• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX LIPER

N/A
N/A
Hotna Purba

Academic year: 2025

Membagikan "BAB IX LIPER"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX

PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN DEPLESI SUMBER-SUMBER ALAM

Menurut prinsip akuntansi Indonesia prinsip 2.3, “Pembebasan yang tepat harus dilakuakn untuk penyusutan dan deplesi atas aktiva tetap dan amortisasi atas biaya yang ditangguhkan”. Jadi penyusutan adalah merupakan program pembebanan biaya secara sistimatis atas harga perolehan aktiva tetap selama umur penggunaan.

Penyusutan disebabkan karena :

- Keausan aktiva tetap karena penggunaan.

- Ketinggalan jaman.

- Kerusakan.

Yang sering disalah tafsirkan ialah bahwa penyusutan disebabkan karena menurunnya harga pasar. Dalam menetapkan program pembebanan harga perolehan aktiva tetap melalui program penyusutan harus dipertimbangkan 3 faktor, yaitu :

- Harga Perolehan

Adalah semua pengeluaran yang diperlukan dalam rangka memperoleh aktiva tetap sampai aktiva tetap berfungsi. Termasuk pengeluaran-pengeluaran selama kepemilikan yang harus dikapitalisir karena pengeluaran tersebut mempunyai manfaat di masa mendatang.

- Nilai Residu

Nilai residu aktiva tetap adalah jumlah yang diharapkan bisa diperoleh pada waktu aktiva tetap habis masa penggunaannya.

- Masa Penggunaan

Aktiva tetap secara fisik mempunyai umur yang terbatas. Terbatasnya umur penggunaan ini disebabkan :

- Keausan

- Ketinggalan jaman - Kerusakan

Keausan adalah suatu proses yang tidak bisa dihindarkan dan ini sebagian besar disebabkan pemakaian. Ketinggalan jaman adalah karena kemajuan teknologi sehingga muncul model-model baru yang mempunyai kapasitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan model-model lama menjadi ketinggalan jaman.

(2)

Kerusakan adalah suatu proses yang kadang-kadang tidak bisa dihindarkan yang disebabkan pemakaian yang kurang teratur, pemeliharaan yang tidak semestinya dan sebagainya, yang semua itu sangat berpengaruh terhadap masa penggunaan aktiva tetap.

A. CARA MENCATAT PENYUSUTAN

Sebagaimana telah dibicarakan di muka, bahwa penyusutan adalah merupakan program pembebanan biaya aktiva tetap secara periodik oleh karena itu pencatatan penyusutan aktiva tetap adalah dengan mendebet rekening penyusutan sebagai rekening biaya.

Sedangkan kreditnya adalah rekening akumulasi penyusutan. Rekening ini adalah rekening lawan terhadap aktiva tetap yang bersangkutan. Dengan menggunakan rekening akumulasi penyusutan sebagai rekening lawan terhadap aktiva tetap, maka harga perolehan aktiva tetap bersangkutan selalu tampak di dalam neraca. Menurut prinsip-prinsip akuntansi Indonesia prinsip 3.3. : “Untuk aktiva yang dapat disusutkan harus dilakukan penyusutan yang layak atas beban biaya dikurangi dengan nilai aktiva yang sudah tidak dipergunakan harus dinyatakan sebagai pengurangan dari aktiva tetap”.

Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Penyusutan XX

Akumulasi Penyusutan XX

B. METHODE PENYUSUTAN

Ada beberapa methode penyusutan yang dipakai, di antaranya adalah : 1. Methode garis lurus

2. Methode Sum of the year digits 3. Presentase tetap dari nilai buku 4. Methode jam penggunaan 5. Methode produksi

6. Methode grup

7. Methode comprosite.

(3)

1. Methode Garis Lurus

Methode garis lurus adalah methode pembebanan biaya selama masa penggunaan dengan membagi sama secara periodik. Methode ini beranggapan bahwa aktiva tetap mempunyai jasa yang sama selama umur penggunaannya.

