• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Smart Library UMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Smart Library UMRI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pewarna Azo (Blue P3B)

Azo dyes atau Pewarna Azo adalah salah satu dari jenis pewarna utama yang digunakan pada industri kertas dan tekstil. Sebagian pewarna azo terdegradasi bila digunakan dan melepaskan bahan-bahan kimia yang dikenal sebagai aromatic amina. Beberapa aromatic amina tersebut dapat menyebabkan kanker. Uni Eropa telah melarang penggunaan pewarna azo yang dapat melepaskan gugus amina penyebab kanker. Pada setiap tekstil yang berkontak langsung dengan kulit manusia (Pinheiro et al, 2004).

Zat warna tekstil umumnya dibuat dari senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus benzena. Diketahui bahwa gugus benzena sangat sulit didegradasi. Pewarna azo azo bila terlalu lama berada di lingkungan, akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogen dan mutagenik. Karena itu perlu dicari alternatif yang efektif untuk menguraikan limbah tersebut.

Pengolahan limbah pewarna pada tekstil dan kertas sulit dilakukan karena struktur aromatik pada zat warna yang sulit dibiodegradasi, khususnya zat warna reaktif karena terbentuknya ikatan kovalen yang kuat antara atom C dari zat warna dengan atom O, N atau S dari gugus hidroksi, amina atau thiol dari polimer (Maria, 2007).

Pewarna tersebut memiliki gugus kromofor azo sehingga disebut pewarna azo. Pewarna ini banyak digunakan dalam proses pencelupan bahan tekstil.

Pewarna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada limbah kertas dan tekstil, yaitu mencapai 60 % - 70 %. Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’ adalah rantai organik yang sama atau berbeda.

Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen dan karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal. Dengan demikian beberapa senyawa azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal (Maria, 2007).

(2)

6

Zat warna azo tergolong zat warna sistetis yang cukup penting. Zat warna yang berkromofor azo ini merupakan zat warna reaktif. Zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnya lebih kuat daripada ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan. Lingkungan zat warna azo sangat luas, dari warna kuning, merah, jingga, biru (Navy Blue), violet dan hitam. Jenis yang paling banyak digunakan saat ini adalah zat warna reaktif dan zat warna dispersi. Hal ini disebabkan produksi bahan tekstil dewasa ini merupakan serat sintetik seperti serat poliamida, poliester dan poliakrilat. Bahan tekstil sintetik ini terutama serat poliester, kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zat warna dispersi. (Irvan et al, 2004).

2.2. Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat. Serat yang digunakan biasanya adalah serat alami dan mengandung selulosa. Kertas merupakan bahan yang sering dipakai dan selalu berhubungan dengan manusia. Setidaknya sampai saat ini kertas masih dipercaya sebagai bahan yang paling efektif dan efisien sebagai media buku (Hadi, 2010).

Dalam proses produksi kertas secara besar-besaran (modern) terdapat dua macam pulp, yakni pulp mekanis dan pulp kimia. Keduanya sama-sama memakai bahan baku dari kayu (Muljaningsih, 2002).

Kertas yang dibuat dari serat selulosa dikenal paling kuat dan tidak mudah rusak saat diolah. Proses pengolahannya yaitu, kayu berbentuk batangan dipecah menjadi remah-remah kecil menggunakan mesin. Setelah itu dimasak pada suhu bertekanan tinggi bersama bahan kimia peluluh ikatan antar serat yang mempercepat terbentuknya pulp. Bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pembuatan pulp adalah causatik soda, sodium silfat dan jenis sulfit (amonium dan kalsium).

Proses pembuatan kertas secara umum hampir sama dengan pembuatan pulp sheet. kertas merupakan lembaran tipis dari pulp yang telah dicampur dengan bahan kimia penolong guna meningkatkan kekuatan mekanis kertas. Diantara bahan kimia tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(3)

7

Tabel 2.1. Daftar Bahan Kimia Pembuat Kertas (Yandry, 2010)

No Chemical Physical Fungsi

1 Fixing Agent Type : alum/PAC Bentuk: emulsion Warna : brown

Untuk membantu mengikat anionic trash didalam White Water.

Membantu kerja retention aid 2 Sodium

BiCarbonate

Type:NaHCO3 Bentuk:powder Warna : white

Untuk meningkatkan total alkalinity agar kerja AKD optimal

3 Anti Septic atau Biocide

Bentuk : emulsion Warna : brown

Untuk membunuh atau mengontrol pertumbuhan MB dalam system agar tidak terjadi slime, scale yang menyebabkan sheet breaks.

4 Felt Conditioning Bentuk : emulsion Warna : brown

Untuk menjaga agar felt dalam keadaan stabil porositynya

5 Fixing Agent Type : alum/PAC Bentuk : emulsion Warna : brown

Untuk membantu mengikat anionic trash didalam White Water.

Membantu kerja retention aid

6 Cleaner Type : foam

Bentuk: emulsion Warna : brown

Untuk membersihkan tangki, pipa yang dilalui bahan.

7 Surface Starch Type : tapioca Bentuk : powder Warna : white

Untuk melapisi permukaan kertas agar lebih halus, lebih rata dan tidak mudah terkelupas pada saat printing dan photocopy

8 SALT Type : NaCl

Bentuk : liquid

Untuk meningkatkan elitrostatic kertas agar ikatan ion tinta dgn permukaan kertas lebih bagus.

9 Dye Type : Variasi

Bentuk : Bubuk Warna : Variasi

Sebagai pewarna pada kertas Sebagai pemutih pada kertas Dll

(4)

8

Pada pembuatan kertas digunakan beberapa pewarna sebagai penunjang kualitas dan kuantitas dari kertas tersebut. Pewarna-pewarna yang di pakai antara lain, violet, metilen biru. Pewarna dapat berasal dari bahan organik ataupun nonorganik. Penggunaan pewarna dengan CaCl2 akan meningkatkan kekuatan pulp dalam menyerap pewarna. Penggunaan pewarna merupakan salah satu kontributor utama warna pada air limbah (Smook, 1994).

2.3. Biosolid Sebagai Lumpur Aktif 2.3.1. Lumpur aktif

Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang pertama kali dilakukan di Ingris pada awal abad 19. Sejak itu proses ini diadopsi seluruh dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara biologi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan (Yandry, 2010).

Keberhasilan pengolahan limbah secara biologi dalam batas tertentu diatur oleh kemampuan bakteri untuk membentuk flok, dengan demikian akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif adalah ekosistem yang komplek yang terdiri dari bakteri, protozoa, virus, dan organisme-organisme lain (Yandry, 2010).

Proses lumpur aktif adalah salah satu proses yang paling banyak dipakai untuk pengolahan air limbah secara biologis. Di dalam sistem ini bakteri disuspensikan untuk terus bergerak dan tidak mengendap melalui adukan, arus resirkulasi, atau gerakan lain yang ditimbulkan oleh aerator. Dengan demikian lumpur aktif merupakan bahan yang mengandung populasi bakteri aktif yang digunakan dalam pengolahan air limbah. Pada proses kontinyu, lumpur aktif yang terbawa bersama air limbah hasil pengolahan dipisahkan dalam tangki pengenap dan sebagian lumpur aktifnya disirkulasikan kembali ke tangki aerasi, sedangkan bagian lainnya diambil sebagai hasil pekatan. Beningan yang dihasilkan proses lumpur aktif relatif jernih dan memenuhi syarat untuk dibuang (Sarioglu, 2006).

(5)

9

Salah satu faktor penting untuk unjuk kerja proses lumpur aktif adalah pemampatan yang cepat. McKinney menghubungkan flokulasi dengan rasio makanan, (F) terhadap mikroorganisme (M) atau nilai F/M dan menunjukkan bahwa mikroorganisme secara normal ada di dalam lumpur aktif yang menggumpal dengan cepat pada kondisi kelaparan (Wesley, 1989).

Lebih lanjut telah ditunjukkan bahwa flokulasi diakibatkan oleh pembentukan lapisan lumpur polisakarida yang lengket dimana mikroorganisme menempel. Flagela juga terjerat dalam bahan lumpur tersebut. Organisme bentuk filamen terdapat di dalam kebanyakan lumpur aktif kecuali pada limbah dari industri kimia dan petrokimia. Palm, dkk telah mengidentifikasi tiga macam lumpur aktif yaitu filamentous bulking, non-bulking, dan pin-point seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Lumpur nonbulking dihasilkan dari operasi plug-flow atau selector plant configuration, atau dari air limbah organik yang kompleks.

Lumpur pinpoint dihasilkan dari operasi dengan nisbah F/M yang rendah pada umur lumpur yang lama (Wesley, 1989).

