A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
PT. Salam Pasific Indonesia Lines (SPIL) mengawali usahanya pada tahun 1984 dengan bergerak dibidang Shipping Lines.Sekitar tahun 1996 mengembangkan usaha dari angkutan breakbulk cargomenjadi ankutan yang lebih efisien dengan menggunakan container. Dan sampai saat ini PT. Salam Pasific Indonesia Lines (SPIL) memiliki fasilitas armada sendiri sekitar 65 armada yang telah dilengkapi dengan sertifikat BKI yaitu ISM Code dan ISPS Code.
PT. Salam Pasific Indonesia Lines (SPIL) mempunyai visi menjadi perusahaan pelayaran terbaik di semua rute yang kami layani dengan cara menyediakan layanan berkualitas yang akan menciptakan nilai lebih bagi pelanggan kami serta mempunyai misi menyediakan sarana transportasi yang efisien dan efektif guna mendukung perkembangan dunia perdagangan. Kepuasan pelanggan adalah focus utama kami, yang pastidapat kami capai melalui peningkatan kualitas secara terus menerus di segala bidang, didorong oleh komitmen kami terhadap kesempurnaan, integritas dan kerjasama tim
Peneliti mendapatkan kesempatan melakukan prakter layar di salah satu kapal PT.Salam Pasific Indonesia Lines (SPIL).Pada tanggal 19 Agustus 2017 peneliti telah onboard dari pelabuhan Berlian Utara Surabaya di KM.Pulau Hoki dengan data:
1. Ship’s Name : MV. Pulau Hoki (ex Hong Pu 65)
2. Call Sign : PMOV
3. Nationality : Indonesia 4. Port of Registry : Jakarta
5. Owner : PT. SPIL
6. MMSI Number : 525015391
7. Official Number : GT. 6279 No. 2437/Ka 8. Type of Vessel : Container Ship
9. Container Capacity : -484 Ts
10. Construction : Single Deck, 3 Hatches Ponton System
11. Maker : JIANGHAI SHIPYARD CO.LTD-China
12. Delivery : 10 November 2008 13. DWT/GRT/NRT : 9200/6285/3583 ton 14. LOA/LBP : 120,975/114,0 Meter 15. Breadth moulded : 20,80 Meter
16. Depth moulded : 8.00 Meter 17. Maximum S. Draft : 6,15 Meter 18. Service Speed : 11.0 knot
19. Class : BKI
20. Main Engine : GUANGZHOU DIESEL, 2 Unit @ 2060 KW/2800
21. Auxiliary Engine : YICHAI ZIBO, 2 Unit @ 250 KW/448 HP 22. Emergency Generator : CUMMINS MARATHON, 64 KW
23. Cargo Crane : 2 Unit, SWL 30 T & 50 T
Gambar 4.1 KM. Pulau Hoki
Sumber : Foto dari Smartphone
Gambar 4.2 Radar JRC
Sumber : Foto dari Smartphone 24. FO/DO Tank Capacity : 260,6 Ton / 37,24 Ton
25. Anchor Chain : Starboard-9 Shackle, Port-7 Shackle 26. Life Boat : 2 Unit, 2 x 20 Persons
27. Inflatable Life Raft : 3 Unit, 2 x 20 Persons, 1 x 15 Persons
Untuk menunjang keselamatan saat berlayar KM. Pulau Hoki dilengkapi alat navigasi yang berupa radar merek JRC model NCD- 4263 dengan serial No. LB-42651 dan koden type MRD-100 dengan serial No. 10011525.
Alur yang di lalui KM. Pulau Hoki sebagian besar memasuki sungai atau alur pelayaran sempit seperti Samarinda, Merauke, Timika.
Sehingga membutuhkan alat bantu navigasi berupa Radar dan metode EBL dan VRM, contohnya seperti alur memasuki pelabuhan Palaran di Samarinda. Alur pelayaran tersebu tcukup ramai akan traffic keluar masukTug Boat narik Tongkang dan perahu nelayan serta memasuki alur selalu pada saat situasi gelap karena tergantung dengan pasang surut air.
Gambar 4.4 Tabel Pasang Surut
Sumber : Foto dari Smartphone Gambar 4.3 Radar Koden
Sumber : Foto dari Smartphone
B. HASIL PENELITIAN
Setelah melaksanakan praktek layar selama 12 bulan di KM.Pulau Hoki berikut hasil temuan penelitian yang didapat :
1. Kondisi Radar
Radar merek JRC model NCD-4263 dengan tipeLB-42651 dan koden type MRD-100 dengan serial No. 10011525 ini adalah radar yang sudah cukup lama digunakan. Sudah mumpuni disaat digunakan akan tetapi masih belum canggih karena masih belum tersambung dengan gyro compass, dan ais, radar ini hanya tersambung dengan GPS sehingga jika mau mengetahui nama kapal apa yang ada di sekitar kita harus melihat di AIS (Automatic Information System).
2. Penerapan EBL dan VRM
Pada saat memasuki alur pelayaran sempit seperti di Sungai Mahakam saat kapal akan sandar di TPK Palaran samarinda, dengan alur yang sempit dan ramai akan kapal tugboat yang narik tongkang serta kedalaman sungai yang dangkal. Karena kondis perairan dangkal, saat mau masuk harus menunggu air pasang dan sesuai dengan darft kapal. Air pasang sebagian besar saat dini hari dan sore menjelang malam, kondisi ini mengakibatkan kapal olah gerak saat gelap dengan visualisasi terbatas. Kondisi seperti ini sangat menyulitkan para mualim jaga, di tambah hampir semua kapal tugboat tidak ada AIS (Automatic Information System) yang sulit untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi tugboat tersebut.
Penggunaan radar dengan metode EBL (Electronic Bearing Line) dan
VRM (Variable Range Marker) sangat menbantu untuk mengatur jarak aman dan memonitor kapal lain. Dengan penggunaan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) kita dapat mengetahui pergerakan kapal lain dan mengatur jarak aman serta dengan metode EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) bisa membuat parallel indeks .
C. PEMBAHASAN
1. Penerapan EBL dan VRM
Berdasarkan fakta yang ditemukan di atas KM. Pulau Hoki bisa disimpulkan bahwa mualim jaga di KM. Pulau Hoki menerapkan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit
2. Pengaruh penerapan EBL dan VRM
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika
Gambar 4.5 Tampilan VRM dan EBL pada Radar
Sumber : Foto dari Smartphone
berlayar pada alur pelayaran sempit terhadap keselamatan pelayaran, penulis membuat kuesioner yang ditujukan kepada perwira jaga dengan penilaian pertannyaan dengan rentang nilai 1 sampai dengan 5.
No. INDIKATOR PERTANYAAN NILAI
1 2 3 4 5 1 penerapan Paham dan mengetahui tentang
radar
2 Mengerti dan memahami
prosedur pengoperasian radar 3
Selalu menggunakan radar saat memasuki alur pelayaran
sempit
4
Mengerti fungsi dari setiap
menu di radar
5
Mampu menentukan posisi
menggunakan radar
6
Seberapa penting radar dalam
pengoperasian kapal
7
Seberapa paham tentang
metode VRM dan EBL
8
Selalu menggunakan metode VRM dan EBL saat memasuki
alur pelayaran sempit
9
Mengetahui tentang baringan
membesar dan mengecil 10
VRM dan EBL dapat
memonitor pergerakan kapal di
sekeliling
11
VRM dan EBL dapat
menentukan jarak aman kapal 12
Apakah VRM dan EBL sangat membantu Pengoperasian kapal
di alur pelayaran sempit
Dari Kuesioner yang telah di isi oleh responden penulis telah mendapatkan hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.1 Kuesioner
RESPONDEN PERTANYAAN
TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 51
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47
3 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 57
4 4 4 5 3 4 4 5 5 4 5 4 5 52
Setelah melihat hasil responden terhadap kuesioner, dapat diketahui penilaian terhadap pengaruh penerapan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit terhadap keselamatan pelayaran. Dari setiap responden dapat dilihat prosentasinya dengan rumus : 𝑝 = 𝑓
𝑚𝑥100 𝑝 = prosentase 𝑓 = frekuensi 𝑚 = skor maksimal
Dimana skor maksimalnya, 𝑚= nila maksimal 𝑥 jumlah pertanyaan, jadi 𝑚 = 5𝑥12 hasilnya 60, maka
𝑝 = 𝑓
𝑚𝑥100
𝑝1 =51 60𝑥100 𝑝1 = 85%
𝑝2 =47 60𝑥100 𝑝2 = 78,33%
𝑝3 =57 60𝑥100 Tabel 4.1 Hasil Kuesioner
𝑝3 = 95%
𝑝4 =52 60𝑥100 𝑝4 = 86,7%
Kemudian ke empat prosentase responden dibuat rata rata yang mempunyai hasil 86,25 %. Maka penerapan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit terhadap keselamatan pelayaran mempunyai pengaruh yang tinggi dengan nilai sebesar 86,25 %.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisa data serta pembahasan dapat di simpulkan:
1. Mualim jaga di KM. Pulau Hoki menerapkan metode EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit.
2. Penggunaan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit memiliki pengaruh sebesar 86,25% tehadap keselamatan pelayaran, hal ini sangat membantu untuk kegiatan pengoperasian kapal bagi mualim jaga.
B. SARAN
Setelah membahas fakta-fakta dari permasalahan yang telah dibahas ada beberapa saran yang perlu untuk diutarakan agar penggunaan radar dengan metode VRM (Variable Range Marker) dan EBL (Electronic Bearing Line) saat memasuki alur pelayaran sempit, saran-saran tersebut adalah:
1. Kepada pihak perusahaan agar membuat peraturan yang menekankan untuk menggunakan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit.
2. Kepada Nakhoda diharapkan mengintruksikan Mualim dan memberi penjelasan tentang penggunaan EBL (Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) ketika berlayar pada alur pelayaran sempit.