Pembebanannya tidak mempertimbangkan perubahan-perubahan produksi dan efisiensi. Methode ini mempunyai kebaikan karena sederhana dan mudah :

Rumus : D = C – S n

D = Penyusutan periodik C = Cost (harga perolehan) S = Setiap (nilai residu) n = Masa penggunaan Contoh :

Sebuah mesin mempunyai harga perolehan Rp. 10.000,-. Diduga mempunyai umur penggunaan 10 tahun dan nilai residu Rp. 500,-

Penyusutan pertahun = 10.000,- - 500,- = 950,- 10

Sehingga program pembebanan biaya aktiva tetap menjadi sebagai berikut :

Akhir Debet Penyusutan Akumulasi Nilai

Tahun Kredit Ak Penyusutan Penyusutan Buku

1 Rp. 950.- Rp. 950,- Rp. 10.000,-

2 Rp. 950.- Rp. 1.900,- Rp. 9.050,-

3 Rp. 950,- Rp. 2.850,- Rp. 8.100,-

4 Rp. 950,- Rp. 3.800,- Rp. 6.200,-

5 Rp. 950,- Rp. 4.750,- Rp. 5.250,-

6 Rp. 950,- Rp. 5.700,- Rp. 4.300,-

7 Rp. 950,- Rp. 6.650,- Rp. 3.350,-

8 Rp. 950,- Rp. 7.600,- Rp. 2.400,-

9 Rp. 950,- Rp. 8.550,- Rp. 1.450,-

10 Rp. 950,- Rp. 9.500,- Rp. 500,-

(4)

2. Methode Sum of the year digits

Methode ini menimbulkan pembebanan biaya penyusutan semakin rendah.

Menurunnya beban penyusutan ini berbanding menurut perbandingan tertentu.

Perbandingan ini diperoleh dari angka tahun yang terbalik : Denominator.

Denominator = [(n + 1) : 2] x n Contoh :

n = masa penggunaan = 10 tahun.

Denominator = [(10 + 1) : 2] x 10 = 55.

Maka perbandingan tersebut untuk masing-masing tahun menjadi sebagai berikut :

Tahun pertama 10/55

Tahun kedua 9/55

Tahun ketiga 8/55

Tahun keempat 7/55

Tahun kelima 6/55

Tahun keenam 5/55

Tahun ketujuh 4/55

Tahun kedelapan 3/55

Tahun kesembilan 2/55

Tahun kesepuluh 1/55

Sehingga program pembebanan penyusutan aktiva tetap menjadi sebagai berikut :

Akhir Debet Penyusutan Akumulasi Nilai

Tahun Kredit Akumulasi Penyusutan Buku Rp.

Penyusutan Rp.

1. (10/55 X 10.000-500) = Rp. 1.727,27 1.727,27 8.272,73 2. 9/55 X 9.500 = Rp. 1.554,55 3.281,82 6.718,18

3. 8/55 X 9.500 = Rp. 1.381,82 4.663,64 5.336,36

4. 7/55 X 9.500 = Rp. 1.209,09 5.872,73 4.127,27

5. 6/55 X 9.500 = Rp. 1.036,36 6.909,09 3.090,91

6. 5/55 X 9.500 = Rp. 836,64 7.772,73 2.227,27

7. 4/55 X 9.500 = Rp. 690,91 8.463,64 1.536,36

8. 3/55 X 9.500 = Rp. 518,18 8.981,82 1.018,18

(5)

9. 2/55 X 9.500 = Rp. 345,45 9.327,27 672.73

10.1/55 X 9.500 = Rp. 172,73 9.500,- 500,-

Rp. 9.500,-

3. Prosentase Tetap dari Nilai Buku

Seperti halnya methode nomor dua diatas, methode ini juga menunjukkan pembebanan yang menurun, sebagai angka pembanding di sini adalah prosentase tetap. Tarif penyusutan ditetapkan dengan mengalikan prosentase tersebut dengan nilai bukunya. Karena nilai buku setiap periode menurun, maka semakin periodenya bertambah, penyusutan semakin rendah.

