BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, diharapkan selama masa pelayanan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Bahan dan material pembentuk lapisan
perkerasan jalan adalah agregat sebagai material utama yang berpengaruh
terhadap daya dukung lapisan permukaan jalan dan aspal sebagai bahan
pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.
Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu
berkisar antara 90 - 95 % berdasarkan prosentase beratnya. Daya dukung dan
stabilitas lapisan permukaan jalan ditentukan dari sifat-sifat, bentuk butir,
dan gradasi agregatnya. Namun untuk mendapatkan agregat yang memenuhi
syarat sulit dilakukan jika agregat diambil langsung dari alam (quarry).
Sehingga untuk mendapatkan bentuk butiran agregat yang diharapkan yaitu
minimal mendekati gradasi yang memenuhi untuk campuran aspal diperlukan
pengolahan material dari alam (quarry) lebih lanjut dengan
Kekuatan dan keawetan suatu konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung
dari kualitas agregat, daya dukung tanah tersebut serta jenis aspal yang
digunakan sebagai bahan utama untuk mengikat material-material tersebut
hingga didapatkan suatu perkerasan yang awet, tahan lama, kuat dan kesat.
Dua jenis perkerasan yang biasa digunakan yaitu perkerasan lentur yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya dan perkerasan kaku yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikat agregat. Adapun agregat sebagai
komponen utama dari perkerasan jalan raya ini terdiri dari agregat kasar dan
agregat halus yang mempunyai proporsi masing-masing sesuai dengan spesifikasi yang digunakan. Agregat kasar merupakan agregat yang terdiri dari
batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kering, kuat, awet, dan bebas dari
bahan lain yang akan mengganggu, serta agregat halus merupakan pasir alam
atau pasir buatan yang bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan merupakan butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan yang
kasar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan ini terdapat permasalahan penting,yaitu:
1. Apa saja bahan perkerasan jalan?
2. Apa persyaratan aspal sebagai bahan pembuatan jalan?
3. Bagaimanakah alternatif agregat dalam campuran aspal?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menjelaskan persyaratan aspal sebagai bahan pembuatan jalan
2. Untuk mengetahui bahan yang berkualitas dalam pembuatan aspal\
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan agregat sebagai bahan perkerasan lentur jalan raya AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) dengan variasi campuran 0%, 10%, 30% dan 50% dilihat dari parameter Marshall.
1.4 BATASAN MASALAH
Yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Material yang digunakan adalah batu pecah sebagai agregat kasar dan
agregat halus.
2. Agregat kasar yang pipih adalah berupa batu pecah tertahan di saringan Ø 9,5 mm dan Ø 12.5 mm yang berasal dari PT.
Syabangun Bumi Tirta, Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan.
3. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal shell 60/70.
4. Kadar aspal yang digunakan adalah kadar aspal rencana (pb) 5. Portland cement digunakan sebagai bahan pengisi (filler).
6. Spesifikasi yang digunakan adalah Bina Marga 2010 dengan jenis perkerasan lentur AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) bergradasi halus pada gradasi ideal.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu : 1. Dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan
bahan dan metode DMF (Design Mix Formula) yang
2.1 DEFINISI ASPAL
Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama
bitumen.Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi.Aspal merupakan material yang paling umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal. (Silvia Sukirman,2003) Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4–10% berdasarkan berat campuran, atau 10 – 15% berdasarkan volume campuran.
2.2 JENIS ASPAL
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak.Aspal alam yaitu aspal yang didapat di suatu tempat dialam, dan dapat digunakan sebagaimana
diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan.Aspal alam atau asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di dalam alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Sedangkan aspal minyak yaitu aspal yang merupakan
residu pengilangan minyak bumi.Jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan atas aspal padat, aspal cair, dan aspal emulsi.
a. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal nama semen aspal (asphalt cement). Oleh karena itu semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
b. Aspal cair (cutback asphalt) adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu ruangan. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.Bahan pencair membedakan aspal cair menjadi :
1. Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair bensin. RC merupakan aspal cair yang paling cepat menguap.
2. Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair minyak tanah (kerosene).
3. Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair solar (minyak diesel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat menguap.
c. Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik
pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair daripada aspal cair.Di dalam aspal emulsi, butir – butir aspal larut dalam air.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
1. Rapid Setting (RS), yaitu aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi cepat, dan aspal cepat menjadi padat atau keras kembali.
2. Medium Setting (MS)
3. Slow Setting (SS), yaitu jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras. Dari ketiga bentuk aspal, semen aspal adalah bentuk yang paling banyak digunakan.
Di indonesia, ada beberapa jenis aspal yang digunakan untuk perkerasan jalan sebagai berikut:
Ada dua jenis aspal alam sebagai berikut:
Aspal Gunung
Aspal jenis ini terdapat diindonesia berupa
bebatuann dengan kandungan kadar aspal 12% - 35%
dari massa keseluruhan. Lokasi material aspal ini terletak dipulau buton yang gunung aspalnya dikenal dengan nama asbuton.
Aspal Danau
Aspal yang berasal dari danau, banyak ditemukan dipulau Trinidad dan Venezuela. Aspal danau memiliki
tingkat penetrasi rendah dan titik lembek yang cukup tinggi karena mengandung mineral dan zat kimia lainnya.
Oleh sebab itu, penggunaan aspal danau biasanya dicampur dengan aspal keras agar mendapatkan tingkat penetrasi yang sesuai.
b) Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang berasal dari
penyulingan minyak mentah menjadi bitumen. Bitumen adalah produk sampingan dari proses penyulingan minyak bumi mentah.
Minyak mentah sendiri merupakan komposisi dari
hidrokarbon.Produk utama yang dihasilkan dari minyak mentah adalah minyak tanah, solar, bahan bakar beroktan tinggi, dan bensin.Ketika bahan-bahan bakar ini disuling dari minyak mentah, menyisakan bitumen. Sedangkan proses penghilangan kotoran dari bitumen ini menghasilkan aspal murni.
Ada tiga jenis aspal buatan sebagai berikut:
Aspal Cair
Jenis aspal cair diperoleh dari pelarutan aspal keras dengan minyak melalui proses destilasi. Aspal ini dapat dibuat dengan kadar-kadar tertentu sesuai
keinginan.
Aspal cair dibedakan menjadi tiga jenis yaitu aspal cair cepat mantap (rpid curing) yang bahan pelarutnya cepat menguap, aspal cair mantap sedang (medium curing) yang pelarutnya tidak begitu cepat menguap, dan aspal cair lambat mantap (slow curing) yang bahan pelarutnya lambat menguap dengan bahan pelarut solar.
Aspal Keras
Aspal keras adalah hasil residu dari proses
destilasi sederhana dari fraksi ringan, yang terkandung dalam minyak bumi.
Residu ini dihasilkan dari destilasi hampa pada suhu
480o C atau bervariasi, tergantung dari sumber minyak mentah yang digunakan.
Aspal Emulsi
Berasal dari proses emulsi aspal keras yang mana proses tersebut adalah proses pemisahan dan
pendisperian partikel aspal keras didalam air yang sudah mengandung emulsifier.
Jenis emulsifier yang digunakan akan mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikat aspal emulsi yang
nantinya akan dihasilkan.
Hasilnya ada tiga jenis aspal emulsi yaitu, aspal emulsi non ionic (bersifat netral), aspal emulsi kationic
(memiliki ion positif), dan aspal emulsi anionic (memiliki ion negative).
c) Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi adalah pencampuran aspal dengan bahan tambah.Bahan tambah yang sering digunakan adalah polymer.
Penambahan bahan polymer pada aspal berfungsi untuk meningkatkan sifat fisik campuran aspal dan sifat
rheologinya.
Aspal jenis ini dibedakan menjadi dua jenis.
Aspal Polymer Plastomer
Jenis polymer plastomer yang banyak digunakan adalah EVA (Ethylene Vinyle Acecate), polyethylene dan
polypropylene.
Aspal Polymer Elastomer
Aspal ini sering digunakan pada aspal keras, karena dapat memperbaiki sifat rheology aspal yang meliputi penetrasi, kekentalan, titik lembek dan
elastisitas aspal keras.
Jenis polymer yang umum digunakan pada aspal ini adalah SBS (Styrene Butadiene Sterene), SBR (Styrene Butadiene Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene).
Penambahan tersebut dilakukan melalui uji lab untuk mencegah efek negative pada kandungan aspal.
2.3 FUNGSI ASPAL SEBAGAI MATERIAL PERKERASAN JALAN
Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir agregat dan pori – pori yang ada di dalam butir agregat itu sendiri.
Penggunaan aspal pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum dihamparkan (pra hampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat–agregat yang lebih halus (pasca hampar), seperti perkerasan penetrasi makadam atau pelaburan. Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses pembentukan perkerasan yaitu proses pencampuran prahampar, dan pascahampar itu berbeda. Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dngan agregat akan membungkus atau menyelimuti butir – butir agregat, mengisi pori antar butir, dan meresap kedalam pori masing – masing butir.
2.4 PENGUJIAN ASPAL SEBAGAI SYARAT
Pengujian yang dilakukan untuk menentukan sifat fisis dan kimiawi aspal antara lain pengujian kekerasan aspal, pengujian titik nyala dan titik bakar, pengujian daktilitas, pengujian titik lembek.
a. Pengujian Kekerasan Aspal Pengujian kekerasan aspal dilakukan dengan pengujian penetrasi, yaitu dengan
menggunakan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dan beban 50 gram. Berat jarum dan beban menjadi 100 gram. Nilai penetrasi dilakukan pada temperatur temperatur 25C dibaca pada arloji pengukur, dalam satuan 0,1 mm.
b. Pengujian Titik Nyala dan Titik bakar Pengujian titik nyala dan titik bakar berguna untuk mengetahui temperatur
dimana aspal mulai menyala, dan temperatur dimana aspal mulai terbakar. Data ini dibutuhkan sebagai informasi
penting dalam proses pencampuran demi keselamatan dalam bekerja.Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar
Pengujian dilakukan dengan mencetak contoh semen aspal di dalam cawan cleveland yang terbuat dari kuningan.
Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan dimasukkan termometer pengukur tempeatur.Temperatur dimana aspal terlihat menyala singkat merupakan temperatur titik nyala, dan temperatur diamana aspal mulai menyala selama
minimal 5 detik dinamakan titik bakar.
c. Pengujian Daktilitas Pengujian daktilitas dibutuhkan untuk mengetahui sifat kohesi dan plastisitas aspal. Pemeriksaan dilakukan dengan mencetak aspal dalam cetakan dan
meletakkan contoh aspal ke dalam tempat pengujian.Tempat pengujian berisi cairan dengan berat jenis yang mendekati berat jenis aspal.Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh aspal ketika putus pada saat dilakukan penarikan.Menurut RSNI S-01-2003 untuk aspal pen 80-100 batas jarak putus aspal pada pengujian daktilitas Min.100cm.
d. Pemeriksaan Titik Lembek Pemeriksaan kepekaan aspal terhadap temperatur dilakukan melalui pemeriksaan titik lembek. Titik lembek adalah temperatur dimana aspal mulai menjadi lembek, yang ditunjukkan oleh jatuhnya lempengan contoh aspal akibat beban kelereng baja diatasnya. Data ini dibutuhkan selama proses pelaksanaan beton aspal di
lapangan.Pemeriksaan Titik Lembek Aspal Daya tahan atau
panas dan udara pada aspal Rolling Thin Film Oven Test (RFTOT).
2.4.1 Jenis Semen Aspal
Semen aspal dapat dibedakan berdasarkan nilai penetrasi atau
viskositasnya.Berdasarkan nilai penetrasinya, AASHTO membagi semen
aspal kedalam 5 kelompok jenis aspal, yaitu aspal 40-50, aspal 60-70, aspal
85-100, aspal 120-150, dan aspal 200-300.
Secara umum, aspal merupakan bahan ramah lingkungan yang dipergunakan
khususnya untuk pekerjaan perkerasan jalan.
Secara spesifik, aspal adalah senyawa kimia hidrokarbon, sulfur, oksigen
dan kalor yang terbentuk melalui proses produksi dan hasil penyulingan
minyak bumi.
Ketergantungan akan aspal sebagai bahan baku konstruksi jalan
menghasilkan berbagai macam campuran aspal.
2.4.2 Tekstur Aspal
Berbeda dengan beton yang kaku, aspal termasuk dalam bahan perkerasan yang bersifat lentur dan elastis.Hal ini dikarenakan bahan aspal memiliki titik leleh yang stabil
namun memiliki titik lebur yang rendah.Artinya adalah, aspal dapat diatur pada suhu tertentu sehingga dapat dilelehkan dengan mudah selama pembuatan jalan.Pada saat yang sama, aspal memiliki titik lebur rendah yang tidak akan membuat jalan yang sudah mengeras menjadi meleleh
kembali atau berubah bentuk di bawah suhu tinggi.Hal inilah yang membuat aspal untuk bahan perkerasan jalan sangat efektif digunakan.Aspal berfungsi sebagai bahan pengikat dan pelapis permukaan tanah melalui
2.5 Syarat Aspal sebagai Bahan Perkerasan Jalan
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan haruslah mempunyai:
1.Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal
rriempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan, dan lain sebagainya.
2.Adhesi dan kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat
agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal untuk
mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah terjadi pengikatan.
3.Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah.
Aspal yang cair dapat masuk ke pori - pori agregat pacta penyemprotan / penyiraman lapis perkerasan. Jika
temperatur mulai turon, aspal akan mulai mengeras dan mengikat aspal pada tempatnya.
4.Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran, dipanaskan dan dicampur dengan agregat. Agregat dapat dilapisi aspal dengan penyemprotan / penyiraman aspal panas ke
permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Terjadi proses oksidasi selama proses
pelalcsanaan, menyebabkan aspal menjadi getas.
Peristiwa perapuhan tems berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Selama pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi pula oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi. Agregat Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan penyal ( solid ). Agregat merupakan komponen utama dari lapisan 0 atau 75% - 85% agregat berdasarkan persentase volume.
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Aspal Kelebihan aspal:
1. Jalan lebih halus
Berbeda dengan jalan beton yang kehalusan jalan sangat bergantung pada proses pengecoran, jalan aspal lebih mudah untuk dibuat halus tanpa adanya gelombang
dan tidak bising. Hal ini membuat aspal sangat cocok diterapkan di jalan raya sehingga suara jalan tidak akan mengganggu fokus pengendara.
4. Lebih mudah diperbaiki
Apabila aspal rusak, perbaikan hanya dilakukan pada area yang rusak dengan menambalnya. Dibandingkan dengan beton, proses perawatan lebih mudah dan hasilnya juga lebih rapi, karena pada konstruksi beton perbaikan dilakukan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan sebelumnya yang mengakibatkan permukaan bergelombang dan tidak rata.
5. Warna lebih teduh
Warna hitam pada aspal memberikan efek teduh pada
pengendara. Hal ini dirasa lebih baik daripada suasana yang ditimbulkan warna beton yang cenderung keras dan
gersang.
6. Waktu pembuatan lebih cepat
Proses pembuatan aspal lebih cepat daripada beton yang membutuhkan waktu lama sampai mencapai kekuatan
tertentu agar dapat dilewati pengendara. Masa pengawetan aspal hanya sekitar satu sampai dua hari, sedangkan beton membutuhkan waktu 1-3 minggu.
Kekurangan Aspal:
1. Kurang tahan lama
Mungkin kita sering melihat jalan-jalan yang rusak pada saat musim hujan. Inilah salah satu kekurangan aspal, yaitu tidak tahan terhadap genangan air. Aspal juga lemah terhadap cuaca panas. Suhu yang terlalu tinggi dapat melemahkan pengikat aspal sehingga daya rekatnya berkurang. Apabila pada kondisi ini aspal diberikan beban yang cukup berat, maka bagian permukaan aspal akan lebih cepat rusak. Tidak hanya itu, suhu yang terlalu dingin juga dapat menimbulkan keretakan pada aspal. Inilah sebabnya, perlu dilakukan
perawatan untuk meningkatkan daya tahan aspal. Jalan aspal yang terpasang dengan benar hanya bisa bertahan maksimal 20 tahun, sedangkan beton bisa bertahan sampai 30 tahun.
2. Bergantung pada kondisi tanah
Apabila kondisi tanah buruk dan tidak rata, perlu dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum ditumpangi
konstruksi aspal.
3. Membutuhkan banyak perawatan
Dibandingkan dengan beton, aspal membutuhkan waktu perawatan yang lebih banyak dari waktu ke waktu untuk mencegah kerusakan. Misalnya, menutup kembali jalan aspal setiap 3 tahun sekali.
4. Memerlukan sistem drainase
Untuk mengatasi kelemahan aspal terhadap genangan lain, dibutuhkan pembuangan air atau sistem drainase yang baik agar lapisan aspal tetap kuat.
2.7 Penyebab Kerusakan Aspal
Aspal jalan yang sering cepat rusak bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
(1) Kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula, yaitu komposisi material penyusun aggregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan mulai. Misalnya jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min 6,2% maka kadar aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2% juga.
(2) Suhu penghamparan aspal di lapangan tidak sesuai
spesifikasi, biasanya terjadi karena jarak AMP (Asphalt mixing plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh. Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di asphalt finisher adalah 135-150 derajat celcius.
(5) Jumlah passing pemadatan kurang.
(6) Komposisi abu batu yang berpengaruh pada kualitas kerekatan, dan
(7) Kurangnya pemadatan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasa menggunakan 2 alat yaitu tandem roller dan PTR (pneumatic tire roller).
2.8 Jenis Kerusakan Aspal
Adapun jenis – jenis retakan di aspal jalan yang sering terjadi, adalah
(1) Retak Kulit Buaya (alligator cracks), yaitu kerusakan jalan berupa retak yang memiliki celah cukup lebar. Kemungkinan terjadi akibat bahan perkerasan jalan yang kurang baik, tanah dasar lapisan di bawah permukaan kurang stabil yang mungkin terjadi akibat tidak dilakukannya survey terhadap kondisi tanah sebelum dilakukannya perkerasan jalan.
(2) Retak Pinggir (edge cracks) yaitu kerusakan jalan berupa retak yang terjadi pada daerah pinggir badan jalan. Kemungkinan yang menjadi penyebab kerusakan ini adalah bahan perkerasan/
kualitas material kurang baik, pelapukan permukaan, air tanah pada badan perkerasan jalan, tanah dasar di bawah permukaan kurang stabil. Selain itu retak ini kemungkinan juga terjadi akibat akar tanaman yang tumbuh di sekitar badan jalan.
(3) Retak halus/rambut.
2.9 dampak kerusakan
1. aspal sering berlubang menyebabkan genangan air saat hujan.bagi pengendara yang tidak memperhatikan aspal
berlubang tersebut akan berdampak buruk bagi keselamatan.
2. membuat permukaan menjadi tidak rata dan mengganggu
3. berdampak buruk bagi kelangsungan hidup pemakai jalan karena menghambat aktifitas yang sedang dilakukan.seiring berjalannya waktu aspal yang rusak tersebut akan
mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan.
2.10Campuran Pada Aspal
Agregat sebagai campuran dalam aspal:
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan, yaitu 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:
gradasi
kebersihan
kekerasan
ketahanan agregat
bentuk butir
tekstur permukaan
porositas
kemampuan untuk menyerap air
berat jenis, da
daya kelekatan terhadap aspal.
Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.
Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras.
Menurut BS 812 : Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:
Rounded
Irregular
Flaky
Angular
Elonggated
Flakyy & Elonggated
Klasifikasi Agregat
Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm)
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)
ukuran yang besar‐besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, pemakaian aspal untuk perkerasan jalan dilakukan dengan memenuhi persyaratan untuk kekuatan structural, drainase permukaan dan gesekan permukaan.
Tujuan utama dari campuran aspal ini adalah penyediaan kekuatan structural agar penyebaran beban dapat merata di seluruh lapisan jalan.
Beban yang terlibat adalah beban dinamis atau statis, yang diteruskan ke subbase dasar melalui jalur lapisan agregat.
Jalan dengan permukaan aspal berbasis granular hanya diperuntukkan bagi jalan dengan lalu lintas rendah.
Gambar berikut menunjukkan penampang melintang tipikal perkerasan lentur.
Aplikasinya pada jalan dengan tingkat lalu lintas rendah akan menjadi cukup ekonomis.
Efek rebound dari lapisan atas bitumen membantu dalam
ketahanan terhadap efek dinamis yang tinggi karena lalu lintas yang padat.
Properti rebound tercermin dari kekakuan dan karakteristik fleksibilitas dari lapisan atas aspal.
Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir agregat dan pori – pori yang ada di dalam butir agregat itu sendiri. Penggunaan aspal pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum dihamparkan (pra hampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat–agregat yang lebih halus (pasca hampar), seperti perkerasan penetrasi makadam atau pelaburan. Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses
pembentukan perkerasan yaitu proses pencampuran prahampar, dan pascahampar itu berbeda. Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dngan agregat akan membungkus atau menyelimuti butir – butir agregat, mengisi pori antar butir, dan meresap
kedalam pori masing – masing butir.
Syarat Aspal sebagai Bahan Perkerasan Jalan ada beberapa diantaranya seperti daya tahan aspal, Adhesi dan
kohesi,Kepekaan terhadap temperature dan Kekerasan aspal
3.2 Saran
Untuk mengidentifikasi syarat syarat aspal sebagai bahan perkerasan jalan dengan jenis,fungsi dan lainnya agar lebih terperinci.
Menjelaskan apasaja jenis aspal yang ada di Indonesia beserta bahan yang digunakan sebagai campuran aspal.
Mengetahui penyebab,jenis dan dampak kerusakan aspal sehingga dapat di tanggulangi dengan baik.
Dalam pembelajaran dapat mengetahui apa yang tidak dijelaskan oleh guru tersebut.
`
DAFTAR PUSTAKA
Aspal sebagai bahan perkerasan jalan :
https://fretswilsonlosa.blogspot.com/2018/10/aspal-untuk- bahan-perkerasan-jalan.html
https://sanggapramana.wordpress.com/2010/07/26/aspal- sebagai-bahan-perkerasan/
Jenis Jenis aspal :
http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis- aspal.html
http://arafuru.com/material/jenis-jenis-aspal-dan- kegunaannya.html
fungsi aspal:
https://www.kajianpustaka.com/2019/03/fungsi-sifat-jenis- dan-analisis.html
kelebihan dan kekurangan aspal:
https://indonusa-conblock.com/kelebihan-dan-
kekurangan-aspal/