan yang luas dan rasa percaya diri. . -menghormati.

Sikap orang tua tidak hanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap hubungan dalam keluarga, namun juga terhadap sikap dan perilaku anak dalam hal mengembangkan rasa percaya diri pada lingkungannya. Orang yang puas dengan kondisi dan penampilan fisiknya umumnya memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Rasa percaya diri perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki karena perempuan mempunyai sumber kekuatan yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

Akibatnya, anak perempuan seringkali merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri ketika diminta berperan sebagai laki-laki. Orang yang berprestasi tinggi atau orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi cenderung mempunyai rasa percaya diri yang tinggi karena yakin akan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri tidak dapat tercipta tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Lauster (dalam Siska, dkk. 2003) ciri-ciri orang yang percaya diri adalah sebagai berikut: mandiri, tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri percaya diri antara lain: mandiri, tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, optimis, tidak malu-malu, percaya diri pada pendapat sendiri, tidak berlebihan, penyayang dan pengertian terhadap diri sendiri, memiliki kejelasan. sasaran. dalam menentukan pilihan, berpikir positif, kemampuan berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosial, batasan perilaku, dan pengendalian diri yang baik serta memiliki internal locus of control. Kebiasaan selalu menghindari dan melimpahkan tugas pada orang lain merupakan sikap yang tidak sehat untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat.

Salah satu ciri orang yang berkepribadian baik dan penuh percaya diri adalah ia melakukan segala hal terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa terlalu bergantung pada orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek kepercayaan diri meliputi; percaya diri terhadap kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis serta dapat membangkitkan kemauan yang kuat, membiasakan diri berani dan selalu mandiri.

Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Kepercayaan Diri

Kebiasaan buruk yang banyak dimiliki remaja adalah selalu menghindari situasi tertentu, misalnya tampil di depan kelas. Remaja hendaknya menjadikan situasi tersebut sebagai saran untuk berlatih dengan membangkitkan keberaniannya. Menurut Rogers (dalam Koeswara, 1991), orang yang mandiri mempunyai rasa percaya diri yang cukup untuk menghadapi permasalahan tanpa bantuan orang lain.

Menurut Iswidharmajaya (2004), orang yang percaya diri adalah orang yang mandiri, yaitu berdiri sendiri tanpa bergantung sepenuhnya pada orang lain. Kemandirian pada diri orang yang percaya diri terbentuk karena ia yakin akan kemampuannya serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Dimana orang yang mandiri mempunyai ciri-ciri seperti percaya diri, mampu bekerja sendiri, memiliki keahlian dan keterampilan, menghargai waktu, tanggung jawab, berkembangnya pemikiran positif, menatap masa depan dengan optimis.

Sehingga siswa mempunyai kesadaran, kemauan dan motivasi dalam dirinya untuk bertindak dan berpikir kreatif dan inisiatif, percaya diri, tanggung jawab dan tidak hanya mendapat tekanan dari guru atau pihak lain. Dengan adanya sikap mandiri pada diri siswa maka tujuan pembelajaran akan berhasil tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena kemandirian dalam belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap hasil belajar yang dicapai siswa, maka siswa yang belajar secara mandiri akan mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang mandiri. dalam belajar, karena kemandirian merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Maisaroh (2013) dalam penelitian di SD Negeri Panembahan Yogyakarta, faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar salah satunya adalah rasa percaya diri siswa.

Kepercayaan diri memastikan bahwa orang memiliki pandangan hidup yang optimis; setiap permasalahan dan permasalahan yang timbul dihadapi dengan hati gembira sehingga analisis permasalahan dapat dilakukan secara mandiri (Daradjat, 1992). Bandura mengartikan kepercayaan diri sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan dan diinginkan. Kemandirian dalam belajar sendiri merupakan salah satu aspek kepribadian yang harus dimiliki setiap individu karena kemandirian dapat mempengaruhi kinerja, membantu mencapai tujuan, prestasi dan keberhasilan, meningkatkan rasa percaya diri dan memenangkan penghargaan.

Kerangka Konseptual

Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang

Seseorang dengan self-efficacy tinggi percaya bahwa mereka lebih dapat sukses pada sebagian besar atau keseluruhan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya..

Ketika hasil suatu tugas individu sulit untuk ditentukan hal lain yang menjadi suatu pertimbangan dapat berasal dari perilaku pegawai terhadap tanggung jawab yang

01 Paragraf 09, sebagai dasar dari penerapan Tanggung Jawab Sosial atau yang lebih dikenal dengan CSR, mewajibkan untuk melaksanakan kegiatan CSR bagi perusahaan dan didalam PSAK

Bowen menegaskan bahwa tujuan terapi keluarga adalah membantu konseli (anggota keluarga) untuk mencapai individualis, membuat dirinya menjadi hal yang berbeda dari

Dengan kata lain, eksplorasi merupakan bagaimana individu mencari informasi lebih jauh tentang siapa dirinya dan mencoba berbagai hal untuk mencari indentitas yang benar-benar

yaitu suami harus mempunyai otoritas yang lebih besar daripada istri. Pembagian yang sangat jelas dibuat untuk membedakan tanggung jawab istri maupun suami. Suami

Organisasi struktur rincian kerja atau work breakdown structure bisa menjadi alternatif pilihan apabila tugas dan tanggung jawab personal dalam struktur organisasi yang