Contoh :

Apabila ditetapkan bahwa prosentase penyusutan adalah 20% maka program pembebanan penyusutan aktiva tetap menjadi sebagai berikut :

Akhir Debet Penyusutan Akumulasi Nilai

Tahun Kredit Akumulasi Penyusutan Buku Rp.

Penyusutan Rp. 10.000,-

1. 20% X 10.000 = Rp. 2.000,- 2.000,- 8.000

2. 20% X 8.000 = Rp. 1.600,- 3.600,- 6.400

3. 20% X 6.400 = Rp. 1.280,- 4.880,- 5.120

4. 20% X 5.120 = Rp. 1.024,- 5.904,- 4.096

5. 20% X 4.096 = Rp. 819,20,- 6.723,20,- 3.276,80

6. 20% X 3.276,80 = Rp. 655,36,- 7.378,56,- 2.621,44 7. 20% X 2.621,44 = Rp. 524,29,- 7.902,85,- 2.097,15 8. 20% X 2.097,15 = Rp. 419,43,- 8.322,28,- 1.677,72 9. 20% X 1.677,72 = Rp. 335,54,- 8.657,82,- 1.342,18 10.20% X 1.342,18 = Rp. 268,44,- 8.926,26,- 1.073,74

Rp. 8.926,26

4. Methode Jam Penggunaan

Methode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap adalah suatu tumupukan jam kerja. Jadi membeli aktiva tetap, berarti membeli tumpukan jam kerja aktiva tersebut. Tumpukan jam kerja ini setiap kali dilepaskan apabila aktiva tetap tersebut memberikan jasanya berupa jam penggunaan. Dengan

(6)

demikian penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah jam yang dipakai.

Harga perolehan aktiva tetap dibagi dengan jumlah penggunaan yang ditaksir menunjukkan tarip penyusutan per jam penggunaan.

Rumus : Tarip Penyusutan per jam = C – S n C = Cost (harga perolehan)

S = Scrap (nilai residu)

n = Jumlah jam penggunaan selama masa penggunaan.

Misal : mesin yang mempunyai harga perolehan Rp. 10.000,- dan nilai residu Rp.

500,- ditaksir bisa digunakan selama 20.000 jam.

Tarip Penyusutan = Rp.10.000,- - Ro.500,- = Rp. 0,47 per jam 20.000 jam

Apabila dalam bulan Maret mesin tersebut digunakan selama 300 jam, maka penyusutan untuk bulan Maret adalah :

300 X Rp.0,475 = Rp, 142,5

Dengan demikian penyusutan untuk satu periode tertentu tergantung dari pada jumlah jam penggunaan mesin. Sehingga program pembebanan penyusutan aktiva tetap menjadi sebagai berikut :

Akhir Jam Debet Penyusutan Akumulasi Nilai

Tahun Penggunaan Kredit Akumulasi Penyusutan Buku

1. 1.500 jam 1.500 X 0.475=712.50 712,50 9.287,50

2. 2.500 jam 2.500 X 0.475=1.187,50 1.900,- 8.100

3. 2.500 jam 2.500 X 0.475=1.187,50 3.087,50,- 6.912,50

4. 2.000 jam 2.000 X 0.475= 950,- 4.037,50,- 5.962,50

5. 1.500 jam 1.500 X 0.475=712,50 4.750,- 5.250

6. 1.500 jam 1.500 X 0.475=712,50 5.462,50,- 4.537,50

7. 3.000 jam 3.000 X 0.475=1.425 6.887,50,- 3.112,50

8. 2.500 jam 2.500 X 0.475=1.185,50 8.075,- 1.925

9. 2.000 jam 2.000 X 0.475= 950,- 9.025,- 975

10. 1.000 jam 1.000 X 0.475= 475,- 950,- 500

20.000 jam 9.500,-

Daftar di atas adalah dengan anggapan bahwa 20.000 jam akan dihabiskan dalam jangka waktu 10 tahun.

(7)

5. Methode Produksi

Methode ini berdasarkan suatau anggaran bahwa aktiva tetap adalah suatu tumpukan dari jumlah produksi yang bisa dihasilkan. Jadi membeli aktiva tetap, berarti membeli tumpukan jasa yang bisa memberikan sejumlah hasil produksi tertentu. Dengan demikian penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Harga perolehan aktiva tetap dibagi dengan jumlah kemampuan produksi yang ditaksir menunjukkan tarip penyusutan persatuan produksi.

Rumus : Tarip Penyusutan persatuan = C – S n Apabila n = 2.500.000 satuan

Maka :

Tarip penyusutan/1.000 satuan = Rp. 10.000 – Rp. 500 = Rp. 3,80

2.500

Apabila dalam bulan Maret diproduksi 100.000 satuan, maka penyusutan menjadi :

100.000 X Rp. 3,80 = Rp. 3,80 1.000

Dengan demikian penyusutan untuk satu periode tertentu tergantung dari pada jumlah satuan produksi yang dihasilkan. Sehingga program pembebanan penyusutan aktiva tetap menjadi sebagai berikut :

Akhir Jam Debet Penyusutan Akumulasi Nilai

Tahun Penggunaan Kredit Akumulasi Penyusutan Buku

1. 80.000 80 X 3,80 = 304 304 10.000

2. 250.000 250 X 3,80 = 950 1.254 9.696

3. 400.000 400 X 3,80 = 1.520 2.774 8.746

4. 320.000 320 X 3,80 = 1.216 3.990 7.226

5. 440.000 440 X 3,80 = 1.672 5.662 6.010

6. 360.000 360 X 3,80 = 1.368 7.030 4.338

7. 280.000 280 X 3,80 = 1.064 8.094 2.970

8. 210.000 210 X 3,80 = 798 8.892 1.906

9. 120.000 120 X 3,80 = 456 9.348 1.106

10. 40.000 40 X 3,80 = 152 9.500 500

2.500.000 Rp. 9.500

(8)

Daftar di atas adalah dengan anggapan bahwa produksi 2.500.000 satuan akan dihasilkan selama 10 tahun.

6. Methode Grup dan Composite

Methode penyusutan yang telah dibicarakan di atas adalah penyusutan yang diterapkan secara individuil (sendiri-sendiri). Tetapi kadang-kadang penyusutan secara sendiri-sendiri sulit diterapkan berhubung komponen dari pada aktiva tetap terdiri dari satuan-satuan kecil. Untuk aktiva semacam ini lebih baik dipakai methode grup atau composite.

a. Methode Grup

Methode ini bisa diterapkan dengan syarat : - Dibeli dalam waktu yang sama

- Merupakan satuan-satuan kecil

- Diharapkan mempunyai umur penggunaan yang sama

Dalam kenyataan sering terjadi bahwa masing-masing item mempunyai unsur penggunaan yang berbeda. Bila terjadi penyisihan aktiva tetap sebelum waktu yang telah diterapkan semula, maka rekening akumulasi penyusutannya didebet sebesar harga perolehan aktiva yang disisihkan, dengan demikian tidak ada pengakuan keuntungan. Apabila dalam penyisihan ini bisa diperoleh nilai sisanya misal berupa uang dari hasil penjualan, maka rekening akumulasi penyusutan didebet sebesar selisih harga perolehan dengan nilai yang bisa direalisir. Ketentuan ini berlaku apabila saldo rekening akumulasi penyusutannya masih cukup untuk bisa didebet, dengan kata lain tidak menimbulkan saldo debet di dalam rekening akumulasi penyusutan.

b. Methode Composite

Apabila aktiva kecil-kecil ini tidak memiliki umur penganggunaan yang sama, maka bisa dipakai methode composite. Methode ini tetap menghendaki tarip penyusutan rata-rata untuk grup aktiva tetap.