Lumpur aktif jenis filamentous bulking yang mudah menyebabkan tersumbatnya sistem resirkulasi lumpur dan peralatan aerasi, dihasilkan dari air limbah yang mengandung glukosa, sakarosa, laktosa dan bahan sejenis.

Kekurangan oksigen terlarut dalam air limbah di sistem pengolahan biologis menyebabkan terbentuknya lumpur filamentous bulking, pada konsentrasi oksigen kurang dari 0,1 mg/l terbentuklah filamen tipis 1-4 μm. Untuk proses pengolahan secara biologis aerob yang bagus, hubungan antara konsentrasi oksigen terlarut dalam limbah dan nisbah F/M menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan organisme sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan organik dan rasio F/M (Chudoba et al,. 1985).

Pada bahan terdegradasi konsentrasi rendah, pertumbuhan lumpur cenderung berbentuk filamen. Hal ini menjelaskan mengapa pada sistem campuran dengan konsentrasi bahan organik rendah cenderung memberikan pertumbuhan lumpur bentuk filamen. Pada konsentrasi bahan organik yang tinggi, flok yang terbentuk menarik bahan organik dari larutan pada kecepatan yang tinggi dibanding dengan penarikan filamen, penarikan bahan organik oleh flok tersebut mendominasi proses yang terjadi. Oleh karena itu untuk memperoleh

(6)

10

gradien konsentrasi bahan organik yang tinggi digunakan sistem operasi pengolahan biologis secara plug-flow, pemakaian selector atau contactor (Sarioglu et al, 2006).

Mikroorganisme dapat mengakumulasi logam berat dan unsur radioaktif dari lingkungan eksternalnya (Wesley, 1989). Jumlah zat yang terakumulasi bervariasi, mekanisme akumulasinya dapat terjadi melalui proses fisika, kimia, biologi, termasuk adsorpsi, presipitasi, pembentukan kompleks dan fenomena transfer massa. Sel yang hidup dan mati yang dihasilkan sel mikroba seperti penyusun dinding sel, pigmen, polisakarida, logam yang berikatan dengan protein, dan residu selular tahan urai, mampu menghilangkan logam dan unsur radioaktif dari larutan. Beberapa contoh akumulasi logam berat dan unsur radioaktif oleh mikroba ditunjukkan pada Tabel 1. Penghilangan logam berat dan unsur radioaktif dari larutan dengan bahan biologi, khususnya melalui interaksi yang tidak langsung secara fisika-kimia biasa disebut bioadsorpsi. Pada dasarnya semua bahan biologi mempunyai sifat bioadsorpsi, tidak hanya mikroba saja yang memiliki sifat tersebut. Bioadsorpsi dan fenomena yang terkait merupakan proses yang penting karena penghilangan racun kuat, logam berat, dan unsur radioaktif dari limbah cair dapat menghasilkan detoksifikasi larutan, sehingga pelepasan buangan cair ke lingkungan dapat berlangsung secara aman (Sarioglu et al, 2006)

2.3.2. Biosolid

Biosolid merupakan limbah padat yang bersumber dari pengolahan air limbah industri dan limbah rumah tangga secara aerob maupun anaerob. Biosolid ini menjadi permasalahan bagi industri-industri mengingat jumlah biosolid yang dihasilkan cukup besar kurang lebih mencapai 30-40 ton per hari tergantung industri. Pengelolaan yang

dilakukan saat ini hanya dipergunakan sebagai tanah urug dan dikirim ke Cilengsi untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengelolaan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan tidak memberi nilai ekonomi pada biosolid tersebut (Sari, 2010).

Berdasarkan kajian literatur dan analisis laboratorium diketahui biosolid mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti : Nitrogen: 2- 3%, Phosphor (P2O5) : 2-4%, Kalium (K2O) : 0,5-1% dan Sulfur (S) : 0,2-0,4%

(7)

11

serta Bahan organik : 26-30%. Disamping mengandung unsur hara, biosolid dari limbah industri dapat mengandung bakteri pathogen dan logam-logam berat.

Kualitas biosolid yang dihasilkan setiap jenis industri berbeda-beda tergantung jenis industri dan teknologi pengolahan air limbahnya (Sari, 2010).

2.4. Adsorpsi

Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses dimana molekul dalam fasa gas atau larutan terikat dalam permukaan. Molekul yang terikat di permukaan disebut adsorbat, sedangkan zat yang mengikat adsorbat disebut adsorben. Proses ketika pengikatan molekul tersebut disebut adsorpsi. Pelepasan molekul dari permukaan adsorben disebut desorpsi (Masel, 1996). Mekanisme adsorpsi tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, adsorpsi secara fisika (fisisorpsi) dan adsorpsi secara kimia (kemisorpsi) (Atkins, 1999).

1) Adsorpsi fisika (physical adsorption)

Adsorpsi fisik berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses dapat balik (reversible). Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.

Molekul yang terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 Kj/mol.

2) Adsorpsi kimia (chemisorption)

Reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorpsi.

Interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia.

Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Waals atau melalui ikatan hidrogen dan diikuti proses adsorpsi secara kimia. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat. Pada kemisorpsi terjadi ikatan kimia yang kuat antara permukaan dengan molekul adsorbat. Panas adsorpsi yang dihasilkan dalam adsorpsi kimia lebih besar dari pada adsorpsi fisika, yaitu sekitar 200 KJ/mol.

Proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

(8)

12 a) Konsentrasi adsorbat

Semakin tinggi konsentrasi adsorbat, maka laju reaksi adsorpsi akan semakin cepat karena adanya daya dorong yang tinggi dari molekul adsorbat, namun pada kondisi tertentu akan stabil karena sudah mengalami kejenuhan dan terjadi proses kesetimbangan.

b) Luas permukaan

Proses adsorpsi tergantung pada banyaknya tumbukan yang terjadi antara partikel-partikel adsorbat dan adsorben. Tumbukan efektif antara partikel itu akan meningkat dengan meningkatnya luas permukaan. Jadi, semakin luas permukaan adsorben maka kapasitas adsorpsi akan semakin besar.

c) Suhu

Perubahan suhu dapat mempengaruhi perilaku dengan cara mengubah karakter komponen dasar sistem adsorpsi, seperti sifat kimia adsorbat dan muatan permukaan adsorben. Adsorpsi merupakan proses eksotermik, maka dalam kesetimbangan kapasitas adsorpsi akan menurun sejalan dengan kenaikan suhu.

Suhu yang meningkat menyebabkan energi reaktifitas ion meningkat sehingga banyak ion yang dapat melewati tingkat energi untuk melakukan interaksi secara kimia dengan pori-pori permukaan. Di samping itu reaktifitas ion yang semakin besar akan meningkatkan difusi ion dalam pori-pori adsorben.

d) pH

Harga pH mempengaruhi perubahan distribusi muatan pada permukaan mineral sebagai akibat terjadinya reaksi protonasi ataupun deprotonasi pada pori aktif pada adsorben.

e) Waktu kontak

Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, namun pada kondisi tertentu akan stabil karena sudah jenuh sehingga terjadi proses kesetimbangan (Atkins, 1999).

(9)

13

2.5. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Visibel ( UV-Vis )

Spektrofotometri sinar tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).

Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrofotometer UV-Vis dapat mengukur intensitas sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk mempelajari struktur molekul dan teori molekul, untuk keperluan penelitian biologi molekuler, dan lain-lain (Achmad, 2005).

Ketelitian dari Spektrofotometer UV–Vis ini adalah 0,0001.

Spektrofotometer UV–Vis ini membaca data dalam 4 angka dibelakang koma.

Sedangkan jenis alat yang dianalisis adalah zat dalam bentuk larutan dan zat yang tampak berwarna maupun yang tidah berwarna. Jenis spektroskopi UV-Vis terutama berguna untuk analisis kuantitatif langsung misalnya kromofor, nitrat, nitrit dan kromat sedangkan secara tak langsung misalnya ion logam transisi (Achmad, 2005).

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-

(10)

14

Vis biasanya di gunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan (Seran, 2011).

Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini, tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum lambert-beer (Pecsok et al, 1976).

Radiasi elektromagnetik merupakan energi radiasi yang memiliki sifat sebagai gelombang dan sebagai partikel. Sifat radiasi elektromagnetik sebagai gelombang ada dalam bentuk refraksi, refleksi dan interferensi. Radiasi elektromagnetik sebagai partikel dijelaskan oleh Einstein tentang efek fotoelektrik yang menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik terdiri dari partikel-partikel yang disebut foton. Gelombang elektromagnetik memiliki dua sifat, yaitu bersifat sebagai komponen elektrik dan sebagai komponen magnetik. Kedua komponen ini saling berossilasi (bergoyang) pada bidang yang tegak lurus pada arah rambatan radiasi. Pada komponen elektrik gelombang elektromagnetik terjadi interaksi transfer energi dengan materi.

Gambar 2.1. Panjang Gelombang (Seran, 2011)

Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara dua titik yang sama pada gelombang, Amplitudo (A) adalah intensitas gelombang dan frekuensi (v) adalah

(11)

15

jumlah gelombang per satuan waktu. Gelombang dan frekuensi dapat dihubungkan dengan kecepatan cahaya, dengan persamaan:

λv = c/n……….(persamaan 1) Dimana c = kecepatan cahaya pada ruang vacum (2,9976 x 1010) dan n adalah index refraktif (perbandingan kecepatan cahaya pada ruang vacum dengan kecepatan cahaya pada medium).

Radiasi elektromagnetik dapat berinteraksi dengan materi dengan beberapa cara, jika interaksi yang terjadi karena adanya transfer energi dari radiasi elektromagnetik ke materi maka interaksi ini disebut dengan absorpsi. Sedangkan apabila energi internal materi dikonversikan menjadi energi radiasi disebut dengan emisi. Sinar radiasi yang melewati materi akan mengalami adsorpsi, penghamburan (scattering), dan refleksi.

Untuk menggambarkan interaksi radioelektromagnetik dengan materi digunakan sifat gelombang sebagai partikel, dimana sinar adalah sederetan foton dan energi masing-masing foton sebanding dengan radiasi, dihubungkan dengan persamaan :

E= hv

E=hc/λ……….(persamaan 2) Dimana E adalah energi foton (erg), v= frekuensi radiasi elektromagnetik (Hertz), h = konstanta Planck (6,624 x 10-27 erg/detik). Foton memiliki frekuensi yang tinggi (panjang gelombng pendek). Intensitas sinar adalah perbandingan jumlah foton dengan energi yang dilepaskan foton (Pecsok et al, 1976).

Teori kuantum mengemukakan bahwa jika terjadi tumbukan antara foton dan reseptor (atom, ion, molekul) maka energi akan ditransfer ke reseptor dalam proses diskontinu.

M + hv=M*……….(persamaan 3) Dimana M* adalah reseptor tereksitasi.

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang (wavelength separator) seperti prisma atau monokromator (Sibilia et al, 1988).

(12)

16

Spektrum didapatkan dengan cara scanning oleh wavelength separator sedangkan pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang tertentu. Skema dibawah ini adalah skema alat spektrofotometer UV-Vis yang memiliki sumber cahaya tunggal, dimana sinyal pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu larutan sampel dapat diukur (Sibilia et al, 1988).

Gambar 2.4. Prinsip kerja alat Spektrofotometer (Seran, 2011)

Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas antara adsorban dengan kosentrasi larutan analit. Biasanya hukum Lambert-beer ditulis dengan:

A = E.b.C……….(persamaan 4) A = Adsorban ( serapan )

E = Koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1) b = Tebal kuvet (cm)

C = Konsentrasi (M)

Nilai ɛ merupakan karakteristik absorbsi molekul atau ion dalam pelarut tertentu dan pada panjang gelombang tertentu (Surdia, 1987)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen – komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dengan pelarut organik tertentu.. Proses

Bakteri tersebut dapat ditemukan hampir di semua tempat, terutama di perairan dengan kandungan bahan-bahan organik yang tinggi dan dapat hidup optimal pada suhu

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organik, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yangberupa bahan-bahan organik

Dalam proses kerja mesin plasma cutting, suatu gas invert ditiup dengan kecepatan yang tinggi dari nozel, dan pada saat bersamaan busur listrik terbentuk melalui gas dari

Horison A merupakan horison tanah mineral yang terbentuk pada permukaan tanah di bawah horison O, horison A merupakan akumulasi bahan organik halus yang

Bila nilai COD pada perairan relatif tinggi, maka ada kecenderungan kandungan logam berat dalam air akan tinggi, karena COD menunjukkan kadar bahan organik yang

Sedangkan secara umum komposit dapat didefinisikan sebagai suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu

Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Kimia Dalam Penurunan Kadar Organik Serta Logam Berat Fe, Mn, Cr Dengan Metode Koagulasi Dan Adsorpsi.. Universitas Indonesia: