• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Menurut Ashfal (1999) dalam Puspitasari (2010) menyatakan bahwa risiko mencakup risiko atau peluang (risk include bahaya atau peluang) yang berkaitan dengan unsur-unsur yang tidak diketahui. Menurut Darmawi (2006) risiko berkaitan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan. Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi siapa saja dan dapat terjadi kapan saja tanpa dapat diperkirakan waktu, bentuk, dan kekuatannya. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus diperhatikan sebagai risiko yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko terkait ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk menerima seseorang untuk bekerja.

Mempekerjakan pekerja yang tidak memenuhi syarat, terampil, lalai atau lalai dapat membahayakan keselamatan secara serius. Risiko K3 merupakan risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dari kegiatan usaha, yang meliputi aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Kecelakaan adalah sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak diinginkan sehingga mengganggu proses suatu kegiatan yang telah disepakati (Sulaksmono, 1997).

Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan tidak diinginkan, baik kecelakaan yang diakibatkan langsung oleh pekerjaan maupun kecelakaan yang terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 2.1 Contoh  Unsafe Acts  dan  Unsafe Conditions
Tabel 2.1 Contoh Unsafe Acts dan Unsafe Conditions

Manajemen Risiko

Proses Manajemen Risiko

Sesuai standar AS/NZS, proses manajemen risiko terdiri dari enam fase, yaitu penentuan konteks, identifikasi risiko, penilaian risiko, evaluasi risiko, pemantauan dan peninjauan, serta komunikasi dan konsultasi. Pada setiap tahapan dilakukan pemantauan dan peninjauan untuk mengetahui apakah langkah yang diambil sudah tepat dan apakah dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki atau dinilai kembali. Pada setiap langkah juga dilakukan komunikasi dan konsultasi dengan seluruh pihak yang terlibat atau terkena dampak dari setiap langkah.

Setelah mendefinisikan bahaya, dilanjutkan dengan penilaian risiko yang tujuannya adalah untuk memperkirakan besarnya risiko dan skenario dampak yang ditimbulkannya. Terdapat beberapa pendekatan berbeda untuk menggambarkan kemungkinan dan tingkat keparahan risiko, baik secara kualitatif, semi-kualitatif, atau kuantitatif berdasarkan AS/NHS. 2 Ringan Menimbulkan luka ringan, kerugian ringan dan tidak berdampak serius terhadap kelangsungan usaha 3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah sakit, tidak menimbulkan akibat.

4 Serius Menyebabkan cedera serius dan cacat permanen serta kerugian finansial yang besar dan mempunyai akibat yang serius. 5 Bencana yang menimbulkan kematian dan kerugian besar bahkan dapat menghentikan operasional bisnis selamanya. Sumber: AS/NZS 4360, 2004. Kapabilitas dan konsekuensi yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam tabel matriks risiko yang menghasilkan penilaian risiko.

Jika tidak mungkin untuk mengurangi risiko dengan sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan. Paparan mengacu pada frekuensi terjadinya bahaya pada seseorang atau aktivitas yang dapat menyebabkan serangkaian kecelakaan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan, mulai dari paparan bahaya hingga terjadinya kecelakaan dan akibat yang ditimbulkannya.

Probabilitas mengacu pada kemungkinan bahwa ketika suatu peristiwa berbahaya terjadi, serangkaian kecelakaan akan terjadi dengan waktu dan keacakan yang diperlukan. Nilai risiko dapat dihitung dengan mengalikan ketiga faktor diatas yaitu Skor Risiko = Konsekuensi x Eksposur x Probabilitas, kemudian dianalisis sesuai peta risiko pada tabel 2.8 untuk menentukan klasifikasi risiko.

Tabel 2.2 Skala Kemungkinan
Tabel 2.2 Skala Kemungkinan

Pengendalian Risiko

Hirarki teratas adalah eliminasi karena bahaya yang ada harus dihilangkan sebelum/sesudah proses desain dibuat. Tujuannya untuk mencegah kemungkinan terjadinya human error dalam pengoperasian sistem akibat cacat desain. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengubah suatu proses, material, operasi atau peralatan dari yang sebelumnya berbahaya menjadi yang kurang berbahaya.

Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah bahaya terhadap pekerja dan mencegah human error.

ELIMINASI

SUBSTITUSI

  • HIRARC (Hazards Identification, Risk Assessment & Risk Control) HIRARC atau biasa disebut Hazard Identification Risk Assessment and
  • Metode Pengumpulan Data Sampel
  • Pilot Test
  • Saverity Index
  • Uji Validitas dan Realibilitas
  • Program SPSS
  • Penelitian Terdahulu
  • Tugas dan Tanggung Jawab Responden Survey Utama

Berikut ini adalah beberapa penelitian mengenai analisis risiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi yang dapat dijadikan acuan penulis ketika melakukan penelitian. Temuan : Pada kategori tinggi terdapat 20 bahaya kecelakaan kerja dan 2 tertinggi yaitu terjatuh pada bagian elektrik dan mekanik serta tergores/terpotong (paku besi mencuat) pada bagian baja (pekerjaan kolom, kepala palu pada saat pengangkutan material yang mungkin terjadi). pada proyek pembangunan jembatan THP Kenjeran Surabaya Hasil : Penyebab utama terjadinya kecelakaan adalah melamun, kurang motivasi, kelelahan, kurang komunikasi dengan pelanggan K3, kurang pelatihan dengan pelanggan K3, kurangnya pengawasan terhadap pelanggan K3, tidak menggunakan alat keselamatan, tidak mengikuti peraturan, tidak memahami cara kerja peralatan, angin, penerangan dan suhu ekstrim Judul : Manajemen Resiko pada Proyek Konstruksi Menggunakan Metode Fast Track Studi Kasus Proyek Qunci Villasdan Putri.

Model Penelitian: Penelitian proyek jalur cepat dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Model Penelitian: Pelaksanaan penelitian diawali dengan identifikasi potensi kecelakaan kerja pada proyek konstruksi berdasarkan temuan penelitian-penelitian sebelumnya. Kemudian dilakukan konfirmasi kepada kontraktor proyek pembangunan di Yogyakarta mengenai kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan kondisi di lapangan.

Kecelakaan kerja terkonfirmasi digunakan untuk mengidentifikasi kecelakaan kerja yang terjadi pada suatu proyek pembangunan gedung di Yogyakarta. Temuan: Penerapan metode FMEA untuk menganalisis risiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi gedung di Yogyakarta yang menjadi subjek penelitian ini menemukan 10 aktivitas yang mempunyai risiko kecelakaan kerja. Hasil: Potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi bangunan teridentifikasi berdasarkan temuan penelitian sebelumnya.

Hasil: Faktor yang paling menentukan kurangnya peralatan K3-L pada proyek jalan Hotmix Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa adalah Faktor Penanganan Kecelakaan Kerja, dimana pekerja tidak menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pekerjaannya dan kurangnya penerapan. dari asuransi kesehatan. Hasil: Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko kecelakaan kerja yang paling dominan yaitu alat berat terpeleset ke dalam parit pada saat pekerjaan penggalian tanah, pekerja terjatuh dari ketinggian akibat gondola pecah pada saat pekerjaan pengecatan di ketinggian, dan pekerja yang mendapat kecelakaan kerja. hancur. pada konstruksi baja akibat putusnya tower crane straps (TC) pada pekerjaan konstruksi atap baja. Hasil: Penyebab risiko kecelakaan kerja yang dominan berdasarkan metode Bowtie adalah kondisi fisik operator yang buruk, metode penggalian, hujan/debu, kondisi mesin/alat berat yang buruk, keausan kawat sling gondola, cuaca ekstrim, kondisi kesehatan operator gondola, cara pengoperasian gondola, keausan dan korosi kabel sling TC, cuaca ekstrim, kondisi kesehatan operator TC, cara pengoperasian TC dan berat beban struktur baja.

Dampak risiko kecelakaan kerja yang dominan berdasarkan metode Bowtie adalah operator mengalami memar akibat terbentur saat terpeleset, pekerja mengalami kematian akibat terjatuh dari ketinggian, gondola mengalami cedera akibat terjatuh dari ketinggian, dan pekerja mengalami kematian akibat tertabrak. oleh struktur atap baja. Faktor eskalasi risiko kecelakaan kerja yang dominan adalah lupa/penolakan menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak adanya tali pengaman tambahan dan kurangnya komunikasi. Posisi pencarian di atas menunjukkan sisi antara dua variabel yaitu variabel kecelakaan kerja dan variabel Hazard Identification and Hazard Control (HIRARC).

Sedangkan yang terletak di antara kedua variabel tersebut adalah perpotongan atau gabungan antara variabel kecelakaan kerja dan metode HIRARC. Penelitian ini merupakan identifikasi risiko kecelakaan kerja dengan menggunakan metode Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC).

Tabel 2.9 Nilai-Nilai r Product Moment
Tabel 2.9 Nilai-Nilai r Product Moment

Gambar

Tabel 2.1 Contoh  Unsafe Acts  dan  Unsafe Conditions
Tabel 2.2 Skala Kemungkinan
Tabel 2.3 Skala Keparahan
Tabel 2.4 Skala matrik risiko
+5

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya menerangkan telah selesai melakukan pemeriksaan duplikasi dengan

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan mengenai beberapa tinjauan pustaka dan dasar teori yang diperlukan untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, seperti