(9)

Cara penetapannya sebagai berikut :

Aktiva Harga Nilai Dasar yang Masa penggunaan Penyusutan Perolehan Residu disusut yang ditaksir Pertahun

A 2.000 120 1.880 4 tahun 470

B 6.000 300 5.700 6 tahun 950

C 12.000 1.200 10.800 10 tahun 1.080

20.000 1.620 18.880 2.500

Dengan demikian tarip penyusutan rata-rata adalah : 2.500 X 100% = 12,5%

20.000

Dengan kata lain aktiva tetap tersebut memiliki umur rata-rata : Rp. 18.380 : Rp.2.500 = 7,35 tahun.

Apabila terjadi penjualan sebagian aktiva tetap, maka aktiva tetap dikredit sebesar harga perolehannya dan rekening akumulasi penyusutannya didebet sebesar selisih antara nilai yang bisa diperoleh dengan harga aktiva tetap yang disisihkan.

C. DEPLESI SUMBER-SUMBER ALAM

Sumber-sumber alam apabila diexploitasi maka secara fisik nilai potensial dari pada aktiva tetap tersebut akan berkurang. Misalnya tambang minya, tambang batu bata, tambang biji besi, tambang perak dan lain-lain. Pengurangan secara fisik ini dengan sendirinya merupakan pengurangan nilai potensial sumber alam tersebut. Pengurangan nilai ini disebut sebagai deplesi.

Perbedaan antara penyusutan aktiva tetap dengan deplesi sumber-sumber alam adalah sebagai berikut :

- Penyusutan hanya diperlakukan terhadap aktiva tetap berwujud, sedangkan deplesi diterapkan untuk sumber-sumber alam.

- Deplection diakui sebagai biaya produksi dan secara langsung (fisik) menjadi bagian dari pada hasil produksi, tetapi tidak menjadi bagian dari pada hasil produksi secara fisik.

- Deplesi secara fisik tidak bisa diganti, tetapi penyusutan secara fisik bisa diganti.

Deplesi selalu melekat sebagai bagian dari pada hasil produksi apabila hasil produksi ini dijual maka deplesi akan menjadi bagian dari pada harga pokok penjualan dan apabila hasil produksi belum dijual maka akan menjadi bagian dari pada barang jadi yang belum dijual tersebut (persediaan). Deplesi selalu

(10)

menggunakan methode produksi. Tarip per satuan produk bisa diperoleh dengan membagi harga perolehan tambang dengan nilai potensial sumber- sumber alam tersebut. Harga perolehan tambang adalah harga beli dari pada tanah yang mengandung sumber-sumber alam tersebut. Nilai potensial tambang adalah isi tambang yang ditaksir.

Contoh : 1.

Tanah yang berisi sumber alam pada tahun 1977 dinilai dengan harga Rp.

550.000.000. Apabila tanah tersebut telah habis bahan tambangnya diperkirakan bisa dijual dengan harga sebesar Rp. 25.000.000. Diperkirakan tambang berisi 1.000.000 ton. Tahun 1977 menghasilkan 80.000 ton.

Tarip deplesi per-ton = Rp. 550.000.000 – Rp. 25.000.000 1.000.000

= Rp. 525/ton Deplesi untuk tahun 1977 :

80.000 ton X Rp. 525 = Rp. 42.000.000

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperlancar operasi penambangan harus ikut dideplesi, misalnya : pembangunan jalan, pembangunan jembatan dan lain- lain.

Akuntansinya :

Deplesi Rp. 42.000.000

Akumulasi deplesi Rp. 42.000.000

Biaya-biaya yang lain seperti tenaga kerja langsung dan biaya over head pabrik dicatat sebagai biaya produksi dan apabila hasil produksi dijual menjadi harga pokok hasil produksi yang dijual sama halnya dengan beban deplesi.

Sebenarnya deplesi bisa di-indentifikasikan sebagai harga bahan buku yang dibeli. Apabila diadakan pembangunan dan pengembangan daerah tambang sedemikian sehingga taksiran yang pernah dibuat pada awal operasi menjadi keliru, maka mulai saat itu tarip deplesi harus ditetapkan lagi, jadi tidak bolehh ada koreksi untuk periode-periode sesudahnya terhadap deplesi yang telah dijalankan. Suatu hal yang penting ialah apabila diatas tanah tersebut terdapat bangunan-bangunan pabrik, bangunan kantor dan rumah-rumah karyawan, maka atas aktiva-aktiva tetap ini apabila diperkirakan mempunyai umur yang lebih pendek dari pada umur tambang, maka harus diadakan penyusutan

(11)

dengan tarip terpisah, tetapi apabila diperkirakan mempunyai umur yang lebih panjang dari pada umur tambang, maka penyusutan ditetapkan dengan methode yang sama dengan methode produksi, dengan alasan bahwa walaupun gedung- gedung pabrik, kantor dan rumah karyawan masih ada tetapi apabila tambang telah habis bangunan-bangunan tersebut sudah tidak berfungsi terutama untuk tambang-tambang yang beralokasi didaerah terpencil seperti gunung-gunung dan hutan.

Contoh : 2.

Lihat contoh 1, pada tahun kedua ditambah biaya-biaya untuk memperlancar operasi sebesar Rp. 52.500.000 dan sesudah tahun kedua diperkirakan tambang masih berisi 950.000 ton.

Tarip deplesi menjadi sebagai berikut :

Nilai Tambang pada Awal Tahun Kedua Harga perolehan pada tahun pertama

Rp. 550.000.000 – Rp. 25.000.000 = Rp. 525.000.000

Biaya tambahan Rp. 52.500.000

Deplesi tahun pertama Rp. 577.500.000

Rp. 42.000.000 Rp. 535.500.000 Nilai Potensial Tambang pada Awal Tahun Kedua

Jumlah yang ditambang pada tahun kedua 100.000 ton Jumlah yang ditaksir sesudah tahun kedua 950.000 ton Jumlah yang diperkirakan pada awal tahun kedua 1.050.000 ton Tarip deplesi = Rp. 535.000.000 = Rp. 510/ton

1.050.000

Deplesi tahun kedua = Rp. 510 X 100.000 ton = Rp. 51.000.000 Jumlah pada tahun kedua

Deplesi Rp. 51.000.000

Akumulasi deplesi Rp. 51.000.000 Contoh : 3.

(12)

Lihat contoh 1, gedung pabrik, gedung kantor dan rumah-rumah karyawan dibangun dengan biaya Rp. 25.000.000 dan diperkirakan bangunan-bangunan tersebut bisa digunakan sampai tambang habis.

Tarip penyusutan Rp. 25.000.000 = Rp. 25/ton 1.000.000

Jadi penyusutan untuk tahun pertama :

= Rp. 25 X 80.000 ton = Rp. 2.000.000,- Jurnal :

Penyusutan bangunan Rpp. 2.000.000

Akumulasi penyusutan bangunan Rp. 2.000.000 Penyajian Sumber Alam didalam Neraca pada Akhir tahun 1977.

Sumber Alam Rp. 550.000.000

Akumulasi Deplesi Rp. 42.000.000

Rp. 508.000.000

SOAL-SOAL LATIHAN

9.1 Sebuah truk dibeli pada tanggal 1 Januari 1976 dengan harga Rp. 5.000.000,- Truk ditaksir berumur 3 Tahun dengan nilai residu Rp. 500.000,-

Tentukanlah penyusutan selama 3 tahun methode-methode : 1. Garis Lurus

2. Sum of the Year Digit

3. Prosentase tetap dari nilai buku.

9.2 Mesin yang dibeli perubahan ABC pada tangga; 1 Maret 1977 adalah sebagai berikut :

Harga Nilai Residu Masa penggunaan

Perolehan yang ditaksir yang ditaksir

Mesin 101 Rp.27.000 Rp.6.000 6

Mesin 102 Rp.10.000 Rp.1.000 8

Mesin 103 Rp.1.000 Rp.400 8

Mesin 104 Rp.9.000 Rp.850 10

Mesin 105 Rp.3.500 Rp. Nol 10

1. Tentukanlah penyusutan selama masa penggunaan dengan menggunakan methode-methode sebagai berikut :

a. Grup

(13)

b. Composite

2. Buatlah jurnal yang diperlukan pada tanggal 31 Desember 1977.

9.3 Sebuah perusahaan tambang pada tahun 1976 membeli tanah yang mengandung bahan tambang 2.000.000 ton. Tanah itu apabila tambang telah habis diambil masih bisa dijual dengan harga Rp. 37.500.000. Biaya pengembangan daerah tambang sebelum dioperasikan ialah Rp. 55.000.000.

Gedung-gedung pabrik, kantor dan rumah karywan dibangun dengan biaya Rp.

7.500.000. Bangunan-bangunan itu diharapkan bisa digunakan selama tambang masih ada. Operasi penambangan baru dimulai pada tanggal 1 Januari 1977. Pada tahun 1977 ditambang sebanyak 600.000 ton. Selama tahun 1978 hanya 400.000 ton. Tentukanlah deplesi untuk tahun-tahun 1976, 1977 dan 1978.

9.4. Sebuah perusahaan tambang dibentuk pada 2 Januari 1977. Untuk keperluan ini perusahaan mengeluarkan 80.000 lembar saham biasa dengan harga pari Rp. 50.000 per lembar. Pada tanggal terjual 20.000 lembar dengan harga pari, sisa saham ditukar dengan tanah yang mengandung bahan tambang 800.000 ton dan ditaksir berharga Rp. 3.000.000.000,-. Selama tahun 1977 tambang dibangun dengan biaya sebesar Rp. 450.000.000,-. Gedung-gedung pabrik, kantor dan rumah-rumah karyawan dengan biaya Rp. 99.000.000. Selama tahun 1977 berhasil ditambang 50.000 ton. Pada tanggal 31 Desember masih terdapat 4.000 ton yang masih belum terjual. Harga jual pada tahun 1977 adlah sebesar Rp. 16.000 per ton. Biaya-biaya yang dibayar selama tahun 1977 tidak termasuk deplesi dan penyusutan :

Biaya operasi Rp. 151.750.000

Biaya pengangkutan Rp. 15.000.000 Biaya administrasi & umum Rp. 12.800.000

Bangunan-bangunan gedung pabrik, kantor dan rumah karyawan diperkirakan bisa digunakan selama tambang teroperasi. Buatlah laporan Laba Rugi untuk periode tahun 1977 dan posisi Sumber-sumber Alam, gedung-gedung dan persediaan dalam neraca per 31 Desember 1977.

Referensi

Dokumen terkait

Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama sepanjang umur aset. Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan tergantung dari

Equiptment mempunyai umur ekonomis 8 tahun, metode penyusutan Garis Lurus, nilai residu ditaksir sebesar Rp.17.000.000,- Penyusutan diperhitungkan dan dicatat setiap bulan

Equiptment mempunyai umur ekonomis 8 tahun, metode penyusutan Garis Lurus, nilai residu ditaksir sebesar Rp.17.000.000,-Penyusutan diperhitungkan dan dicatat setiap bulan

Dalam penyusutan aktiva tetap dengan metode satuan hasil produksi, beban penyusutan ditetapkan berdasarkan jumlah output yang dihasilkan oleh aset pada periode

XXX, perubahan strategi teknologi informasi jangka panjang yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan diperkirakan dapat mendatangkan nilai negatif dimasa yang akan

Penyusutan, jika aset ijarah tersebut disusutkan atau diamortisasikan maka penyusutan atau amortisasinya diperlukan sama untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (uur

Menggambar segi tujuh beraturan yang diketahui R lingkaran luarnya dan yang ditentukan panjang sisinya (methode panjang sisi) menggunakan peralatan gambar

alat/mesin sdh tidak mempunyai nilai lagi alat/mesin sdh tidak mempunyai nilai lagi Perhitungan biaya penyusutan umur ekonomis.. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa