• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II "

Copied!
174
0
0

Teks penuh

Ibu Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing 1 tugas akhir, terima kasih...ibu, telah membantu kelancaran tugas akhir ini. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan atas karunia tufiq serta bimbingan-Nya, saya dapat menyelesaikan KTI yang bertajuk “Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Demam Tifoid”, untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan ke memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep) dalam Sidoarjo Scholar Paper.

Latar Belakang

Penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh (2016) dan Batubuaya (2017) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit demam tifoid antara lain adalah kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar, kondisi tempat pembuangan sampah, pengolahan makanan, kebiasaan makan di luar rumah, pekerjaan responden, dan tingkat pendapatan kepala keluarga. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nadyah (2014) menyatakan bahwa faktor risiko penyakit demam tifoid yang paling dominan adalah faktor lingkungan dan faktor sumber pengolahan makanan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat

Metode penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis Demam Tifoid yang dirawat di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya dan bersedia menjadi subjek penelitian. Tanya jawab atau komunikasi langsung klien (autonomesis) dengan keluarga dengan mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien.

Sistem Penulisan

Konsep Dasar Demam Typhoid

  • Definisi Demam Typhoid
  • Manifestasi klinis Demam typoid
  • Etiologi Demam Typoid
  • Patofisiologi Demam Typoid
  • Pathway Demam Typoid
  • Pemeriksaan Penunjang Demam Typoid
  • Penularan
  • Penatalaksanaan
  • Pencegahan Demam Typoid
  • Klasifikasi Demam Typoid

Pada pengujian ini terjadi reaksi aglutinasi antara antigen mikroba Salmonella typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Pada pemeriksaan kultur sumsum tulang, kultur Salmonella typhi mungkin tetap positif bahkan setelah pemberian antibiotik dan menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang.

Konsep Asuhan Keperawatan Teori

  • Pengumpulan data
  • Diagnosa Keperawatan
  • Analisa Data
  • Intervensi
  • Implementasi
  • Evaluasi

Tanda-tanda ini jelas mulai terlihat pada minggu kedua dan berhubungan dengan infeksi sistemik dan endotoksin bakteri. Analisis data dalam pengenalan pola atau pengelompokan data, data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan berdasarkan gejala-gejala yang berkaitan. Sehingga perawat dapat menentukan informasi yang relevan dengan bantuan agregasi data yang dilakukan, sehingga perawat dapat dengan mudah menganalisis data agregat tersebut.

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan dan pengetahuan, pengalaman dan pemahaman keperawatan. Teknik analisis data deskriptif merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengilustrasikan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa ada maksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian. Termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif antara lain penyajian data dalam bentuk grafik, tabel, persentase, frekuensi, diagram, grafik, mean, modus, dan lain-lain.

Teknik analisis data inferensial adalah statistik yang digunakan untuk melakukan analisis data dengan menarik kesimpulan yang berlaku umum. Implementasi merupakan tahap dimana perawat menerapkan rencana keperawatan pada suatu bentuk intervensi keperawatan untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan yang telah ditentukan, dan menilai efektivitas proses keperawatan berdasarkan tahapan pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.

Tabel 1. 1 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) HIPERTERMI  N
Tabel 1. 1 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) HIPERTERMI N

51

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

  • IDENTITAS KLIEN
  • RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
  • OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
    • Pernapasan (B1: Breathing)
    • Kardiovaskuler (B2: Bleeding)
    • Persyarafan (B3: Brain)
    • Perkemihan - Eliminasi Uri (B4: Bladder)
    • Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
    • Tulang – Otot – Integumen (B6: Bone)
    • Sistem Endokrin
    • Sistem Reproduksi
  • POLA FUNGSI KESEHATAN
  • PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • TERAPI
  • ANALISA DATA HIPERTERMI Dx.1
  • ANALISA DATA KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
  • DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • INTERVENSI KEPERAWATAN HIPERTERMI Dx.1
  • INTERVENSI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
  • IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1
  • IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
  • IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1
  • IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
  • IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1
  • IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
  • EVALUASI

Pasien menyatakan bahwa dirinya dan keluarga tidak menderita penyakit keturunan apapun dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti sekarang yaitu demam tifoid dan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. tidak ada riwayat penyakit menular seperti HIV, Diabetes Melitus, Jantung dan Hipertensi. Riwayat kesehatan lainnya: ibu pasien (keluarga berencana) Pasien dan keluarganya tidak pernah dirawat di rumah sakit, kesehatan keluarga baik, dan tidak ada satu pun anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti yang dialami pasien sekarang. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada massa dan pergerakan sputum pada paru kanan dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/menit, tidak ada nyeri tekan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Edema : Tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan. Kesadaran composmentis GCS 4 5 6, kepala dan muka bersih, bentuk simetris, tidak menggumpal, rasanya enak, dapat terasa manis, asin,. Saat di rumah : malam 8 jam dan siang hari 3 jam Saat MRS : malam 7 jam dan siang hari 3 jam Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

Produksi urin : ±800 ml Frekuensi : 6-8 x/hari Warna : Kuning Bening Bau : Khas urin Masalah kencing : Tidak ada masalah kencing. Mulut dan Tenggorokan : Lidah tampak putih kotor pada bagian atas lidah, pada tenggorokan tidak ada kelainan. Atas: kiri, tidak ada kelainan (RL infus dipasang di tangan kiri) kekuatan otot 5, ekstremitas kanan atas tidak ada kelainan, kekuatan otot 5. Lokasi: ekstremitas atas tangan kiri dipasang infus.

Bawah: ekstremitas bawah kanan tidak ada kelainan, kekuatan otot 5, ekstremitas bawah kiri tidak ada kelainan, kekuatan otot 5. Lokasi: Tidak ada. Jenis makanan Nasi lunak, lauk pauk, porsi makanan kurang matang, Nafsu makan menurun, mual, Tidak ada alergi terhadap makanan, obat maupun suhu, Air minum, Jumlah 1200 cc/24 jam, Jenis minuman Cair.

Tabel 1. 5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn “I”.
Tabel 1. 5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn “I”.
  • PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP
  • IDENTIFIKASI DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • INTERVENSI KEPERAWATAN
  • IMPLEMENTASI LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN DANAMAN . 125

Saya telah mengumpulkan data dari pasien, keluarga dan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium sehingga terdapat kesenjangan fakta dan teori yaitu pada fakta tanda dan gejala Demam Tifoid pada suhu tinggi yang berfluktuasi dan penurunan nafsu makan yang ditemukan pada pasien di rumah sakit. nafsu makan di rumah sakit berkurang, ukuran porsi ½ porsi, pasien mengalami mual. Sedangkan pada kasus Tn “I”, pasien diketahui mengalami fluktuasi suhu yang tinggi dan nafsu makan menurun, nafsu makan pasien menurun, porsi makan ½ porsi, pasien mengalami mual, keadaan umum lemah. kesadaran tenang, suhu 38,6⁰C, HR: 82 x/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 20 x/menit, Masalah Keperawatan: HIPERTERMIA. Berdasarkan teori diagnosa keperawatan dan diagnosa pasien terdapat kesamaan yaitu hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi sistemik merupakan diagnosis utama pada pasien demam tifoid.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dibuat secara teori dan penanggulangan masalah demam tifoid pada pasien di rumah sakit dapat terselesaikan. Pelaksanaan yang dilakukan adalah mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga dengan hasil keadaan umum lemah, fungsi vital (suhu : 38,6⁰C, denyut jantung : 82 x/menit, pernafasan : 20 x/menit), amati tanda vital beserta hasil terlampir, lanjutkan terapi sesuai anjuran dokter (infus Ringer Laktat (RL) 500 mg, 28 tetes/menit. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberikan hasil penelitian kepada pasien dan keluarga mengkomunikasikan hasil keadaan umum baik, fungsi vital (suhu : 36,1⁰C nadi : 84 x/menit pernafasan : 20 x/menit tekanan darah : 120/80 mmHg), observasi fungsi vital setiap 6 jam dengan hasil terlampir, pengobatan dilanjutkan sesuai anjuran dokter (infus Ringer Laktat (RL) 500 mg, 28 tetes/menit.

Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan teori dan tidak terjadi gap antara fakta pasien di rumah sakit dengan teori karena tindakan yang dilakukan meliputi tindakan observasi, keperawatan, perencanaan, pendidikan, kerjasama (ONEC), dan konsisten dengan implementasi di pasien dengan kasus tipus. Memberikan pendidikan atau pendidikan kesehatan kepada Bpk. Pasien I dan keluarganya diberikan interpersonal pada hari ketiga tanggal 24 Juli 2019 di ruang pasien dengan metode ceramah. Dan karena pendidikan, Pak. Saya pasien dan keluarganya pengertian Demam Tifoid, Penyebabnya, Tanda dan Gejalanya, Cara Penularan dan Pencegahan Demam Tifoid serta mampu menjelaskannya.

Kesimpulan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi

Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian pasien yang digunakan dalam asuhan keperawatan demam tifoid adalah hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi penyakit tifoid dan ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh. Pada intervensi keperawatan pada Tuan “I” yaitu pada kasus pasien demam tifoid berusia 25 tahun, perencanaan perawatan yang dilakukan perawat adalah dengan mengamati keadaan umum dan tanda-tanda vital, memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakit yang diderita pasien dan anjuran perawatan rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi pasien, kerjasama dengan bagian gizi dalam pemberian makanan diet, anjuran pasien banyak minum cairan, observasi intake/output, kerjasama dengan dokter spesialis anak untuk memberikan terapi, motivasi pasien untuk tirah baring saat demam, anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan pasien dan lingkungan sekitar. Perencanaan perawatan yang dilakukan perawat untuk menangani pasien hipertermia adalah istirahat yang cukup agar demam turun, pemberian nutrisi berupa cairan parenteral dan oral, observasi intake/output, anjuran pasien.

Dalam penelitian ini penerapannya pada klien tidak perlu langsung sejalan dengan intervensi keperawatan, namun juga harus memperhatikan aspek respon manusia (respon klien), karena pada hari pertama pasien pasti akan merasakan mual, rasa tidak nyaman pada perut, lemas, tidak nafsu makan dan pusing, dan hal ini juga harus kita waspadai jika ingin menggunakan intervensi untuk meningkatkan nafsu makan, mengobati pasien hipertermia dan pelaksanaan yang belum selesai dapat diselesaikan keesokan harinya. Pada hari evaluasi terakhir, pasien berhasil meningkatkan nafsu makan dan menurunkan suhu tubuh hingga normal, hal ini ditunjukkan dengan tercapainya tujuan dan kriteria. Hasil peningkatan nafsu makan dan penurunan suhu tubuh hingga normal 36,6 ̊C berhasil sebagian. yang ditunjukkan dengan tercapainya beberapa tujuan dari tindakan yang telah dilakukan.

Saran

  • Bagi Klien dan Keluarga
  • Bagi Institusi Pendidikan
  • Bagi Peneliti selanjutnya
  • Bagi Rumah Sakit

Dari studi kasus Tuan “I” dengan diagnosa demam tifoid, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut. Diharapkan keluarga mengetahui tentang Demam Tifoid dan menganjurkan agar segera membawanya ke tenaga kesehatan terdekat jika mengenali tanda bahayanya, menjaga kebersihan diri dan dapat memberikan pengobatan segera jika pasien menderita Demam Tifoid, yaitu dengan memberikan obat batuk. , pereda pilek dan demam. Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan karya ilmiah ini diharapkan pembaca dapat memahami penyakit demam tifoid dengan baik.

Diharapkan dengan memberikan pelayanan dan menjaga hubungan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien, bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal, dan diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dapat lebih lanjut. memperbaiki. dan orang yang sakit tifus. Diharapkan edukasi keluarga mengenai demam tifoid terus ditingkatkan sehingga keluarga menjadi lebih kooperatif dalam terapi yang diberikan, dapat menangani terjadinya demam tifoid secara dini dan mencegah kekambuhan pada penderita demam tifoid. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3642006.pdf.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Akademi Keperawatan Kerta Scholar Sidoarjo dengan judul Asuhan Keperawatan dengan diagnosa medis Demam Tifoid. Judul : Asuhan Keperawatan pada Tn “I” yang terdiagnosis demam tifoid di Paviliun Tulip Lantai III Brawijaya Surabaya. Penulisan Ilmiah: Asuhan keperawatan pada Tuan “I” yang terdiagnosis demam tifoid di Ruang Tulip Pavilion RS Brawijaya Lantai III Surabaya.

Gambar

Tabel 1. 1 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) HIPERTERMI  N
Tabel 1. 2 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
Tabel 1. 3  NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Ganguan keseimbangan  cairan berhubungan dengan out put berlebih
Tabel 1. 4 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Gangguan aktifitas  berhubungan dengan kelemahan fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosa keperawatan muncul berdasarkan tinjauan kasus pada kedua pasien dengan diagnosa yang sama pada SDKI Prioritas diagnosa keperawatan pada kedua klien