• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Waduk dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu fluvial (daerah sungai), peralihan dan lakustrin (Ingole et al., 2018). Zona afotik merupakan wilayah reservoir yang tidak dapat ditembus sinar matahari (Hasan dkk. 2014). Kualitas lingkungan perairan mempengaruhi karakteristik organisme yang hidup di perairan tersebut (Othman et al., 2014).

Kualitas air merupakan penilaian terhadap kriteria kualitas suatu air, yang dapat diketahui melalui pengukuran parameter fisika-kimia dan biologi (Halim et al., 2018). Air yang terkontaminasi ditunjukkan dengan konsentrasi oksigen yang lebih rendah (<3) (Patil Shilpa et al., 2012). Kelarutan oksigen menurun seiring dengan meningkatnya suhu (Rollinson et al., 2018; Audzijonyte et al., 2019).

Oksigen terlarut mengalami fluktuasi diurnal dan musiman, tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis dan respirasi, serta detritus yang masuk ke perairan tersebut (Banerjee, et al., 2018). Padatan tersuspensi dapat menyebabkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga menurunkan laju fotosintesis (Yusuf et al., 2019). Kondisi kesuburan air dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan konsentrasi nitratnya, yaitu air tandus (0-1 mg/l), air sedang, 1-3 mg/l) dan air sangat subur (>3 mg/l) ( Liu et al., 2018).

Fosfat organik dapat berasal dari limbah rumah tangga dan fosfat anorganik dapat berasal dari deterjen (sabun dasbor) dan pupuk (Ramachandra et al., 2019).

Faktor Biologi

Namun peningkatan kesuburan air dapat terjadi akibat pemberian pakan pada kegiatan budidaya perairan (Das et al., 2018). Pengayaan unsur hara perairan akan memberikan dampak positif yaitu peningkatan produksi fitoplankton sehingga dapat menunjang potensi produksi perikanan (Novita et al., 2015). Produktivitas primer merupakan indikator proses eutrofikasi yang sensitif dan akurat (Ochocka & Pasztaleniec, 2016; Yusuf et al., 2019), dan cahaya merupakan faktor pembatas utama selain unsur hara (Produktivitas primer Harpole juga terkait dengan kedalaman dan suhu. perilaku danau.

Produktivitas primer merupakan karbon organik (C) per satuan waktu hasil fotosintesis klorofil dari tumbuhan hijau yang diuraikan menjadi energi kimia (Yulianto dkk., 2014). Klorofil-a merupakan pigmen yang terdapat pada semua jenis tumbuhan, termasuk fitoplankton, dan komponen ini terlibat langsung dalam proses fotosintesis (Manurung et al., 2015). Diatom termasuk dalam golongan alga Bacillariophyceae yang memiliki dinding sel silikat yang dapat terawetkan dalam sedimen, sehingga dapat memprediksi kondisi perairan di masa lalu (Soeprobowati, dkk., 2018).

Oleh karena itu, diatom sangat berguna dalam studi lingkungan karena distribusi spesiesnya dipengaruhi oleh kualitas air (Sheibley et al., 2014; Eutrofikasi adalah proses alami yang dapat dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi/kelarutan unsur hara penting seperti nitrogen dan fosfor dalam air. badan air (Roy et al. 2013) Eutrofikasi dapat terjadi karena peningkatan bahan organik, terutama nitrogen dan fosfor, tetapi juga dapat terjadi akibat dekomposisi karbon organik yang berlebihan (Li et al., 2016).

Eutrofikasi merupakan kondisi perairan yang tidak diinginkan karena menyebabkan penurunan kualitas air dan menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan (Zhang et al., 2019). Dampak eutrofikasi terhadap biota air tawar antara lain perubahan struktur dan populasi plankton, peningkatan populasi spesies fitoplankton beracun, dan kematian ikan (Lin et al., 2020). Status trofik perairan ditandai dengan komposisi unsur N (nitrogen) dan P (fosfor), serta konsentrasi klorofil (Roy, et al., 2013).

Selain itu, faktor yang terkait dengan produksi autotrofik antara lain biomassa alga dan transparansi air (Wurtsbaugh et al., 2019). Menurut Vidović dkk (2015), status trofik ditentukan berdasarkan tiga parameter yaitu Total P, kecerahan air (SD) dan klorofil-a. Status trofik, biomassa fitoplankton dan faktor fisikokimia merupakan aspek penting yang dapat digunakan untuk menentukan keadaan atau status air danau atau waduk (Molisani et al., 2010).

Eutrofikasi dapat dievaluasi dengan menentukan nilai unsur hara pembatas dan menghitung indeks status trofik (Suryani et al., 2017; Smaoune et al., 2020). TSI adalah metode yang paling tepat dan dapat diterima untuk mengevaluasi danau dan waduk eutrofikasi (Ivanković et al., 2018; Kumar et al., 2019; Klippel et al., 2020).

