• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab iv penutup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "bab iv penutup"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

72

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a. Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang telah dilekati gelar the guardian of constitution (pengawal konstitusi), the sole interpreter of constitution (penafsir tunggal konstitusi), the guardian of the democracy (pengawal demokrasi), dan the protector of the citizen’s constitutional rights (pelindung hak konstitusional warga negara) sehingga Mahkamah Konstitusi berkewajiban untuk menjaga semangat pancasila yang melekat dalam UUD NRI 1945. Terkait kewenangan advisory opinion merupakan mekanisme yang sudah diterapkan pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Keberadaan pranata ini bertujuan secara preventif untuk melindungi hak konstitusional warga negara serta menjamin mekanisme ketatanegaraan yang demokratis. Dalam konstelasi ketatanegaraan yang ada di Indonesia, maka Mahkamah Konstitusi merupakan satu-satunya kekuasaan kehakiman yang paling tepat untuk diberikan kewenangan tambahan berupa advisory opinion tersebut. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar karena Mahkamah Konstitusi merupakan langgam dari penjagaan hak konstitusional warga negara yang secara terang diatur dalam konstitusi negara.

b. Kaitanya pemberian kewenangan baru berupa advisory opinion perlu adanya pembatasan yang tegas. Hal ini sangat penting, karena pembatasan kekuasaan lembaga negara yang bersifat fundamental merupakan hal yang wajib tercermin dalam doktrin negara hukum. Adapun pembatasan tersebut ialah,

Pertama, negara harus membatasi, baik oleh undang-undang atau

(2)

73

konstitusi, siapa yang dapat meminta advisory opinion. Kedua, negara melalui undang-undang ataupun konstitusi juga harus membatasi keadaan di mana advisory opinion dapat diminta. Ketiga, Mahkamah Konstitusi tidak diperbolehkan memberikan advisory opinion berupa rumusan pasal dalam RUU.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka setidaknya terdapat dua hal yang harus dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Pertama, melakukan pengkajian kembali terkait dengan beberapa substansi yang termuat dalam konstitusi negara. Terutama ialah latar belakang dan urgensi dibentuknya Mahkamah Konstitusi. Kedua, melakukan amandemen Undang-Undang Dasar NRI 1945 dalam kaitanya menambahkan kewenangan baru berupa advisory opinion kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Sehingga keberadaan Mahkamah Konstitusi dapat menciptakan kualitas pembentukan undang-undang yang lebih baik serta dapat mewujudkan penjagaan hak konstitusional warga negara yang telah secara tegas diatur dalam konstitusi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan 1).Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam kekuasaan kehakiman dalam pengujian Undang-Undang setelah diamandemenkannya UUD 1945 telah

Sebelum melakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, hendaknya ketiga lembaga kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi

Konstitusi menyebutkan bahwa pemegang kekuasaan kehakiman adalah Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum

Dengan demikian, putusan Mahkamah Konstitusi, yang merupakan putusan hakim mengalahkan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Mahkamah Agung, di mana ketentuan

Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang merupakan penyelenggara peradilan memiliki seorang hakim yang dapat memutus dan mengadili

Selanjutnya, peluang yuridis dalam ajudikasi sebagai konsekuensi kewenangan judicial review oleh kekuasaan yudikatif melalui Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung

Galih Surya Pratama,” Kedudukan dan Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung Menurut Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,” Skripsi Universitas

sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Kekuasaan kehakiman merupakan