• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menajemen Konflik

N/A
N/A
muhammad reza kaosar

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menajemen Konflik "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menajemen Konflik

1. Defenisi Menajemen Konflik

Pendapat orang mengenai konflik akan berpengaruh pada gaya menajemen konflik seseorang ketika berhadapan dengan konflik. Apabila seseorang menduduki jabatan sebagai pemimpin, maka hal tersebut akan berpengaruh pada gaya kepemimpinan serta gaya menajemennya. Oleh sebab itu sebelum membahas mengenai menajemen konflik maka peneliti akan memberi sedikit pmbahasan mengenai konflik.

Robbins (2006), menyatakan konflik sebagai proses yang bermula ketika satu pihak merasa bahwa adanya pengaruh negatif dari pihak lain, yang menjadi kepedulian pihak pertama. Stone dan Wankel (dalam Masmuh, 2010), memberi defenisi mengenai konflik adalah suatu kesalahpahaman antara dua orang atau lebih dari anggota organisasi, yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal aktivitas pekerjaan, dan atau karena fakta bahwa mereka memiliki status, tujuan, atau persepsi yang berbeda.

Smith, dkk (1981), memberi gambaran konflik dari sumber terjadinya adalah, (1) masalah komunikasi, yang bisa terjadi pada masing-masing ataupun gabungan dari beberapa unsur komunikasi yakni sumber komunikasi, pesan, dan saluran; (2) struktur organisasi, yang secara potensial bisa memunculkan konflik. tiap departemen dalam organisasi memiliki tujuan, kepentingan serta progam sendiri yang seringkali berbeda dengan yang lainnya; (3) faktor manusia, kepribadian antara satu dan lainnya memiliki perbedaan. Hal tersebut yang berpotensi memunculkan konflik.

Veithzal Rivai Zainal (2014), menyatakan bahwa secara umum konflik terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kepentingan, adalah sesuatu yang memotivasi orang untuk melakukan ataupun tidak melakukan sesuatu. Motivasi tidak hanya dari bagian keinginan pribadi melainkan juga dari peran dan statusnya; (2) emosi, yang sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia seperti marah, kebencian, takut, serta penolakan; (3) nilai, merupakan komponen dari konflik yang paling susah dipecahka karena nilai merupakan hal yang tidak bisa dinyatakan secara

(2)

nyata. Nilai berada pada akar pemikiran mengenai benar atau salah, baik atau buruk yang memberi arahan dan memelihara perilaku manusia.

Dafidoff (1991) menjelaskan bahwa menajemen konflik merupakan kecenderungan pilihan sikap ketika menghadapi, mengenali, mengidentifikasi, serta menempatkan kondisi-kondisi yang dilakukan sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan di lingkukan tempat ia hidup.

Robbins (2003) menjelaskan menajemen konflik sebagai proses pengkoordinasian dengan menggunakan teknik-teknik resolusi serta stimulasi untuk meraih tingkatan konflik yang diinginkan sehingga diperoleh solusi yang tepat mengenai konflik tersebut.

Moore (2004) memberi penjelasan menjamen konflik atau yang biasa dikenal dengan mengelola konflik merupakan kecenderungan seseorang dalam mengelola pertentangan dalam wujud sikap dan perilaku. Sebab masalah yang muncul dari pertentangan merupakan sesuatu yang menghambat atau mempersulit seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa defenisi yang disampaikan diatas, maka menajemen konflik bisa disimpulkan sebagai suatu proses pengkoordinasian yang digunakan oleh seorang individu dalam mengelola sebuat konflik atau pertentangan dalam wujud sikap serta perilaku.

2. Aspek-Aspek Menajemen Konflik

Robbins (2002) mengemukakan pendapat mengenai beberapa aspek dari gaya menajemen konflik yang sering dilakukan oleh seseorang, antara lain sebagai berikut:

a. Competing atau kompetisi, yakni gaya yang berorientasi pada kekuasaan, dimana seseorang akan memanfaatkan kekuasaan yang ia punya untuk memenangkan konflik dengan lawannya.

b. Kolaborasi atau pemecahan masalah, yakni gaya yang mencari solusi integratif jika kepentingan kedua belah pihak terlalu penting untuk dikompromikan. Gaya ini cenderung lebih sering menciptakan situasi yang memungkinkan agar tujuan dapat tercapai. Mecari solusi agar dapat diterima oleh semua pihak, sehingga

(3)

tujuan pribadi juga bisa tercapai sekaligus hubungan dengan orang lain pun bisa menjadi lebih baik.

c. Penghindaran, yakni gaya yang cenderung memberi padangan terhadap konflik sebagai sesuatu yang tidak produktif dan sedikit menghukum. Aspek negatif dari gaya ini adalah membebani masalah pada orang lain dan mengesampingkan masalah atau bahaa lainnya adalah menarik diri ataupun bersembunyi sebagai bentuk penghindaran terhadap konflik.

d. Akomodasi atau penolong arah, yakni gaya yang sangat mengutamakan hubungan dan cenderung kurang dalam mementingkan kepentingan pribadi. Orang yang menggunakan gaya ini cenderung kurang tegas dan cukup kooperatif, sering mengabaikan kepentingan sendiri demi kepentingan orang lain.

e. Kompromi atau pendamai penyiasat, yakni gaya yang lebih berorientasi pada jalan tengah karena tiap individu mempunyai sesuatu untuk ditawarka serta sesuatu untuk ditawarkan. Nilai pada gaya ini terlalu namun juga tidak terlalu tinggi.

Sementara itu, Rahim (2010) menjabarkan aspek-aspek dari menajemen konflik sebagai berikut:

a. Dominating atau dominasi (kompetisi), individu yang menggunakan gaya ini hanya mementingkan tujuan pribadi tanpa memikirkan kebutuhan lawannya.

b. Integrating atau integrasi (kolaborasi), pihak yang terlibat dalam konflik berusaha untuk menciptakan penyelesaian konflik secara maksimal dengan memenuhi tujuan diri sendiri serta tujuan lawannya, atau dalam kata lain disebut imbang antara kepentingan pribadi dan kepentingan lawan.

c. Compromising atau kompromi, yakni berada antara dua persimpangan yang dimana gaya ini berusaha untuk memenuhi sebagian tujuannya dan tujuan lawan tanpa berupaya secara maksimal.

d. Avoiding atau menghindar, pihak yang terlibat dalam konflik menolak untuk berdiskusi mengenai konflik yang sedang terjadi.

(4)

e. Obliging atau menurut, yakni pihak yang terlibat konflik mengkombinasikan perhatiannya pada lawannya dengan perhatian yang rendah akan dirinya sendiri.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Menajemen Konflik

Ketika dihadapkan dengan situasi konflik, individu berperilaku tertentu untuk menghadapi lawannya. Perilaku tersebut membentuk satu atau beberapa pola tertentu.

Pola perilaku individu dalam menghadapi situasi konflik disebut sebagai gaya menajemen konflik. Menajemen konflik yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik dipengaruhi oleh sejumlah faktor (Wirawan, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menajemen konflik adalah sebagai berikut:

a. Asumsi mengenai konflik

Asumsi seseorang mengenai konflik akan berpengaruh pada pola perilakunya dalam menghadapi situasi konflik. Sebab jika seseorang telah memiliki asumsi pandangan tentang konflik maka ia juga akan berfikir bagaimana caranya agar ia dapat menyelesaikan konflik tersebut.

b. Persepsi tentang penyebab konflik

Persepsi seseorang akan penyebab konfik bisa mempengaruhi gaya menajemen konfliknya. Seseorang yang menganggap penyebab konflik menentukan kehidupan atau harga dirinya akan berusaha untuk memenangkan konflik. Namun sebaliknya, jika orang menganggap penyebab konflik tidak penting bagi kehidupan serta harga dirinya, maka ia akan memakai pola perilaku yang menghindar ketika menghadapi konflik.

c. Ekspetasi atas reaksi lawan konflikya

(5)

Seseorang menyadari bahwa ia menghadapi konflik akan menyusun strategi untuk menghadapi lawannya. Karena dengan strategi merupakan sebuah unsur yang penting dalam menajemen konflik, pada intinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni konflik yang dihadapi dapat terselesaikan.

d. Pola komunikasi dalam interaksi konflik

Konflik adalah proses interaksi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat konflik. jika proses komunikasi bisa berjalan baik, kedua pihak yang terlibat kan saling mengerti dan diterima secara persuasif, tanpa gangguan.

Dengan menggunakan komunikasi interpesonal yang diangggap efektif, maka dapat memahami pesan yang disampaikan dengan baik, serta merespon sesuai dengan yang diinginkan.

e. Kekuasaan yang dimiliki

Konflik merupakan permainan kekuasaan antara dua pihak yang terlibat kedalam konflik. jika pihak yang terlibat konflik merasa mempunyai kekuasaan lebih besar dari lawannya, kemungkinan besar ia tidak akan mengalah ketika berinteraksi.

f. Pengalaman menghadapi situasi konflik

Proses interaksi serta gaya menaejemen konflik yang digunakan oleh pihak yang terlibat konflik juga dipengaruhi oleh pengalaman ketika menghadapi konflik dan menggunakan gaya menajemen konflik tertentu.

g. Sumber yang dimiliki

Gaya menajemen konflik yang biasa digunakan oleh pihak yang terlibat kedalam konflik juga dipengaruhi oleh sumber-sumber yang dimilikinya. Sumber- sumber tersebut berupa kekuasaan, pengetahuan, pengalaman, dan uang.

h. Jenis kelamin

(6)

Beberapa penelitan menunjukkan bahwa jenis kelamin dari pihak yang terlibat konflik juga berpengaruh terhadap gaya menajemen konflik yang digunakannya.

i. Kecerdasan emosional

Banyak penelitian yang berkesimpulan bahwa dalam menajemen konflik dibutuhkan kecerdasan emosional, sebab kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam mengatasi serta mengontrol emosi ketika menghadapi konflik, menggunakan dan memanfaatkan emosi dengan baik untuk membantu pikiran.

j. Kepribadian

Kepribadian seorang individu berpengaruh pada gaya menajemen konflik.

seseorang yang memiliki kepribadain pemberani, garang, tidak sabaran, serta berambisi untuk menang cenderung mempunyai gaya kepemimpinan yang berkompetisi. Sedangkan orang yang cenderung penakut dan pasif seringkali lebih memilih untuk menghindari konflik.

k. Budaya organisasi sistem sosial

Budaya organisasi sistem sosial (organisasi tentara, tim olahraga, pondok pesantren, dan biara) dengan norma yang berbeda menyebabkan anggotanya memiliki kecenderungan untuk memilih gaya menajemen konflik yang berbeda- beda. Pada masyarakat barat, semenjak kecil anak sudah diajarkan untuk berkompetisi. Dilain sisi, pada masyarakat indonesia anak diajarkan untuk berkompromi atau menghindari konflik.

l. Prosedur yang mengatur pengambikan keputusan ketika terjadi konflik

(7)

Organisasi birokratis atau organisasi yang sudah mapan pada umumnya memiliki prosedur untuk menyelesaikan konflik. Pada prosedur tersebut, gaya menajemen konflik pimpinan serta anggota organisasi akan tercermin.

m. Situasi konflik dan posisi dalam konflik

Seseorang dengan kecenderungan gaya menajemen konflik berkompetisi akan mengubah gaya menjamen konfliknya jika berhadapan dengan situasi konflik yang tidak mungkin bisa dimenangkan. Oleh sebab itu, situasi konflik sangat berpengaruh pada gaya menajemen konflik tersebut agar situasi konflik itu bisa dimenangkan.

n. Pengalaman menggunakan salah satu gaya menajemen konflik

Jika A terlibat konflik dengan B, C, dan D serta bisa dimenangkan konflik dengan menggunakan gaya menajemen konflik kompetisi, ia memiliki kecenderungan untuk menggunakan gaya tersebut apabila terlibat konflik dengan orang yang sama ataupun dengan orang lain.

o. Keterampilan berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi seseorang akan berpengaruh ketika memilih gaya menajemen konflik. seseorang yang kemampuan komunikasinya rendah cenderung mengalami kesulitan apabila menggunakan gata menajemen konflik kompetisi, kolaborasi, maupun kompromi. Beberapa gaya menajemen konflik tersebut memerlukan kemampuan berkomunikasi untuk berdebat dengan lawan konflik.

Sementara itu menurut Boardman & Horowitz (2001), karakteristik kepribadian berpengaruh terhadap gaya menajemen konflik individu. Beberapa fator yang mempengaruhi diantaranya:

a. Komunikasi interpersonal

(8)

Dengan komunikasi interpersonal yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara langsung termasuk yang terjadi antara anak perempuan remaja dan orangtua akan membantu seseorang dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya, melalui kata isyarat, ekspresi, suara, dan juga tindakan yang muncul ketika berlangsungnya komunikasi, dan mengandung maksud tujuan yang jelas.

b. Kecenderungan agresif

Sebuah tindakan cara agar mencapai tujan tertentu, guna mengembangkan kemampuan dalam menggunakan gaya menajemen konflik yang sesuai dengan situasi konflik yang sedang dihadapi untuk meminimalisir kecenderungan perilaku agresifnya.

c. Kebutuhan untuk mengontrol dan menguasai

Mampu mengontrol dan menguasai konflik yang terjadi sangatdiperlukan agar tidak terjadi perilaku tindakan yang tidak diinginkan.

d. Orientasi kooperatif atau kompetetif

Memiliki keinginan untuk memenuhi keinginan dalam mencapai kepuasan pada pihak yang berkepentingan dengan berkompetisi.

e. Kemampuan berempati

Seseorang yang memiliki kemampuan dalam memahami perasaan orang lain serta bertindak sesuai untuk membantu dalam menajemen konflik.

f. Kemampuan alternatif memanejemen konflik

Dalam menajemen konflik seseorang diharuskan untuk memiliki beberapa alternatif dalam menajemen konflik. bila dengan satu alternatif tidak bisa terselesaikan, maka bisa digunakan alternatif lain untuk menyelesaikan konflik.

Referensi

Dokumen terkait

Studi perdamaian dalam penelitian ini disempurnakan menggunakan teori perdamaian Johan Galtung sebagai lampu obor untuk membantu menganalisis fonomena perdamaian dan konflik

“Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain terkadang memiliki konflik

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa word of mouth adalah orang yang berbicara satu sama lain tentang pengalaman menggunakan suatu produk maupun

Pengambilan napas dalam renang gaya bebas dilakukan pada saat salah satu tangan berada di belakang atau sejajar dengan badan dan disaat itu bersamaan tolehkan kepala ke arah

Konflik kerja keluarga pada karyawan dapat terjadi karena beberapa hal yaitu tuntutan waktu di satu peran yang bercampur aduk dengan keikutsertaan peran lainnya, stres yang

Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk.. DFM menggunakan informasi

Pada sebuah konflik, tujuan pihak yang terlibat konflik biasanya.. memiliki peranan yang sangat penting bagi mereka, sehingga jika

Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang menggunakan dasar interaksi energy dan materi.Spektrofotometri dapat dipakai untuk menentukan