• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

N/A
N/A
MinhHN

Academic year: 2023

Membagikan " Bab 1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, mengharuskan dunia pendidikan untuk selalu meningkatkan mutunya. Hal tersebut seringkali membuat pemangku kepentingan sekolah menuntut peserta didik untuk dapat memaksimalkan prestasinya di sekolah. Peserta didik juga mendapatkan dorongan dari keluarga untuk memperoleh prestasi atau capaian akademik yang sempurna. Dunia pendidikan yang semakin kompetitif ini, dapat menyebabkan tekanan psikologis bagi peserta didik hingga membuat peserta didik mengalami stres akademik. Stres akademik yang terjadi dapat dilihat dari perubahan perilaku seperti lalai dalam menyelesaikan tugas, sulit berkonsentrasi, merasa rendah diri dan tidak optimis dalam meraih prestasi akademik yang bagus. Menurut Aryani (2016) dan Karneli, dkk. (2019) dampak dari stres akan tuntutan akademik, dapat menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dan kegagalan akademik, fungsi kognitif terganggu, mengalami gangguan psikologis dan fisik yang menyebabkan prestasi dan kualitas belajar menurun, mengalami kecemasan, depresi, hingga mengganggu kesehatan mental. Tuntutan-tuntutan yang diterima oleh peserta didik tersebut tidak pernah terlepas dari faktor ketangguhan sumber daya manusia (dalam hal ini adalah peserta didik) yang merupakan output dari pendidikan.

Permasalahan yang dialami dalam lingkungan pendidikan tersebut diperlukan adanya unsur ketahanan dari diri peserta didik agar tidak terjadi peningkatan kegagalan akademik. Ketahanan dalam istilah psikologi disebut dengan resilience atau resiliensi.

Ketahanan atau resilience ini memiliki definisi sebagai kemampuan seseorang atau sekelompok orang yang memungkinkan untuk mengatasi, menghadapi, mencegah, meminimalkan bahkan menghilangkan dampak yang merugikan bagi diri sendiri dan kemampuan untuk berkembang setelah menghadapi kesulitan yang mendalam (Reivich & Shatte, 2002). Peserta didik tidak akan bisa mengatasi dampak kesulitan ataupun tantangan akademik apabila

(2)

tidak memiliki ketahanan atau resiliensi. Istilah ketahanan pada ranah pendidikan, dikenal sebagai istilah ketahanan akademik. Ketahanan akademik merupakan suatu kemampuan bagi seorang peserta didik untuk dapat mempertahankan keberhasilannya di bidang akademik. Hal ini serupa dengan pernyataan ketahanan akademik yang diartikan sebagai suatu kemampuan seorang individu untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam hal pendidikan meskipun sedang mengalami kesulitan dalam bidang akademiknya (Bustam, et al., 2021 dan Cassidy, 2016).

Ketahanan akademik juga diartikan sebagai adaptasi positif atau kecakapan yang dimiliki oleh seorang peserta didik untuk beradaptasi dalam keadaan sulit yang diterapkan dalam proses belajar (Saufi, dkk., 2022).

Ketahanan akademik yang dimiliki oleh individu dapat membantu individu tersebut untuk menyesuaikan diri ketika berhadapan dengan situasi yang sulit sehingga dapat bertahan dalam situasi yang penuh tekanan sekalipun. Ketahanan ini terbukti menjadi protektor dalam menghadapi berbagai kesulitan yang tengah dihadapi peserta didik selama masa akademik berlangsung. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rizka., dkk (2022) di sekolah menengah kejuruan memberikan hasil bahwa terdapat 12,59% peserta didik dengan tingkat resiliensi atau ketahanan akademik yang rendah dan 70,37% peserta didik yang memiliki tingkat ketahanan akademik sedang. Hal ini memberikan keterangan bahwa ketahanan akademik yang dimiliki peserta didik perlu untuk lebih ditingkatkan lagi agar mencapai pada tingkatan yang tinggi. Suwarjo (2008) mengatakan bahwa peserta didik yang tidak memiliki ketahanan akademik akan menjadikannya tidak mampu beradaptasi dan kesulitan untuk bangkit dari masalah yang dihadapi. Kemampuan adaptasi yang baik oleh peserta didik akan menghasilkan performa positif dalam hidupnya, begitupun sebaliknya peserta didik yang kemampuan adaptasinya rendah akan sulit untuk berada dalam situasi yang menyenangkan.

Dwiastuti, dkk. (2021) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan ketahanan akademik peserta didik dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam pembelajaran. Ketahanan akademik ini perlu untuk dikaji karena memiliki dampak dan manfaat pada peserta didik dalam

(3)

proses akademik dan pencapaiannya di dunia pendidikan. Ketahanan akademik mempunyai manfaat dibidang kehidupan seperti menekan pengaruh stres akademik (Kumalasari & Akmal, 2021), berkorelasi negatif terhadap kelelahan akademik atau academic burnout, membantu meningkatkan pencapain akademik meskipun mengalami trauma (Martin & Marsh, 2006) dan berkorelasi positif terhadap performa akademik (Mwangi, et al., 2015). Penelitian tentang ketahanan dalam ilmu perilaku mulai muncul sekitar tahun 1970 dan sejak saat itu, pada pertengahan tahun 1980-an semakin banyak peneliti dari berbagai ilmu yang berbeda (Wangqiong Ye, et al., 2021). Pelaksanaan penelitian mengenai ketahanan akademik ini semakin berkembang. Hal ini dikarenakan pada penelitian yang dilakukan, tidak hanya berfokus pada pengukuran tingkat ketahanan akademik peserta didik saja. Peneliti juga melakukan penelitian pada variabel yang berkaitan dengan ketahanan akademik, dampak, hingga proses yang menjelaskan bagaimana adaptasi positif dicapai.

Teori behaviorisme menyatakan bahwa belajar terjadi apabila stimulus dan respon berinteraksi untuk memengaruhi tingkah laku. Teori ini mengasumsikan bahwa peserta didik sebagai individu yang pasif dan bergantung pada stimulus dan penguat (reinforcement) yang diterimanya (Nahar, 2016) dengan demikian, perubahan tingkah laku peserta didik terjadi ketika suatu rangsangan (stimulus) dapat menghasilkan adanya tanggapan (respon) terhadap stimulus tersebut.

Stimulus ini mencakup semua jenis lingkungan belajar, baik dari dalam maupun luar diri peserta didik yang memotivasi respon peserta didik tersebut untuk belajar. Setiap tanggapan, dampak, atau akibat terhadap stimulus yang diterima oleh peserta didik disebut sebagai respon. Adanya ketahanan akademik, akan memberikan perubahan pada tingkah laku individu terutama dalam hal akademik.

Kaitannya dengan ketahanan akademik, pembentukan diri peserta didik yang resilien menurut Jowkar, et al (2014) dan Missasi (2019) terbentuk dari beberapa faktor protektif. Faktor-faktor tersebut diantaranya berupa dukungan sosial dan welas diri.

Dukungan sosial atau social support merupakan salah satu faktor yang memengaruhi ketahanan akademik. Dukungan sosial merupakan suatu bentuk

(4)

kepedulian dan keberadaan individu lain yang mengakui dan menyayangi individu lainnya. Dukungan sosial berasal hubungan sosial orang-orang terdekat (keluarga, teman sebaya, guru, lingkungan masyarakat) atau dapat juga berasal dari keberadaan individu lain yang membuat seorang individu merasa diperhatikan dan dicintai (Fatwa, 2016). Adanya hubungan antar individu ini dapat membuat individu belajar mengenai prinsip timbal balik dan adaptasi antara individu satu dengan individu lainnya. Dampak yang ditimbulkan adalah individu akan merasa lebih berharga, menekan kesedihan yang menjeratnya hingga memiliki harapan yang besar untuk keluar dari masalah. Sarafino & Smith (2011) mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk perhatian, informasi, penghargaan yang diberikan kepada seseorang oleh orang-orang yang berada disekitarnya guna membantu individu tersebut mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed, et al (2018);

Johnson (2008); dan Satyaninrum (2014) apabila individu atau peserta didik memiliki dukungan sosial yang tinggi maka dapat meningkatkan ketahanan akademik yang dimiliki. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat jelas bahwa dukungan sosial dapat memberikan pengaruh terhadap ketahanan akademik yang dimiliki masing-masing individu.

Welas diri atau self-compassion juga merupakan faktor yang memengaruhi ketahanan akademik. Welas diri dapat diartikan sebagai kebaikan yang diberikan kepada diri sendiri dengan cara tidak menghakimi diri sendiri atas kekurangan, ketidaksempurnaan, kegagalan dan mengakui bahwa masalah yang terjadi merupakan bagian dari adanya kehidupan dari individu tersebut (Neff dan McGehee, 2010). Welas diri diartikan pula sebagai wujud welas asih kepada diri pribadi yang dapat membantu individu mengendalikan emosi negatif dalam menghadapi masalah. Individu dapat memiliki ketahanan akademik yang tinggi ataupun rendah tergantung dengan welas diri yang dimilikinya. Individu yang memandang baik dirinya dan peduli terhadap dirinya, akan cenderung lebih baik dalam mengatasi masalah atau dalam hal ini adalah menghadapi tantangan akademik yang ada. Adapun penelitian yang relevan diantaranya Hasanah &

Hidayat (2017); Sofiachudairi & Setyawan (2018) menunjukkan bahwa semakin

(5)

tinggi welas diri yang dimiliki individu maka semakin tinggi pula ketahanan akademik yang ada pada dirinya.

