• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24 – 59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARUGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2022 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24 – 59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARUGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2022 - Test Repository"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

xiii

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24 - 59 BULAN DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BARUGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2022

*Enny Aryati1, Hesty Widyasih2, Niko Tesni Saputro3

1,2,3Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Jalan Mangkuyudan MJ III/304, Mantrijeron, Yogyakarta, Tel +6285242737314 Email : ennyaryati48@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Stunting merupakan masalah yang terus menjadi perhatian di tingkat global maupun nasional karena berdampak pada kehidupan balita pada masa mendatang. Kejadiannya terutama pada balita yang berusia 24 – 59 bulan, yang mana menjadi usia krusial dalam pertumbuhan bayi. Perlu diidentifikasi faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut agar dapat dilakukan pencegahannya.

Tujuan : Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baruga pada Tahun 2022.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Case Control, dengan jumlah populasi 743 orang dan jumlah sampel sebanyak 92 orang, dengan teknik pengambilan sampel proporsional sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square pada analisis bivariat dan regresi logistik pada multivariat.

Hasil : Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara usia ibu (p value

= 0,005), tingkat pendidikan ibu (p value = 0,000), pengetahuan gizi ibu (p value = 0,000), status pekerjaan ibu (p value = 0,033), status ekonomi keluarga (p value = 0,000), riwayat asi eksklusif (p value = 0,036) dan riwayat imunisasi (p value = 0,000) dengan kejadian stunting. Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh dengan OR 51,097 artinya stunting berpeluang 51,097 kali terjadi pada balita dengan ibu yang berpendidikan dasar dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lanjutan.

Kesimpulan : Tingkat pendidikan ibu menjadi faktor paling dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting. Pencegahan dan penanganan stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu terkait pengolahan dan penyajian makanan bergizi seimbang untuk balita.

Kata Kunci : kejadian stunting, balita, tingkat pendidikan ibu, paritas

(2)

xiv

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Factors Associated With Stunting Incidence among Children Aged 24 - 59 Months in the Operational Area of Puskesmas Baruga

Bantaeng District, Indonesia A Study Conducted in the Year 2022

Enny Aryati1, Hesty Widyasih2, Niko Tesni Saputro3

1,2,3Department of Midwifery, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Mangkuyudan Street MJ III/304, Mantrijeron, Yogyakarta Email : ennyaryati48@gmail.com

ABSTRACT

Background :Stunting is a problem that continues to be a concern at the global and national levels because it has an impact on the lives of childrens in the future. It occurs mainly in childrens aged 24 – 59 months, which is a crucial age for baby growth. It is necessary to identify the factors associated with the incident so that it can be prevented.

Objective :Identify the factors associated with stunting in toddlers aged 24 - 59 months in the working area of the Puskesmas Baruga in 2022.

Method :This is a quantitative research with design Case Control design , with a total population of 743 people and a total sample of 92 people, with a sampling technique proportional sampling. The statistical tests used were the Chi-Square test on bivariate analysis and logistic regression on multivariate.

Results :There is a statistically significant relationship between mother's age (p value = 0.005), mother's education level (p value = 0.000), mother's nutritional knowledge (p value = 0.000), mother's employment status (p value = 0.033), family economic status ( p value = 0.000), history of exclusive breastfeeding (p value = 0.036) and history of immunization (p value = 0.000) with stunting events. Mother's education level dominant factor with an OR of 51.097 meaning stunting 51.097 times more likely to occur in toddlers with mothers with basic level education compared to mothers with further education.

Conclusion: Mother's education level is the most dominant factor influencing the incidencestunting. Prevention and treatmentstunting This can be done by increasing mother's knowledge regarding the processing and presentation of balanced nutritious food for childrens.

Keywords :incidence of stunting, Children, mother's education level, parity,

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI.. PUSKESMAS PEGANDON

Skripsi ini dengan judul “Hubungan Karakteristik Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 Bulan di Puskesmas 11 Ilir Kota

Mengetahui hubungan antara faktor tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang

Berdasarkan nilai OR dapat diketahui bahwa tinggi badan ibu merupakan determinan yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan

Angka prevalensi kejadian stunting pada balita di Provinsi Sumatera Utara yang masuk kategori masalah berat, maka penulis tertarik untuk melihat faktor-faktor

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi zink dan berat badan lahir dengan kejadian stunting balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Jekulo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting pada Balita usia 24-59 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas

Rumusan Masalah RUMUSAN MASALAH & HIPOTESIS PENELITIAN hipotesis Penelitian Terdapat hubungan pola asuh dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas