• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

1. Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000).

Menurut Gibson, (1990) menyatakan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi

Menurut Soekirman, (2000) dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional, faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak ada penyebab langsung dan tidak langsung, yaitu :

a. Penyebab langsung yaitu makanan yang dimakan langsung oleh anak dan penyakit infeksi yang diderita anak. Anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan kesehatan lingkungan.

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga dan makin baik pola pengasuhan anak. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan

(2)

2

pangan, harga pangan dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

3. Penilaian Status Gizi

Secara umum penilaian status gizi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

penilaian status gizi secara langsung dan status gizi tidak langsung.

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

Biokimia, biofisik, klinis dan antropometri.

1) Penilaian Status Gizi Secara Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukkan kekurangan gizi yang spesifik.

2) Penilaian Status Gizi Secara Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Metode ini digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys).Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

(3)

8

atau lebih zat gizi.Disamping itu pula digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Penilaian Status Gizi Secara Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Metode ini digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

4) Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthopos (tubuh) dan metros (ukuran).Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, komposisi tubuh, tingkat umur dan tingkat gizi (Kusharto dan Supariasa, 2014).

Parameter dan indeksi antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak umur 5 – 18 tahun. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U).Indeks Massa Tubuh adalah angka yang berhubungan dengan berat badan menurut tinggi badan.

Rumus cara mencari IMT/U = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔) Tinggi Badan (m)2

Rumus cara mencari Z-Score = NIS−NMBR

NSBR

(4)

9 Keterangan :

NIS : Nilai Individual Subjek NMBR : Nilai Median Baku Rujukan NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 1

Kategori Status Gizi dengan Indeks IMT/U

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score) Indeks Massa

Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 5-18

tahun

Gizi buruk <-3 SD

Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD Gizi baik -2 SD sampai dengan +1SD Gizi lebih +1 SD sampai dengan +2 SD Obesitas >2 SD

Sumber : Keputusan Menteri RI No.2 tahun 2020

B. Tingkat Pengetahuan Ibu 1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagiannya). Waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

(5)

10

Pengetahuan gizi untuk pertumbuhan anak sangat penting untuk dimiliki karena:

a. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

b. Setiap orang hanya akan cukup gizi bila makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan secara optimal, pemeliharaan, dan energi c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

menggunakan pangannya dengan baik bagi kesejahteraan gizi 2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2012) yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan

(6)

11

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannyan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:

a. Faktor pendidikan

Tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan dengan pengetahuan.

Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang

(7)

12

tua, guru, dan media masa.Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

b. Faktor pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

c. Faktor pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

d. Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun- temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan keyakin negatif dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Sosial budaya

Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

4. Metode Pengukuran Pengetahuan

Penilaian tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari isi subjek penelitian atau responden. Nilai pengetahuan dalam penelitian ini akan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut (Arikunto, 2013).

(8)

13

Presentase =Jumlah nilai yang benar

jumlah soa × 100

Menurut Arikunto (2013) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

b. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

c. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.

5. Zat Gizi untuk Anak

Gizi adalah Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2006).

Zat gizi merupakan merupakan senyawa mutlak dari bahan-bahan makanan yan perlun oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan, serta pemeliharaan dan pengaturan tubuh. Jika asupan zat gizi yang diperoleh tubuh dari konsumsi kurang memenuhi kebutuhan minimal, maka tubuh dalam waktu yang relatif lama akan terjadi gangguan fungsi organ dan keseimbangan sistem biologis tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh adalah sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

(9)

14

Unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh anak digolongkan menjadi 3 yaitu:

a. Sumber Zat Tenaga, yaitu Karbohidrat, Lemak, Protein

1. Karbohidrat adalah sumber makanan untuk membuat energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Makanan yang mengandung karboihidrat banyak terdapat pada padi-padian (beras, jagung, gandum, roti, mie), dan umbi-umbian (singkong, kentang, ketela rambat).

2. Lemak adalah sumber energi yang melindungi tubuh, dapat menggantikan karbohidrat, dan mendukung fungsi tubuh. Makanan yang mengandung lemak adalah daging sapi, susu, mentega, ayam, keju, dan lemak nabati yang berasal dari minyak kelapa, kacang-kacangan.

3. Protein adalah zat pembangun tubuh makhluk hidup, hormon dan juga enzim.

Makanan yang banyak mengandung protein dari hewani (daging, ikan, susu telur, udang, hati) dan protein nabati( tempe, tahu, kacang tanah).

b. Sumber Zat Pembangun, yaitu Protein, mineral, air

1. Mineral diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit tetapi harus selalu ada dalam susunan makanan. Fungsinya sebagai zat pembangun dalam pembentukan jaringan tubuh dan zat pengatur yang berperan dalam proses pembekuan darah. Mineral didapat dari garam dapur, kecap, susu, kuning telur, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran hijau.

2. Air merupakan bagian utama tubuh. Makanan yang kaya dengan air dapat membantu memenuhi kebutuhan air harian dan menghindarkan tubuh dari dehidrasi. Makanan yang kaya akan air adalah semangka, blewah, persik, jeruk, mentimun, anggur, air kelapa, susu krim, apel, kubis dan nanas

(10)

15 c. Sumber Zat Pengatur, yaitu Vitamin, mineral

1. Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin bisa didapatkan dari susu, susu kedelai, jamur, kentang, brokoli, bayam, wortel, ubi, biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan.

6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Pola Makan Pengetahuan ibu tentang gizi secara tidak langsung akan menentukan pola makan anak. Hal ini dikarenakan ibu yang menjadi penanggung jawab dalam keluarga tentang pemberian makan keluarga. Jadi semakin baik pengetahuan ibu, maka pemberian makan akan semakin baik.

Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat mempengaruhi keadaan gizi anak, karena ibu adalah seorang yang paling besar keterikatannya terhadap anak.

Kebersamaan ibu dengan anaknya lebih besar dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain sehingga lebih mengerti segala kebutuhan yang dibutuhkan anak.

Pengetahuan yang dimiliki ibu menjadi kunci utama untuk pola makan anak agar kebutuhan gizi balita terpenuhi. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang baik dapat menumbuhkan perilaku baru yang baik pula. Pengetahuan bisa didapat dari informasi berbagai media seperti TV, radio atau surat kabar seperti halnya dalam penelitian ini. Ibu mendapatkan informasi tentang kebutuhan gizi anak dari penyuluhan yang diberikan puskesmas setiap pelaksanaan program posyandu .Informasi ini meningkatkan pengetahuan yang diiringi dengan perilaku baru dalam pemberian makanan bergizi bagi balita sehingga status gizi pun menjadi baik.

Pendapat ini didukung oleh teori menurut Simanulang (2010) bahwa informasi juga akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang

(11)

16

memiliki penddikan rendah tetapi jika ia mendapatkan info yang baik dari berbagai media seperti TV, radio atau surat kabar makalah itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

C. Pola Makan

1. Definisi Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan gambaran informasi meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Kemenkes RI, 2009).

Menurut Sulistyoningsih, (2011) menyatakan bahwa pola makan adalah karakteristik dari kegiatan yang berulang kali makan individu atau setiap orang dalam memenuhi kebutuhan makanan.

Secara umum ada 3 komponen pola makan diantaranya yaitu (Sulistyioningsih, 2011):

a. Jenis makan, yaitu sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.

b. Frekuensi makan, yaitu beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan.

c. Jumlah makan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap orang atau setiap individu dalam kelompok.

2. Pola Makan Anak usia 4-6 tahun

Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (1994: 19) menyatakan bahwa pada usia 4-6 tahun anak bersifat konsumen aktif, yaitu mereka telah dapat memilih makanan yang disukai. Kepada mereka telah dapat diberikan pendidikan gizi baik di rumah

(12)

17

maupun di sekolah. Kebiasaan yang baik sudah harus ditanamkan. Untuk umur 4-6 tahun, ibu harus dapat membiasakan anak dengan makanan yang mampu memenuhi kebutuhan gizi mereka, sehingga anak akan terbiasa dan menyukai makanan bergizi.

Apabila tidak suka, ibu harus kreatif mengolah bahan makanan menjadi sebuah makanan yang menarik bagi anaknya. Dalam pola makanan anak terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah menu makanan, jenis bahan makanan, porsi makan/jumlah bahan, serta frekuensi dan waktu makan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Menurut Sulistyoningsih, (2011) menyatakan bahwa pola makan yang terbentuk gambarannya sama dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan seseorang adalah faktor ekonomi, faktor sosial budaya, faktor agama, faktor pendidikan, dan faktor lingkungan.

a. Faktor ekonomi

Faktor Ekonomi mencangkup dalam peningkatan peluang untuk daya beli pangan dengan kualitas dan kuantitas dalam pendapatan menurun dan meningkatnya daya beli pangan secara kualitas maupun kuantitas masyarakat. Pendapatan yang tinggi dapat mencangkup kurangnya daya beli dengan kurangnya pola makan masyarakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan yang lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor.

b. Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya merupakan faktor yang memepengaruhi dari budaya, pantangan mengkomsumsi jenis makanan dapat di pengaruhi oleh faktor sosial budaya dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi kebiasaan atau adat daerah. Kebudayaan di suatu masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri.

(13)

18 c. Faktor agama.

Faktor agama pola makan mempunyai suatu cara dan bentuk makan dengan baik dan benar. Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan seperti bagaimana cara makan, bagaimana pengolahannya, bagaimana Persipan makanan, dan bagaimana penyajian makannya.

d. Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan pola makan adalah salah satu pengetahuan yang di pelajari dan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang akan di makan dan pengetahuan tentang gizi.

e. Faktor lingkungan

Dalam faktor lingkungan pola makan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku makan, dalam lingkungan keluarga melalui adanya promosi, media elektronik, dan media cetak.

4. Metode Pengukuran

Menurut Gibson, (2005) metode frekuensi makanan (food frequency) adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Terdapat dua jenis FFQ :

a. Kualitatif FFQ memuat tentang, daftar makanan yang spesifik pada kelompok makanan tertentu atau makanan yang dikonsumsi secara periodik pada musim tertentu. Frekuensi konsumsi makanan yang dinyatakan dalam harian, mingguan,bulanan, atau tahunan.

b. Semi kuantitatif FFQ , adalah kualitatif FFQ dengan tambahan perkiraan porsi seperti ukuran: kecil, medium, besar dan sebagainya. Kuesioner semi kuantitatif FFQ ini harus memuat bahan makanan sumber zat gizi yang lebih utama.

(14)

19

Metode SQ – FFQ dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Responden diwawancarai mengenai jenis makanan yang dikonsumsi, apakah dalam harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

b. Responden diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga dan porsinya. Untuk memudahkan responden menjawab, pewawancara menggunakan alat bantu foto ukuran bahan makanan atau food model.

c. Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi responden ke dalam ukuran berat (gram).

d. Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan untuk perhari (Kusharto dan Supariasa, 2014).

5. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi

Pola makan yang baik maka status gizi anak akan menjadi baik. Status gizi yang baik dari anak diperoleh apabila kebutuhan gizinya mampu dipenuhi secara optimal, dan itu didapat dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya.

Berdasarkan penelitian Sambo, dkk., (2020) menyatakan bahwa anak yang pola makannya kurang karena orang tua tidak mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam setiap makanan yang diberikan kepada anaknya. Hal ini terlihat pada saat makan siang disekolah tampak bekal yang dibawa oleh anak seperti nasi dengan mie goreng.

Menurut Damaiyanti, (2016) dalam Nasution dkk., (2016) menyatakan bahwa pola makan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan status gizi sehingga dengan mengkonsumsi makanan yang rendah gizi mengakibatkan kondisi atau keadaan gizi kurang.

Referensi

Dokumen terkait

menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. b) Pengetahuan gizi : Kepandaian memilih makanan yang

a. Meja I : Meja pendaftaran + penyuluhan kelompok: 1) Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyusui, 2) Setiap pengunjung yang datang ke Posyandu didaftarkan oleh kader sendiri, 3)

1) Merangsang keluarga mengenal, menerima, masalah, dan kebutuhan mereka, melalui memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan, membantu keluarga melihat situasi dan

Jika tingkat pendidikan ibu rendah maka sulit untuk mendapatkan informasi tentang pemenuhan asupan gizi ibu selama kehamilan, asupan gizi yang kurang sangat berpengaruh terhadap

Penelitian Candra dan Suharto (2011) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan di Puskesmas

Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.. Pengaruh Penyegaran Kader

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah pada ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga, dan

Hasil penelitian sejenis 1 Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan Gizi Dan Sikap Ibu,Pola Makan Serta Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Balita Stunting Penelitian ini dilakukan oleh