• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BERKAS JURNAL MENCANDRA METODOLOGI BUKU SUMBER AJAR MATA KULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM Oleh: Drs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BERKAS JURNAL MENCANDRA METODOLOGI BUKU SUMBER AJAR MATA KULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM Oleh: Drs"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Terakhir, meninjau kembali bahan ajar PSI dan berusaha agar pembahasan materi mata kuliah PSI lebih berorientasi pada “pendidikan agama Islam”. Idealnya bahan ajar PSI lebih ditekankan agar pembahasan materi pelajaran PSI lebih berorientasi pada “pendidikan agama Islam”. Syafa'at, Pengantar Kajian Islam: Panduan Pembatya Menjelajahi Api Islam (Jakarta: Bulan-Bintang, 1964); A. Mukti Ali, Metode Pemahaman Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1981); Abuddin Nata, Metodologi Kajian Islam (Jakarta: Logos, 1998); M

Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan utama atau besar dalam penelitian ini adalah metodologi buku ajar mata pelajaran Pengantar Studi Islam. Hal ini disinyalir disebabkan oleh ketidakakuratan kajian dalam buku Pengantar Studi Islam yang dijadikan pedoman oleh beberapa universitas Islam. Sesingkat penelitian penulis dan penelusuran literatur, sangat sedikit penelitian atau karya ilmiah yang membahas tentang ketimpangan buku ajar dengan sumber mata kuliah Pengantar Kajian Islam.

Dalam menentukan masalah penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap sumber bahan ajar mata kuliah Pengantar Agama Islam di PTAI. Islam.”17 Perguruan tinggi Islam pada umumnya di berbagai belahan dunia dan lebih khusus lagi di Indonesia masih bergerak dalam pengembangan ilmu-ilmu agama, seperti ilmu ushuluddin, ilmu syariah, ilmu tarbiyah, ilmu adab dan ilmu dakwah. Oleh karena itu di antara mereka enggan mengadopsi paradigma interkoneksi, interdisipliner, sinergi atau integrasi ilmu pengetahuan dengan Islam.24.

Akibat dari pendekatan ini adalah munculnya kecenderungan kajian Islam yang sangat alkitabiah dan mengacu pada praktik ibadah dan keyakinan dalam Islam.25 Hal ini menurut Azra.

UIN Sunan Ampel Surabaya

Sementara mazhab lain tidak dipelajari karena dirasa akan menyesatkan pembinaan keimanan mereka. Terkait pelembagaan tradisi kajian Islam di IAIN/PTAI yang cenderung normatif secara teologis, sejumlah kritik menarik dilontarkan Sudirman Tebba. Menurutnya, IAIN/PTAI gagal mengembangkan tradisi keilmuan klasik yang landasannya telah diletakkan oleh para ulama.

Kegagalan ini tidak hanya terjadi pada pengembangan metode kajian Islam dalam hukum Islam, tetapi juga pada bidang teologi. Misalnya saja dalam bidang fiqh, landasan pemikiran yang telah diletakkan oleh para ulama tidak digunakan secara benar oleh komunitas IAIN/PTAI lainnya, padahal yang dipelajari justru produk hukumnya, bukan metode ijtihadnya. Sedangkan di bidang teologi, IAIN/PTAI juga hanya fokus pada kajian historis terhadap pemikiran-pemikiran ulama klasik, seperti pemikiran Mu'tazilah, Asy'ariyah, dan Maturidiyah, yang sama sekali lepas dari analisis konteks sosial. kenyataan di sekitar mereka.

Oleh karena itu, kajian ini lebih mencerminkan romantisme komunitas IAIN/PTAI yang mendambakan hari-hari kejayaan umat Islam seperti yang terjadi pada Abad Pertengahan.27. Pada bab kesebelas juga terlihat pembahasan masih bersifat normatif doktrinal yaitu tema utama kajian ritual Islam. Kajian ini dirinci dalam lima sub bab yaitu: Ritual dalam Islam, Aspek Ritual dan Budaya, Fungsi Ritual dalam Islam, Ruang dan Waktu dalam Ritual Islam serta Tahapan dalam Ritual Islam.

Pada bab kedua buku ini pembahasan terfokus pada tema sumber-sumber ajaran Islam, dengan tiga sub bab yaitu Al-Qur'an, al-Sunnah dan Ijtihad. Pada bab ketiga temanya menyangkut ajaran pokok Islam yang dikembangkan lebih lanjut dalam pembahasan keimanan, syariah dan akhlak.

UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT (Kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril dan dianggap sebagai ibadah bagi yang membacanya." Arti Al-Qur'an yang diberikan dalam berbagai buku bahan ajar PSI mengikuti definisi Manna al-Qattana dalam kitab Mabahits fi Ulum al-Qur'an Dari tingkat SD hingga SMA, penulis buku ajar ini berulang kali mengulanginya untuk menjelaskan makna dasarnya. Al-Qur'an pada tingkat tersier.

Konsekuensi logis dari penjelasan yang berulang-ulang tersebut adalah siswa hanya diingatkan akan kemampuannya dalam menghafal makna dasar Al-Qur’an, tanpa melalui penjelasan yang dapat menambah pengetahuan baru bagi mereka tentang dinamika makna Al-Qur’an. Misalnya Hamka melalui karyanya Mengajar Agama Islam, ketika menjelaskan sumber utama ajaran Islam yang terdiri dari Al-Qur'an dan Hadits, uraiannya sangat mendalam dan mengandung ilmu atau informasi. Pembaca diajak untuk lebih menguatkan keyakinannya, sedangkan di sisi lain pembaca dapat meyakinkan diri bahwa ajaran agama Islam khususnya Al-Qur'an dan hadis tidak bertentangan dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan saat ini.

Kajian terhadap bahan ajar yang digunakan di ketiga PTAI tersebut tidak menekankan ajaran Islam sebagai sesuatu yang dinamis dalam “sejarah gagasan” dan tantangannya dengan realitas umat Islam itu sendiri. Disini penulis dapat menyoroti fakta-fakta kajian Islam pada bahan ajar PSI tanpa pemikiran Islam atau kajian Islam tanpa gagasan besar tentang Islam. Padahal, meski kajian PSI bersifat normatif-doktrinal, setidaknya jika mengikuti desain pembahasan Nurcholis Madjid akan menampilkan wajah pengajaran yang lebih inklusif atau wajah Islam yang tersenyum, meminjam istilah Azyumardi Azra.37 Dalam kajian Nurcholis Madjid Dalam buku Ajaran Islam dan Peradaban Islam (Kajian Kritis Masalah Agama, Kemanusiaan dan Modernitas), jelas bahwa ciri pemikiran teologis Nurchalis Majid tidak hanya bersifat normatif atau dengan kata lain tidak hanya menekankan pada apa yang seharusnya menurut Ajaran agama Islam, namun terikat pada aspek peradaban Islam, menurut kemungkinan-kemungkinan sebagai bukti historis-sosiologis, antropologis ajaran Islam.38.

Kajian Islam melalui pemikiran empiris dan sejarah dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits harus diiringi dengan pendekatan keagamaan guna mengembangkan sikap dan perilaku yang mempunyai dedikasi, konsentrasi dan ketaqwaan terhadap Islam sebagai agama yang meyakininya, bahwa hal itu benar berdasarkan wawasan keilmuan Islam yang dimilikinya.39 Alih-alih menggunakan metode ilmiah, hampir sebagian besar buku teks PSI justru menambahkan sub-bab tersendiri di dalam bab-babnya yang membahas apa itu metodologi ilmiah. Buku Ajar Pengantar Ilmu Agama Islam UIN Sunan Ampel Surabaya yang redaksinya diketuai oleh M. Sub-bab buku ini menyajikan pembahasannya secara lebih rinci, yaitu: (1) pendekatan fisiologis; (2) pendekatan pemikiran: kalam, filsafat dan tasawuf; (3) pendekatan historis; (4) pendidikan dan dakwah dalam pengembangan Islam; dan (5) Pendekatan hukum Islam.40.

Metodologi keilmuan dalam pembahasan Islam diuraikan lebih detail pada buku di atas, yaitu pada buku bahan ajar Pengantar Ilmu Agama Islam yang ditulis oleh Tim Esai MKD UIN Sunan Ampel Surabaya yang diedit oleh Mahmud Manan. Bab ini dirinci dengan sub-bab: (1) kajian Al-Qur'an; interpretasi sastra dan hermeneutika; (2) kajian hadis; belajar. Lebih lengkapnya pada awal buku kedua ini juga dilampirkan silabus mata kuliah Pengantar Ilmu Agama Islam.

Seperti poin kedua yang bertemakan kajian Islam dan permasalahannya, dirinci dalam pembahasan sejarah kajian Islam dan model kajian Islam: insider dan outsider, sejarawan dan Islamis, orientalis.42. Poin keenam dirinci dalam pembahasan subbab: (1) hubungan syariah dan fiqh (Asmawi; (2) ijtihad: antara ortodoksi dan liberalisme Islam (M. Imarah).

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kajian Islam dalam peta kajian ilmiah adalah upaya mengkaji Islam dengan menggunakan metode ilmiah, khususnya dalam konteks sosial ilmu pengetahuan. Pokok keilmuan kajian Islam disebut “Islam dalam tiga tingkatan, yaitu Islam sebagai wahyu, Islam sebagai pemahaman atau pemikiran, dan Islam sebagai amalan dalam masyarakat.” Islam sebagai wahyu adalah suatu hal yang tetap, artinya Islam serupa dengan apa yang disebutkan dalam Al-Qur'an, memahami Islam sebagai wahyu melalui kajian tafsir Al-Qur'an al-Karim. Objek kajian dalam kajian Islam juga memenuhi syarat-syarat yang berlaku pada ilmu-ilmu lain, dapat diamati, dapat dipertanyakan kebenarannya, dapat diuji secara intersubjektif dan interdisipliner.

Pendidikan agama Islam, termasuk mata pelajaran Pengantar Ilmu Agama Islam, harus kembali mengedepankan pendidikan karakter atau akhlak. Bahan kajian mata kuliah Pengantar Kajian Islam merupakan salah satu komponen mata kuliah inti Islam pada perguruan tinggi Islam mana pun. Lebih lanjut, mata kuliah ini tidak mengungkap berbagai gaya dan metode yang dianggap ilmiah dalam penjelasannya.

Namun sebenarnya jika melihat isi bahan ajar mata kuliah Pengantar Studi Islam, akan lebih tepat jika dikatakan sebagai Pengantar Berbagai Metodologi dalam Studi Islam, bukan Pengantar Studi Islam. Dilihat dari silsilahnya, mata kuliah ini bermula dari mata kuliah Pengantar Ilmu Agama Islam pada tahun 1974. Begitu pula dengan mata kuliah Pengantar Ilmu Agama Islam diubah menjadi mata kuliah Dirasah Islamiyah pada tahun 1988.

Namun ketika terjadi perubahan ketiga yaitu menjadi Mata Kuliah Metodologi Kajian Islam pada tahun 1995, kajian khazanah berbagai ilmu keislaman yang sangat rasional dan syarat keilmuannya justru menjadi tipis, lemah analisisnya, dan pembahasannya bersifat kaku. buku dinonaktifkan. uraian bahan ajar mata kuliah ini Alih-alih membahas aspek ilmu pengetahuan Islam yang bersifat modern dan ilmiah, justru menghasilkan karya bahan ajar yang hanya menampilkan berbagai gaya dan berbagai metode keilmuan, alih-alih mengungkap keluhuran peradaban keilmuan Islam. Hal ini berlanjut hingga saat ini ketika mata kuliah MSI diubah pada tahun 2011 menjadi mata kuliah Pengantar Studi Islam. Bahan ajar yang digunakan pada Pengantar Studi Islam mempunyai gaya yang sama persis dengan bahan ajar metodologi Studi Islam.

Bahkan lebih tepat dikatakan bahwa buku bahan ajar Pengantar Kajian Islam diubah menjadi Pengantar Metode Pengkajian Berbagai Ilmu Keislaman. Dari hasil penelitian penulis terhadap bahan ajar atau buku yang dijadikan referensi pada mata kuliah Pengantar Studi Islam di tiga perguruan tinggi Islam negeri yaitu UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif. Hidayatullah Jakarta menyimpulkan bahwa: Penggunaan bahan kajian Pengantar Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Negeri saat ini lebih terfokus pada Pendidikan Agama Islam dan orientasinya cenderung hanya menambahkan satu bab tentang Ilmu Metodologi pada mata kuliah Pengantar Ilmu Agama Islam.

Arah dan tujuan kajian Islam hendaknya dirumuskan sebagai berikut: 1) Mengkaji secara mendalam apa sebenarnya agama Islam dan bagaimana kedudukan serta hubungannya dengan agama lain dalam kehidupan kebudayaan manusia; Dengan tujuan tersebut, selanjutnya diharapkan kajian Islam dapat bermanfaat dalam meningkatkan upaya pembaharuan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam secara umum, dalam upaya transformasi kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan umat Islam saat ini, menuju kehidupan sosial modern. - kehidupan budaya generasi penerus sehingga misi Islam sebagai rahmah lil 'alamin dapat terwujud dalam kehidupan nyata di dunia global.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab kesembilan dikaji tentang ikhtisar sanad dan matan yang menjelaskan tentang pengertian sanad dan matan, kedududukan dan peran sanad dalam studi hadis, periwayatan matan secara

Masuk kan- lah harta serta ghanimah yang bersih tidak bercampur harta lain, dan telah berseru kepadaku Ibnu ‘Affan -yang beroleh kenikmatan-, juga Ibnu ‘Auf -yang beroleh kenikmatan-,