Berdasarkan latar belakang di atas dan dikarenakan jurnal literatur mengenai ketahanan akademik dikalangan peserta didik sekolah menengah kejuruan juga masih tergolong rendah, maka penelitian ini mengkaji lebih mendalam mengenai “Hubungan Dukungan Sosial dan Welas Diri dengan Ketahanan Akademik Peserta didik Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Batik 1 Surakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Tuntutan akademik dari pihak sekolah hingga keluarga yang diterima oleh peserta didik dapat menjadikan peserta didik mengalami stres, kegagalan akademik serta berada dalam kondisi yang sulit.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif menghasilkan tekanan psikologis bagi peserta didik. Kompetisi tersebut tidak pernah terlepas dari faktor ketangguhan sumber daya manusia (dalam hal ini peserta didik) yang merupakan output dari pendidikan.

3. Peserta didik tidak akan bisa mengatasi dampak kesulitan ataupun tantangan akademik apabila tidak memiliki ketahanan atau resiliensi.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dibutuhkan untuk membatasi masalah agar dapat lebih tepat sasaran dan dapat mendalami masalah yang sedang diteliti secara spesifik. Ruang lingkup pembahasan masalah pada penelitian ini adalah pada nomor 2 dan 3, untuk mengkaji mengenai ketahanan akademik pada peserta didik jurusan akuntansi dan keuangan lembaga di SMK Batik 1 Surakarta yang dibatasi pada dua faktor, yaitu dukungan sosial dan welas diri.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka dapat diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut:

(6)

1. Apakah terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan ketahanan akademik peserta didik SMK Batik 1 Surakarta?

2. Apakah terdapat hubungan positif antara welas diri dengan ketahanan akademik peserta didik SMK Batik 1 Surakarta?

3. Apakah terdapat hubungan positif dukungan sosial dan welas diri secara bersama-sama dengan ketahanan akademik peserta didik SMK Batik 1 Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, tujuan penelitian ini untuk menguji:

1. Hubungan antara dukungan sosial dengan ketahanan akademik peserta didik SMK Batik 1 Surakarta.

2. Hubungan antara welas diri dengan ketahanan akademik peserta didik SMK Batik 1 Surakarta.

3. Hubungan dukungan sosial dan welas diri secara bersama-sama dengan ketahanan akademik peserta didik SMK Batik 1 Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian dapat memperkuat teori behaviorisme pada lingkup ketahanan akademik, dukungan sosial, dan welas diri.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai ketahanan akademik, dukungan sosial, dan welas diri.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kaji atau literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara dukungan sosial dan welas diri dengan ketahanan akademik peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini dapat digunakan untuk menanamkan ketahanan akademik pada peserta didik sehingga mempunyai ketahanan akademik yang tinggi,

(7)

menyadari arti pentingnya dukungan sosial dan memotivasi peserta didik agar bersikap baik kepada diri sendiri ketika menghadapi kegagalan atau kesulitan akademik.

b. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi program sekolah dalam mengontrol psikis peserta didik sehingga kinerja akademik peserta didik tidak akan terganggu dan sebagai acuan untuk mengambil kebijakan dalam meningkatkan ketahanan akademik peserta didik.

c. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat membantu orang tua agar memberikan dorongan dan juga pendampingan kepada anak dalam belajar.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan ketahanan akademik dalam diri peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini, dapat katakan bahwa ada perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif

Hasil analisis post-test pada kelas eksperimen (XII IPA 5) dengan jumlah 30 orang siswa menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai pada interval skor 71-74 hanya

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri di kelas X SMA Negeri 12 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran

Pada pelaksanaan proses pembelajaran, guru melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah pembelajaran TGT yang telah disusun dalam RPP berdasarkan alokasi waktu

Dari uraian tentang latar belakang masalah, kajian teori di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Aktivitas peneliti pada tahap persiapan adalah mempersiapkan materi pembelajaran, perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja siswa yang akan dipelajari siswa dalam

Oleh karena itu, untuk mengetahui keefektifan penggunaan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP, Peneliti membuat penelitian yang berjudul

Yulianti et al., 2019 10 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan Pada Siswa Di Sekolah Dasar Setiana &