Gambar 2.1 Skema Penyebab dan dampak eutrofikasi  Eutrofikasi diklasifikasikan dalam empat kategori status trofik yaitu:
Gambar 2.1 Skema Penyebab dan dampak eutrofikasi Eutrofikasi diklasifikasikan dalam empat kategori status trofik yaitu:

Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Klasifikasi status trofik berdasarkan kecerahan adalah >10 m untuk kategori perairan oligotrofik, >4 m untuk kategori mesotrofik, dan >2,5 m untuk kategori eutrofik, sedangkan < 2,5 m untuk kategori hipertrofik. 58 Selain beberapa model yang disebutkan di atas, perhitungan daya dukung (Mhlanga et al., 2013) dan perhitungan kapasitas limbah (Machbub, 2010) merupakan salah satu model yang telah digunakan untuk pengelolaan sumber daya air. Costa-Piercea (2010), Daya dukung merupakan alat untuk menilai dampak pengambilan keputusan pembangunan untuk perencanaan tata ruang dan pengelolaan perikanan budidaya berbasis ekosistem.

Kemampuan menampung beban pencemaran air adalah batas kemampuan sumber daya air dalam menampung beban pencemaran masukan yang tidak melebihi batas persediaan kualitas air untuk berbagai pemanfaatannya. Ketentuan kapasitas danau atau waduk berkaitan dengan manfaat perairan tersebut sebagai sumber air dalam menunjang kesejahteraan manusia agar tidak melebihi baku mutu air yang dipersyaratkan dan status trofik air (Machbub, 2010). Persyaratan kualitas air untuk berbagai aplikasi air waduk atau baku mutu terdiri dari persyaratan tingkat kualitas air menurut parameter faktor fisiko-kimia dan mikrobiologi.

Sedangkan syarat status trofik air danau dan/atau waduk terdiri atas tingkat kejernihan air, kadar unsur hara terutama nitrogen dan fosfor, serta kadar klorofil-a. Penghitungan daya tampung air danau dan waduk harus memperhitungkan sumber dan beban pencemaran air serta dampaknya terhadap penggunaan air dan keberlanjutan fungsi waduk. Oleh karena itu, seluruh komponen bahan organik dan anorganik terlarut dan tersuspensi yang berasal dari hulu sungai akan terbawa ke dalam waduk.

Oleh karena itu, peruntukan besarnya beban pencemaran yang masuk ke perairan waduk, termasuk limbah pakan ikan hasil budidaya ikan KJA di waduk, harus ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar demi keberlangsungan air. sumber daya. Penentuan alokasi beban pencemaran di perairan umum memerlukan pemahaman dan perhatian khusus serta kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat sekitar dan lembaga penelitian untuk mengkaji secara bijak upaya pengendalian beban pencemaran sesuai dengan sasaran yang tepat dan akurat. Penetapan alokasi beban pencemaran dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kriteria baku mutu sumber daya air menurut peruntukannya, dengan memperhatikan fungsi sumber daya tersebut dan kelestariannya.

Faktor internal merupakan nilai-nilai dari dalam diri setiap individu yang diperoleh dari hal-hal yang diterima olehnya. Sedangkan faktor eksternal adalah nilai-nilai yang berasal dari luar setiap individu yang dapat mempengaruhi persepsi, misalnya objek dan situasi. Menurut Pujiastuti (2010), persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri masih rendah, begitu pula pemahaman terhadap upaya partisipatif dalam mitigasi dan pemulihan kualitas air.

Regulasi dan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup

61 dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penyebab dan dampak eutrofikasi  Eutrofikasi diklasifikasikan dalam empat kategori status trofik yaitu:
Gambar 2.2 Mekanisme terjadinya eutrofikasi
Tabel 2.2 Kriteria Status Trofik Perairan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Wijiyono (2009) terjadinya kenaikan kandungan unsur hara fosfor diduga disebabkan oleh adanya laju dekomposisi yang tinggi menyebabkan pelepasan unsur hara P lebih

Pupuk organik sesuai dengan tanaman sayuran karena pupuk organik memiliki kandungan hara makro dan hara mikro yang komplit, walaupun hanya dalam jumlah yang lebih

Tanah juga memiliki unsur – unsur hara esensialyang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya pada tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila

Media biakan sangat berpengaruh dengan kandungan nutrien pada maggot Hermetia illucens, dalam penelitian ini peneliti menggunakan komposisi media campuran dedak dan

Unsur hara yang berasal dari pupuk organik memiliki kandungan hara yang sedikit sehingga ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman kurang tercukupi, maka

Menurut Niswati (2013) biochar dari sekam padi diketahui memiliki kandungan C-organik &gt; 35% dan kandungan unsur hara makro seperti N, P, dan K yang cukup tinggi sehingga

Unsur hara disebut esensial bagi tanaman bila : (1) kekurangan unsur hara tersebut tidak memungkinkan tanaman untuk menyelesaikan pertumbuhan baik vegetatif maupun reproduktif,

Sifat kimia yang penting terhadap dinamika lahan gambut adalah ketersedian unsur hara yang rendah atau miskin hara dan kandungan asam-asam organik yang tinggi