I PENDAHULUAN
Bahasa Bali (BB) dan Bahasa Jepang (BJ) meskipun berasal dari satu rumpun yang sama (rumpun Austronesia), kedua bahasa tersebut memiliki sistem bahasa yang sangat berbeda. BB memiliki struktur kalimat umum berupa SPO sedangkan BJ memiliki SOP, susunan frase DM, dan masih banyak lagi perbedaan yang lainnya. Akan tetapi, meskipun BB dan BJ memiliki perbedaan, karena emosi sifatnya universal, peneltian ini mencoba menganalisis perbedaan ataupun persamaan persepsi terutama mengenai konsep kemarahan dalam budaya Bali dan budaya Jepang menggunakan teori metafora konseptual. Berikut data ungkapan kemarahan yang ditemukan dalam BB dan BJ.
Data BB: getih ngedidih
„ „darah mendidih (marah)‟
Data BJ: Harawata ga niekurikaeru „isi perutnya mendidih (marah)‟
Kedua data di atas meskipun menggunakan bentuk bahasa yang berbeda, akan tetapi sama-sama mengungkapkan kemarahan menggunakan anggota tubuh sebagai medianya.
II. Kerangka Teori
Beberapa linguis menyatakan bahwa metafora merupakan kajian dalam bidang ilmu semantik, beberapa yang lain mengungkapkan sebagai kajian dalam linguistik kognitif, dan ada pula yang menyatakan bahwa dalam pragmatik tercakup juga kajian mengenai merafora. Perbedaan pendapat tersebut sangat beralasan mengingat metafora bukan hanya sekedar variasi bahasa biasa, akan tetapi menyangkut makna sebuah ungkapan yang memerlukan pemahaman dan pengalaman untuk dapat membuat ataupun memahami makna metafora, dan tentu saja bermakna tepat dalam konteks tuturan yang tepat. Metafora secara luas dikenal sebagai gaya bahasa yang kerap menghiasi kalimat- kalimat dalam karya fiksi, padahal tanpa di sadari metafora banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Saking seringnya ungkapan metaforis tersebut digunakan, masyarakat tidak lagi memikirkan korelasi makna asal kata pembentuk ungkapan metaforis, akan tetapi sudah otomatis memahami makna ungkapan metafora itu secara langsung (dead metaphor).
Produk
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2016), Kuta, Bali, INDONESIA, 15 – 16 Desember 2016
UNGKAPAN KEMARAHAN DALAM BAHASA BALI DAN
BAHASA JEPANG
. NPL. Wedayanti1; S. Damayanti2 Universitas Udayana
Surel : [email protected] [email protected]m
V. SIMPULAN
Analisis kontrastif yang dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian Rajeg (2010) dan Matsuki (1995) menjelaskan bahwa terdapat keuniversalan metafora konseptual kemarahan baik dalam bahasa Bali maupun bahasa Jepang. Dalam kedua bahasa tersebut terdapat ungkapan yang maknanya secara langsung dapat dibandingkan, misalnya ungkapan chi ga niekurikaetta’darahku mendidih‟ yang merupakan ungkapan untuk menunjukkan kemarahan. Sedangkan dalam bahasa Bali terdapat ungkapan getih ngedidih „darah mendidih‟ untuk menunjukkan emosi yang sama. Keuniversalan konsep idiom kemarahan menunjukkan latar belakang budaya dan pemikiran masyarakat yang memiliki kemiripan. Dalam hal ini, bukan dalam budaya Jepang saja yang memiliki pemikiran bahwa perut merupakan salah satu bagian tubuh yang penting, sehingga digunakan dalam banyak idiom, terutama yang menunjukkan emosi ataupun karakter seseorang. Dengan banyaknya idiom yang bermakna serupa dalam bahasa Bali, dapat dikatakan pemikiran yang sama juga terdapat dalam budaya Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Allan, Keith dan Burridge, Kate. 2006. Forbidden Words :Taboo and The Censoring Words. UK, Cambridge University Press.
Bocking, Brian. 2005. A Popular Dictionary of Shinto, Routledge.
Galal, Mohamed Mazen. 2014. Death Euphemism in English and Arabic: A Conceptual Metaphorization Approach. International Journal of Linguistics Vol. 6 (1), 153-170
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti, 2008. Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Lakoff, G.,& Johnson, M.
1980. Metaphors We Live By. Chicago The University of Chicago Press.
Mahsun,M.S.2005.Metode Penelitian Bahasa.Jakarta:Rajawali Pers.
Matsuki, Keiko. 1995. ”Metaphors of Anger in Japanese” in John R. Taylor and Robert E. Maclaury (eds) Language and The Cognitive Construal of The World (p137--151) Berlin : Mounton de Gruyter.
Nirmala, Deli. 2014. Proses Kognitif Dalam Ungkapan Metaforis. Jurnal Parole, Vol.4 No.1.
Pateda, J.D. 2004. Teori Semantik. P.T. Gelora Aksara Pratama.
Rajeg, I Made. 2010. “Kebus Basange: Metaphoric and Metonimyc Conceptualisation of ANGER in Balinese”. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Bahasa Ibu III di Denpasar, Bali.
Ratna, I Nyoman Kutha. 2014. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Saifudin, Asep. 2012. Metafora dalam Lirik Lagu Kokoro No Tomo Karya Itsuwa Mayumi. Jurnal LITE, Volue 8 Nomor2.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana atas dukungan serta bantuan Dana PNPB Universitas Udayana, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penelitian ini didanai DIPA PNPB Universitas Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2016 Nomor:1450/UN14.1/LT/SPK/2016 Tanggal 27 Juni 2016. . Semoga Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah, terutama dalam bidang pengembangan kebahasaaan.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai metafora ungkapan kemarahan, baik dalam BB (Rajeg:2010) maupun dalam BJ (Mitsuki, 1995) telah dilakukan, dan kedua penelitian tersebut memang dijadikan sebagai sumber dalam penelitian ini. Akan tetapi, data yang digunakan dalam penelitian ini tidak sepenuhnya menggunakan data kedua penelitian tersebut, akan tetapi beberapa ditambahkan beberapa hal yang telah diverifikasi terlebih dahulu kepada penutur kedua bahasa. Data yang telah dikumpulkan dengan teknik pustaka kemudian dianalisis secara kontrastif sehingga akhirnya ditemukan persamaan dari kedua bahasa mengenai metafora kemarahan.
V. PEMBAHASAN
4.1. Konsep Ungkapan Kemarahan dalam Bahasa Bali
Ungkapan kemarahan dalam Bahasa Bali sesuai dengan teori metafora yang disampaikan oleh Lakoff and Johnson (1980) ditandai dengan tipe-tipe metafora seperti berikut :
A. MARAH ADALAH CAIRAN PANAS PADA SUATU WADAH Ngerodok basangé nepuk jeleme to.
„Mendidih perutku (marah) melihat orang itu‟
B. MARAH ADALAH API/PANAS
(2) Nak cerik jani yen orahin nak ngendih matané
„Anak muda sekarang kalau dinasehati malah melawan (marah)‟
(3) Merasa puun basangé baan munyiné(Rajeg:2010)
„Terasa gosong perut ini mendengar ocehannya‟
C. KEMARAHAN YANG MEMUNCAK MEMPRODUKSI UAP Mekudus tenase ken bikas murid-murid jani sing dadi orahin
‘Berasap sampai kepalaku karena kelakuan murid-murid sekarang yang tidak bisa dinasehati‟
D. KEMARAHAN YANG MEMUNCAK MEMBUAT TEKANAN DALAM WADAH Sing ngidaang naanang gedeg basangé, perjani menek getihé ningeh orta I Wayan ngantén
‘Tidak bisa menahan rasa marah ini, seketika naik darah mendengar I Wayan menikah‟
E.KEMARAHAN YANG MEMUNCAK MENYEBABKAN SESEORANG DAPAT MELUAPKAN EMOSINYA
Mekeplag sirahné Pan Kalér, ngenehang pianak-pianakné sing nyak masuk „Meletus kepala Pak Kaler memikirikan anak-anaknya yang tidak mau sekolah‟
F.MARAH ADALAH STRATA SOSIAL
Eda nyaka panjakanga teken kenehe (Rajeg:2010)
„Jangan biarkan diri diperbudak pikiran‟
4.2. UNGKAPAN KEMARAHAN DALAM BAHASA JEPANG A. KEMARAHAN ADALAH CAIRAN PANAS DALAM WADAH Ikari ga karada no naka de tagiru
„kemarahanku mendidih di dalam badanku‟
B. KEMARAHAN YANG MEMUNCAK MEMPRODUKSI UAP Atama kara yuge ga tatsu
„keluar asap dari kepalaku‟
C. KEMARAHAN YANG MEMUNCAK MEMBUAT TEKANAN DALAM WADAH Atama ni chi ga noboru
„darahku naik ke kepala‟
D. KEMARAHAN YANG MEMUNCAK MENYEBABKAN SESEORANG DAPAT MELUAPKAN EMOSINYA
haha wa toutou bakuhatsu shita.
Ibu akhirnya meledak amarahnya
E. KEMARAHAN YANG MELUAP, MENYEBABKAN APA YANG ADA DI DALAM MENYEMBUR KELUAR
Ikari ga bakuhatsu suru
„kemarahannya meledak‟
Ikari ga fukiageru
„kemarahannya meluap‟
F. KEMARAHAN ITU ADALAH API Ikari no hi o kesu
„memadamkan api kemarahan‟