• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

29

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, karena dengan demikian peneliti dapat mengkaji permasalahan yang lebih mendalam yang sedang diteliti. Permasalahan yang dikaji oleh peneliti merupakan permasalahan interpersonal yakni hubungan antarpribadi sutradara dan aktor dalam menciptakan seni peran. Hal ini didasari oleh karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang biasanya diterapkan terhadap tingkah laku dan juga hubungan keakrabatan. Dengan metode ini juga peneliti bisa mendapatkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Hal ini sangat sejalan dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti.

Dalam (Creswell, 2010:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menerapkan cara pandang yang bergaya induktif, berfokus pada makna individua, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan. Berdasarkan hasil penjelesan tersebut maka peneliti yakin bahwa metode penelitian kualitatif sangat sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Hal ini berdasarkan pada fokus permaslahan peneliti yakin dengan permasalahan individual antara beberapa orang dalam suatu kelompok. Proses penelitian kualitatif ini juga melibatkan upaya- upaya penting yang mendalam seperti mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data yang spesifik dari para informan dan juga data-data tertulis yang ada.

(2)

3.1.1. Paradigma Konstruktivisme

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis, hal ini di sebabkan karena peneliti akan mengkonstruksikan segala fenomena dilapangan dengan mengamati yang sedang terjadi guna untuk dianalisis lebih mendalam. Paradigma konstruktivis ini memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna (Eriyanto, 2005:42)

Melalui paradigma ini peneliti akan mengkonstruksikan bagaimana hubungan antarpribadi sutradara dan aktor dalam menciptakan seni peran dengan analisis yang mendalam. Menurut Liser dalam (Basrowi dan Suwadi, 2008:50), pemahaman yang bersifat relatif dan dinamis terhadap suatu realitas itu diproduksi berdasarkan dunia pengalaman sebagai out of worlds. Realitas sebagai objek pemahaman disikapi sebagai lebenswelt; realitas yang makna atau esensinya mengatasi kenyataan konkretnya. Esensi atau makna realitas tersebut dipahami berdasarkan penandam reduksi, dan penentuan relasi indikatif sebagaimana terbentuk dalam dunia pengalaman peneliti. Oleh karena itu, pemahaman terhadap suatu realitas sebagao pure description tidak dapat diujikan pada kenyataan konkretnya melainkan pada ”experience unity” of sign and thing signified.

Paradigma konstruktivis bermula dari yang umum menuju yang spesifik, paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas tertampilkan dalam simbol- simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif serta pengetahuan diperoleh tidak melalui indra semata karena pemahaman mengenai makna adalah jauh lebih penting.

(Poerwandari, 2007:23). Paradigma ini lebih menekankan pada pemahaman makna pada suatu realita dari yang paling umum hingga yang paling khusus.

(3)

3.1.2. Studi Kasus

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan studi kasus dimana kasus yang akan diangkat adalah tentang bagaimana hubungan antarpribadi sutradara dan aktor dalam menciptakan seni peran. Studi kasus ialah suatu rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. (Rahardjo, 2017:3).

Dari sisi cakupan wilayah kajiannya, studi kasus terbatas pada wilayah yang sempit (mikro), karena mengkaji perilaku pada tingkat individu, kelompok, lembaga dan organisasi. Walau cakupan atau wilayah kajiannya sempit, secara substantif penelitian studi kasus sangat mendalam, dan diharapkan dari pemahaman mendalam itu dapat diperoleh sebuah komsep atau teori tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Seperti halnya jenis penelitian kualitatif lainnya, yakni fenomenologi, ernografi, etnometodologi, grounded research dan studi teks, studi kasus juga dilakukan dalam latar alamiah, holistik dan mendalam. Alamiah artinya kegiatan pemerolehan data dilakukan dalam konteks kehidupan nyata (real-life events).

Tidak perlu ada perlakuan-perlakuan tertentu baik terhadap subjek penelitian maupun konteks dimana penelitian dilakukan. Biarkan semuanya secara ilmiah.

(Rahardjo, 2017:10).

Holistik artinya peneliti harus bisa memperoleh informasi yang akan menjadi data secara komperhensif sehingga tidak meninggalkan informasi yang

(4)

tersisa. Dari data akan diperoleh fakta atau realitas. Agar memperoleh informasi yang komperhensif, peneliti tidak saja menggali informasi dari partisipan dan informan utama melalui wawancara mendalam, tetapi juga orang-irang disekitar subjek penelitian, catatan-catatan harian mengenai kegiatan subjek atau rekam jejak subjek.

Selain wawancara mendalam, ada lima teknik pengumpulan data penelitian studi kasus, yakni dokumentasi, observasi langsung, observasi terlibat (participant observation), dan artifak fisik. Masing-masing untuk saling melengkapi. Inilah kekuatan studi kasus dibanding metode lain dalam penelitian kualitatif.

Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip Mulyana (2013:201- 202), keistimewaan Studi kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday real-life)

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan subjek atau informan

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trystworyhiness)

e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang duperlukan bagi penilaian atas transferabilitas

(5)

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

3.2.1. Subjek Penelitian

Peneliti memilih infroman dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

Kriteria yang peneliti pilih harus sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Informan juga harus menguasai dalam masalah penelitian guna menjawab semua pertanyaan penelitian sesuai dengan latar belakang pengalamannya.

Subjek infroman utama dalam penelitian ini adalah pemimpin sekaligus sutradara teater koma yakni Nano Riantiarno, serta informan penukung berjumlah 2 orang dimana infroman pertama adalah aktor senior di teater koma yaitu Sari Madjid (angkatan 1978), dan informan kedua adalah aktor junior yaitu Sekar Dewantari (angkatan 2005)

3.2.2. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah Teater koma sebagai wadah bagi sutradara dan aktor-aktornya dalam menjalin hubungan dan berinteraksi sosial.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, hal itu dikarenakan tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.

(6)

Secara umum terdapat tiga macam teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.3.1. Observasi

Dalam melakukan penelitian kualitatif maka terlebih dahulu seorang peneliti melakukan observasi, hal ini berguna untuk memperoleh dan menelaah terlebih dahulu apa saja fakta penelitian dilapangan yang menarik untuk dijadikan sebuah penelitian dan juga untuk membuka wawasan mengenai masalah yang akan diteliti.

Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2014:64) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat di observasi dengan jelas.

Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi kelompok kesenian teater koma di Jakarta. Peneliti ikut menyaksikan proses latihan yang dijalankan oleh teater koma dalam sebuah rencana pertunjukkan teater. Dalam hal ini peneliti mendapatkan temuan-temuan penting yang diperlukan dalam permasalah penelitian yang diteliti.

3.3.2. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik, relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu dan dirancang untuk mempertukarkan

(7)

perilaku dan melibatkan tanya jawab. (Tubbs, 2005:40). Wawancara dilakukan secara bebas tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Sasaran wawancara adalah sutradara dan aktor-aktor teater koma.

Dalam wawancara ini peneliti menanyakan berbagai macam pertanyaan dengan tujuan menggali informasi lebih mendalam. Pertanyaan wawancara digunakan peneliti untuk menggabungkan hasil observasi agar hasil penelitian bisa lebih akurat.

3.3.3. Dokumentasi

Peneliti juga menggunakan dokumentasi sebagai bagian dasar dari teknik pengumpulan data. Dokumentasi ini bertujuan untuk pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, literatur maupun kajian kepustakaan terkait masalah yang akan diangkat dan bisa didapatkan dari buku-buku-, artikel, berita, foto, dan lain-lain..

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dokumen, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. (Sugiyono, 2009:240)

3.4. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tehnik analisis data

yang menurut Miles dan Huberman (Dalam Soeprapto, 2011 : 73-72) terdiri dari tiga komponen yaitu :

(8)

1. Reduksi data

Reduksi berasal dari kata reduce yang berarti mengurangi, atau berasal dari kata reduction yang berarti pengurangan. Dalam artian bahwa tahap ini dimaksudkan sebagai tahap pengurangan atau tahap seleksi terhadap data yang telah diperoleh peneliti. Pada tahap ini proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis selama di lapangan. Data yang direduksi tersebut sudah barang tentu data yang tidak berguna, tidak relevan, atau data yang tidak secara langsung memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan oleh para peneliti. Hal ini dirasa perlu dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian kualitatif sering kali terjadi informan atau responden yang tidak selamanya dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap yang dilakukan setelah proses pengumpulan data dinyatakan selesai atau setidak-tidaknya mendekati selesai.

Penyajian data ini merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasar kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan oleh peneliti.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan langkah dari peneliti untuk menangkap makna dari serangkaian sajian data yang dituangkan dalam bentuk kalimat yang ringkas, singkat dan padat, sehingga para pembaca menjadi mudah untuk menangkap benang merah dari uraian panjang sebuah laporan penelitian. Pada

(9)

penelitian ini selain menarik kesimpulan dari data yang tersaji, peneliti juga akan melakukan verifikasi data untuk melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan, khususnya dengan melihat keterkaitannya dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan, dan perumusan masalah yang ada.

3.5. Uji Keabsahan Data

3.5.1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzim (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai tekniik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan Sumber, metode, penyidik, dan teori.

Trianguasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan sumber data, artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang memperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

Metode triangulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan:

(1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi,

(10)

(3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,

(4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan,

(5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2017:331)

Triangulasi sumber data dipilih oleh peneliti untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini, karena pada metode ini memberikan peneliti kesempatan untuk mengoreksi kekeliruan oleh sumber data. Selain itu pada metode triangulasi sumber data ini peneliti bisa menguji data yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber lain. Adanya metode keabsahan data dengan triangulasi sumber data juga mampu memberikan peneliti gambaran yang lebih memadai atau beragam perspektif dalam mengungkap gejala yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Metode triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

Sehingga peneliti akan menggunakan triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatuinformasi yang di peroleh melalui waktu

Teknik triangulasi yang dilakukan dengan sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

(Dalam penelitian ini trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

Selain itu peneliti juga melalukan triangulasi sumber data yang sedang dilakukan untuk membandingkan dan mengecek dengan baik derajat kepercayaan suatu informasi yang

Membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan adanya informasi. Pengecekan balik derajat dapat dilakukan dengan cara: a) peneliti membandingkan data hasil

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda dalam penelitian

1) Triagulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda