SKRIPSI
Diajukan Pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1
Disusun oleh:
AMAM MIFTAHUL JANAN NIM. 10220033
Dosen Pembimbing:
Dr. Irsyadunnas, M.Ag.
NIP. 19710413 199803 1 006
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2015
v
"Sangat baik untuk menjadi orang penting, tapi jauh lebih penting menjadi orang baik"
1Barangsiapa yang menginginkan kerajaan Surga Maka campakkanlah kelesuan dirinya
Berdirilah pada malam gulita
Menuju Al-Qur’an yang bercahaya Sambunglah puasa dengan puasa
Sessungguhnya kehidupan ini akan sirna Kehidupan yang benar hanyalah di sisi-Nya Dalam ketentraman dan keamanan Surga
2
1 Hoegeng Imam Santoso (Kepala Kepolisian Negara RI 1968-1971).
2 Syaik Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
vi
salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Sebuah karya sederhana dalam menggapai cita, takkan berarti tanpa kehadiran mereka, kupersembahkan karya ini pada orang tuaku dan
saudara-saudaraku.
vii
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Bimbingan Kemandirian Anank Yatim Di Yayasan Darurrohmah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen “
Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya akan kemampuan dan kekurangan dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta motivasi semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terkira teriring doa Jazaakumullah Afdolal jaza’ kepada yang terhormat:
1. Prof. Drs. H. Akh Minhaji, M.A, PhD, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Dr. H. Waryono, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3. Muhsin Kalida, S. Ag. M.A, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.
4. Dr. Irsyadunnas, M.Ag. selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing kesulitan penulis di tengah kesibukan waktunya. Yang selalu memberikan
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen UIN Sunan Kalijaga, khususnya Fakultas Dakwah, Bimbingan dan Konseling Islam yang telah mentransformasikan ilmunya pada penulis.
7. Keluarga penulis Bapak Brigadir Polisi H.Parludji dan ibu Siti Khotijah.
Saudaraku Brigadir Polisi Edi Susilo Utomo S.H, M.H. dan Hilmi Lutfi Adiyansyah terimakasih atas hangatnya kasih sayang, pengertian, motivasi dan semua dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dapat bermanfaat dalam hidup.
8. Fera Hidayatul Khusna, terima kasih telah sudi meluangkan waktu dan dukungannya, motivasi serta doanya selama ini :) ;) .
9. Segenap pengurus Yayasan Darurrohmah Karangduwur yang telah merelakan waktunya dan membantu proses penyusunan skripsi ini sebagai informan yang penulis repotkan.
10. Keluarga besar BKI 2010.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima amal baik dan memberi balasan yang berlipat ganda atas segala jerih payah semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta, 31 Desember 2014 Penulis
Amam Miftahul Janan 10220033
ix
Halaman Pengesahan ... ii
Surat Persetujuan Skripsi ... iii
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... iv
Halaman Moto ... v
Halaman Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... x
Abstrak ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1
B. Latar Belakang ... 3
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Kegunaan Penelitian... 8
F. Kajian Pustaka ... 8
G. Kerangka Teori... 10
H. Metodologi Penelitian ... 33
I. Sistematika Bahasan... 40
x
A. Profil Yayasan Darurrohmah ... 42
1. Sejarah Perkembangan ... 42
2. Letak Geografis ... 43
3. Susunan Pengurus ... 44
4. Visi Misi ... 45
5. Sarana Prasarana ... 46
6. Kondisi Anak Yatim di Yayasan Darurrohmah ... 46
B. Kegiatan Bimbingan Anak Yatim Di Yayasan Darurrohmah.... 47
1. Bidang Pendidikan ... 47
2. Bidang Ketrampilan ... 51
BAB III BENTUK KEMANDIRIAN ANAK YATIM DAN METODE BIMBINGAN ANAK YATIM DI YAYASAN DARURROHMAH A. Bentuk Kemandirian Anak Yatim di Yayasan Darurrohmah .... 53
B. Metode Bimbingan Kemandirian Anak Yatim ... 60
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
C. Penutup ... 82 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Tabel 2 Daftar Jumlah Anak Yatim ... 47
xii
Dalam kehidupan anak, orang tua memegang peranan penting dalam perkembangan anak termasuk dalam perkembangan kepribadian anak. Tidak hanya ibu yang berperan tapi peran ayah juga penting dalam perkembangan kepribadian anak sehingga bila anak kehilangan salah satu figur orang tua, baik ibu maupun ayah, akan terjadi ketimpangan. Ketika anak mengalami peristiwa kematian ayah, maka akan membuat anak kehilangan figur ayah dalam hidupnya.
Anak yang tidak mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya terutama sosok ayah seringkali pemurung, labil dan tidak percaya diri. Oleh karenanya di perlukan bimbingan kepada anak yatim sehingga mereka dapat hidup secara mandiri dengan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk berani menghadapi realitas kehidupan serta memiliki bekal untuk mengaktualisasikan dirinya dan bisa hidup secara mandiri ditengah-tengah masyarakat. Penelitian ini merupkan penelitian kualitatif untuk mengetahui bentuk kemandirian anak yatim dan metode yang digunakan dalam bimbingan kemandirian terhadap anak yatim. subjek dari penelitian ini adalah pembimbing dan anak yatim sedangkan yang menjadi obyek ialah bentuk kemandirian anak yatim dan metode bimbingan kemandirian. Teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk kemandirian anak yatim berupa kemandirian emosi, ekonomi, intelektual dan social, sedangkan metode yang digunakan dalam bimbingan kemandirian tersebut yaitu metode langsung baik seara individu maupun secara kelompok dan metode tidak langsung.
Kata kunci: Bimbingan Kemandirian, Anak Yatim.
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalah pahaman dan salah penafsiran dari judul ini, maka dijelaskan beberapa istilah yang dianggap penting yaitu:
1. Bimbingan Kemandirian
Kata bimbingan merupakan petunjuk atau penjelasan dan cara mengerjakan1. Sedangkan bimbingan menurut Prayitno di dalam bukunya yang berjudul Pelayanan Bimbingan dan Konseling yaitu bantuan yang diberikan seseroang dalam rangka upaya menemukan pribadi, menemukan lingkungan, dan menemukan masa depan.2 Dalam penelitian ini yang dimaksud bimbingan adalah bantuan yang diberikan pembimbing kepada anak-anak yatim agar dapat memahami dirinya dan kehidupannya, sehingga anak yatim tersebut dapat memanfaatkan potensinya dirinya.
Menurut Hasan Basri kemandirian dalam arti psikologis mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahas Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2005), hlm. 117.
2 Prayitno, dkk, Pelayanan Bimbingan dan Konseling (SMU), (Jakarta: Penebar Aksara, 1998), hlm. 23.
lain.3 Dalam penelitian ini yang dimaksud kemandirian adalah kemampuan anak-anak yatim agar dapat memahami dirinya dan kehidupannya dan mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Adapun bimbingan kemandirian dalam disini adalah usaha memberikan bantuan yang diberikan kepada anak yatim agar dapat memahami dirinya dan kehidupanya sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
2. Anak Yatim
Yatim yaitu tidak berayah lagi (karena ditinggal mati),4 Menurut Hasan Shadaly, Beliau menegaskanbahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak lagi.5 Dalam hal ini anak yatim adalah anak yang ayahnya meninggal dunia yang dibina di Yayasan Darurrohmah Karangduwur.
3. Yayasan Darurrohmah
Yayasan Darurrohmah adalah yayasan kesejahteraan sosial di Desa Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak yatim dengan melaksanakan penyantunan dan memberikan pelayanan sosial pada anak yatim.
3 Hasan Basri, Remaja berkualitas, problematika remaja dan solusinya ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995), hlm 53
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahas Indonesia,hlm. 1276.
5 Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984), hlm.
3977
Berdasarkan penegasan istilah-istilah tersebut, maka yang dimaksud dengan judul “Bimbingan Kemandirian Anak Yatim Di Yayasan Darurrohmah” adalah bantuan yang diberikan pembimbing kepada anak-anak yatim agar dapat memahami dirinya dan kehidupannya dan mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain di Yayasan Darurrohmah Karangduwur.
B. Latar Belakang Masalah
Tidak setiap anak beruntung dalam menjalani kehidupannya.
Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus kehilangan orang tuanya karena sesuatu alasan, seperti menjadi yatim piatu atau bahkan yatim piatu. Hal ini mengakibatkan kebutuhan psikologis anak menjadi kurang dapat terpenuhi dengan baik, terutama jika tidak adanya orang yang dapat dijadikan panutan atau untuk diajak berbagi, bertukar pikiran dalam menyelesaikan masalah.
Sejatinya anak yatim memiliki kondisi psikis seperti anak-anak lain. Mereka senang bermain, bergurau, dan cerita dalam kesehariannya.
Hanya saja pada saat tertentu mereka tidak memperoleh kasih sayang seorang ayah. Mereka tidak mendapati adanya pelindung dan tempat mengadu jika ada masalah dengan teman-temannya. Namun, akal mereka yang belum sempurna tidak mempedulikannya terlalu lama. Jika ada aktifitas lain yang mengalihkan perhatiannya, maka ingatnya akan
perlunya seorang ayah segera lenyap. Sayangnya, peristiwa keseharian sering pula mengundangnya kepada kebutuhan akan figur seorang ayah.
Islam mengajarkan agar anak-anak kurang mampu dan anak yatim diasuh sebaik-baiknya, baik yang menyangkut perkembangan kejiwaannya maupun yang menyangkut kebutuhan jasmananya. salah satunya dengan bimbingan kepada orang yang membutuhkan, termasuk bagi anak-anak yatim, yaitu dengan cara memberi kasih sayang atau memberi semangat secara material dan moril. Dengan memberi nasihat, pembimbing dapat memberikan kecerahan batinnya dengan melalui pendekatan-pendekatan yang tepat Untuk perkembangan emosi anak pembimbing dapat menggunakan pendekatan-pendekatan seperti pendekatan psikologi, sosiologi juga pendekatan agama.
Pola asuh orang tua merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan rasa, cipta dan karya anak. Namun bagaimana dengan anak kecil yang ditinggal oleh orang tuanya sehingga menjadi yatim atau yatim piatu pada keluarga yang tidak mampu atau sebab lain sehingga anak tidak pernah memperoleh pendidikan, pelayanan dan sentuhan dari nilai-nilai agama sejak kecil, Sehingga dibutuhkan metode bimbingan agama terhadap anak, karena anak merupakan generasi penerus bangsa dan agama, yang akan meneruskan cita-cita para pendahulu.
Secara lahir maupun batin, anak yatim itu mengalami hambatan dalam perkembangan jiwanya (emosi) untuk menyesuaikan diri di masyarakat apalagi mereka yang berada dalam keadaan ekonomi sangat
lemah, perasaannya akan bertambah minder dan sebagainya, mereka tidak mempunyai sandaran dalam hidup, hanya tinggal menerima kenyataan dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini. Sehingga merupakan keharusan dalam agama Islam untuk mengasuh dan melindungi serta menolong anak-anak yatim.
Mengasuh anak-anak yatim sebaiknya di dalam rumah tangga agar perkembangan jiwanya lebih baik, tidak tersaing dari kehidupan anak-anak pada umumnya. Jika keadaan tidak memungkinkan, tidak ada salahnya diasuh di sebuah yayasan atau panti asuhan sebagaimana dapat kita saksikan di banyak tempat. Bila anak-anak kurang mampu diasuh di panti asuhan, yang harus menjadi perhatian ialah bagaimana mengatasi kejiwaan anak-anak kurang mampu jangan sampai merasakan kekurangannya hingga merasa rendah diri terhadap anak-anak yang lain yang lebih mampu.
Yayasan atau panti asuhan berdiri sebagai wujud usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak dari keluarga miskin bagi masyarakat. Anak-anak yang ditampung tersebut adalah anak-anak yang tidak mempunyai ayah, ibu atau keduanya dan anak-anak dari keluarga miskin sehingga orang tua tidak mampu memberikan kehidupan yang layak bagi anak.
Yayasan ini berfungsi sebagai lembaga sosial di mana dalam kehidupan sehari-hari, anak diasuh, dididik, dibimbing, diarahkan, diberi kasih sayang, dicukupi kebutuhan sehari-hari. Anak asuh juga diberi
keterampilan-keterampilan sebagai bekal untuk mencari penghidupan sendiri setelah lepas dari pengasuhan. Agar anak tidak kehilangan suasana seperti dalam keluarga, yayasan atau panti asuhan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada mereka dan menggantikan peran keluarga bagi anak.
Di dalamnya para pengasuh berusaha secara maksimal mungkin untuk mengantikan peran ayah dengan tujuan memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu dan miskin dengan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial agar kelak mereka mampu hidup layak dan hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.
Pengalaman anak yatim yang didapatkan selama dalam pengasuhan panti asuhan diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka untuk dapat berperilaku mandiri sebagai bekal untuk menggantikan peran ayah dalam keluarga mereka karena setelah keluar yayasan sudah tidak mempunyai tanggung jawab lagi terhadap kehidupan anak asuhnya kecuali untuk anak- anak asuh yang mempunyai prestasi khusus panti membiayai dan memfasilitasi mereka. Contohnya anak-anak yang berprestasi akademik dibiayai dan difasilitasi agar bisa melanjutkan kuliah.
Dengan demikian di sebuah yayasan atau panti asuhan tersebut harus di tumbuhkan kemandiriaannya, di timbbulkan kepercayaannya terhadap kemampuannya untuk hidup wajar sebagai manusia yang terhormat, tidak beda dengan anak-anak lainnya yang lebih mampu. Dari latar belakang di atas, maka penulis mengadakan penelitian tentang
“Bimbingan Kemandirian Pada Anak Yatim di Yayasan Darurrohmah Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen” yang nantinya di harapkan akan menjadikan pelajaran yang berharga bagi penulis dan bermanfaat bagi masyarakat.
C. Rumusa Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk-bentuk kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam bimbingan kemandirian di Yayasan Darurrohmah Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.
2. Untuk mengetahui Metode apa saja yang digunakan dalam bimbingan kemandirian di Yayasan Darurrohmah Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberkan manfaat baik teoritis maupun praktis. Antara lain sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bimbingan konseling baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Dapat memperdalam ilmu pengetahuan tentang bimbingan konseling khususnya dalam bidang bimbingan terkait dengan masalah anak yatim.
2. Praktis
a. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak Yayasan Darurrohmah yang bersangkutan dalam aktifitasnya untuk lebih memberdayakan dan mewujudkan kemandirian anak-anak yatim
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan bagi penulis khususnya, dan instansi terkait atau masyarakat yang berkepentingan dalam mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim.
F. Kajian Pustaka
Dalam upaya memperoleh hasil penelitian ilmiah, diharapkan data- data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat memberikan
jawaban atas seluruh masalah yang dirumuskan. Hal ini agar tidak terjadi duplikasi karangan ilmiah atau pengulangan karangan ilmiah atau pengulangan yang sudah diteliti oleh pihak lain dengan permasalahan yang sama. Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain:
1. Skripsi, Taufik Hudayat dengan judul “Program Kemandirian Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putri 'Aisyiyah Serangan Yogyakarta”
Adapun hasil dari hasil penelitian ini menekankan pada pengelolaan program dalam upaya-upaya memandirikan anak asuh yang ada di Panti Asuhan Yatim Putri 'Aisyiyah Serangan Yogyakarta.
Pengelolaan tersebut dilakukan dengan cara terstruktur dan sitematis serta berkesinambungan sehingga tujuan dari program kemandirian anak asuh yang dilaksanakan dapat tercapai.6
2. Skripsi, Nur Habib dengan judul “Pembinaan Akhlak Anank Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putra Islam An-Nur Bantulklarang Ringinharjo Bantul” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pembinaan Akhlak Anank Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putra Islam An-Nur menggunakan metode pendampingan dengan konseing keagamaan hasi
6 Taufik Hudayat dengan judul, ”Program Kemandirian Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putri 'Aisyiyah Serangan Yogyakarta” Skripsi (tidak dierbitkan), (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2009).
yang dicapai ditandai dengan perubahan sikap yang lebih baik seperti sholat lima waktu.7
3. Skripsi, Ari Dwijayanti dengan judul “Strategi Mensejahterakan Santri Yatim (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al-Hidayah Desa Karangwuluh, Kec. Temon, Kab. Kulonpeogo)” Adapun hasil dari hasil penelitian ini memberikan pelayanan social ekonomi dengan mengelola koperasi gunamensejahterakananggotanya khususnya menumbuhkembangkan pengalaman kewirausahaan dikalangan santri.8
G. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Bimbingan Kemandirian a. Pengertian Bimbingan kemandirian
Sebelum membahas lebih lanjut tentang bimbingan kemandirian, akan di uraikan terlebih dahulu pengertian bimbingan. Bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukan” Dewa Ketut Sukardi berpendapat bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan sacara berkesinambungan supaya individu tersebut
7 Nur Habib dengan judul, “Pembinaan Akhlak Anank Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putra
Islam An-Nur Bantulklarang Ringinharjo Bantul”, Skripsi (tidak dierbitkan), (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009).
8 Ari Dwijayanti dengan judul “Strategi Mensejahterakan Santri Yatim (Studi Kasus Pada
Pondok Pesantren Al-Hidayah Desa Karangwuluh, Kec. Temon, Kab. Kulonpeogo)” Skripsi (tidak dierbitkan), (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2008).
dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkunan sekolah, keluarga, dan masyarakat.9
Menurut A.M. Romly berpendapat bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau kelompok dalam mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar supaya individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.10
Sedangkan menurut teori yang dijelaskan oleh Achmad Badawi bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap individu yang mengalami problem, agar individu mempunyai kemampuan untuk memecahkan problemnya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya, baik kehidupan dalam kehidupan individu maupun sosial.11
Sedangkan kemandirian telah banyak diungkap oleh para ahli meskipun dalam memberikan pengertiannya merka menggunakan istilah yang berbeda-beda. Kata mandiri mengandung arti keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung
9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, hlm. 18.
10 A. M. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2004), hlm. 11.
11 Tidjan, SU, Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UPP UNY, 1993), hlm. 7.
kepada orang lain. Sedangkan kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung kepada orang lain.12
Dari pengertian-pengertian bimbingan dan kemandirian di atas
dapat disimpulkan bahwa bimbingan kemandirian adalah bantuan yang diberikan pada individu secara terus menerus dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang meliputi makan dan minum, berpakaian, berhias diri.
b. Tujuan Bimbingan
Menurut Prayitno dan Erman Amti menyebutkan bahwa tujuan bimbingan adalah membantu klien menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.13
Adapun tujuan dari bimbingan sendiri menurut Aunur Rahim Faqih bahwa dengan membagi secara umum dan khusus yang dirumuskan sebagai berikut:
12 Tim penyusun pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai pustaka dan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001).Hlm . 555.
13 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2009), hlm. 112.
1) Tujuan Umum
Membatu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian di dunia dan di akherat 2) Tujuan Khusus
a) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.14
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan bertujuan untuk memantapkan kepribadian agar dapat berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dan dapat mengembangkan kemampuan individu tersebut dapat melakukan penyesuaian dengan norma yang ada disekelilingnya.
c. Fungsi Bimbingan
Menurut WS. Winkle dalam bukunya berjudul Bimbingan dan Konseling Masyarakat, ada tiga fungsi pelayanan bimbingan di sekolah yaitu:
14Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. 31
1) Fungsi Penyaluran
Membantu anak mendapatkan pengajaran yang disediakan di dalam kelas, missal dengan memberikan pelajaran atau bidang studi yang sesuai dengan kemampuan anak.
2) Fungsi Penyesuaian
Membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tetap dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.
Contohnya anak dibantu cara bergaul, berinteraksi dalam kehidupan keluarganya sehingga mampu menentukan sikap di tengah–tengah keluarganya.
3) Fungsi Mengadaptasi
Fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga–tenaga kependidikan yang lain di sekolah, khususnya pimpinan sekolah dan staf pengajar, dalam hal mengarahkan kegiatan–
kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan anak didik.15
d. Metode Bimbingan
Dalam penerapannya, bimbingan memiliki beberapa metode sebagai usaha mengenal masalah, mengenal pribadi klien, dan akibat-akibat yang ditimbulkan dari masalah kehidupan klien.
Hal ini juga berlaku pada proses bimbingan terhadap anak yatim, karena pada intinya langkah-langkah atau metode bimbingan
15 Thohari Musnamar, Dasar –Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:UII press,1992),hlm.5.
pribadi mempunyai tujuan yaitu membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
1) Metode Langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:
a) Metode Individual
Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:
A) Percakapan Pribadi
Yaitu pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.
B) Kunjungan Rumah (Home Visit)
Yaitu pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati rumah klien dan lingkungannya.
C) Kunjungan Dan Observasi Kerja
Yaitu pembimbing melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.
b) Metode Kelompok
Yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dijadikan dengan menggunakan beberapa tekhnik:
A) Diskusi Kelompok
Yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.
B) Karya Wisata
Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya. Sehingga mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita.
C) Sosiodrama dan Psikodrama
Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk atau mencegah timbulnya masalah, Dalam sosiodrama individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah social dan psikologisnya.
D) Grup Teaching
Pemberian Bimbingan kelompok dengan memberi materi bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.
2) Metode Tidak Langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.
a) Metode individual, dalam metode ini biasanya menggunakan media pribadi seperti surat-menyurat, telepon dan sebagainya.
b) Metode Kelompok / missal, metode ini biasanya melalui media papan bimbingan, surat kabar atau majalah, brosur, radio, atau televisi.16
Dalam hal ini metode bimbingan dapat diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, metode tersebut terdiri dari metode komunikasi langsung yang disingkat menjadi metode langsung dan metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.
e. Bentuk Bimbingan Kemandirian
Salah satu faktor yang mampu meningkatkan kualitas hidup kita adalah kemandirian. Dengan kemandirian kita akan
16Aiunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), Hal.
54.
mempunyai kemampuan untuk mengandalikan diri sendiri.
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan. Artinya, setiap individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian, seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Namun demikian, kemandirian juga tidak serta merta mewujud dalam diri. Ia harus kita tanamkan dengan berbagai upaya. Berikut adalah upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemandirian anak yatim.
1) Menanamkan Kemandirian Sejak Dini
Segala sesuatu yang diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan berkembang menuju kesempurnaan. Begitu pula dengan kemandirian, oleh karena itu anak perlu dilatih untuk mandiri sejak dini, latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas tanpa bantuan, mengasah kepekaan dan tanggung jawab sosial untuk anak, melibatkan anak untuk dalam kegiatan organisasi atau klub yang bermanfaat sesuai dengan minat dan bakatnya, dan juga memberikan pengembangan dan ketrampilan dasar.
2) Menanamkan Rasa Tanggung Jawab Pada Diri Anak
Bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci menuju kemandirian. Dengan tanggung jawab, kita bisa menunjukkan kemampuan emosi untuk tidak bergantung pada orang lain. Lie dan Prasasti mengemukakn bahwa tanggung jawab berkaitan dengan sifat dapat dipercaya dan diandalkan. Memegang tanggung jawab pada sesuatu atau seseorang berarti kita dapat mempertanggung jawabkan tindakan kita. Tanggung jawab juga akan menentukan apakah orang lain akan bisa mempercayai dan mengandalkan kita tanpa perlu kita sangkal, rasa kepercayaan ini merupakan salah satu modal yang sangat penting bagi keberhasilan seseorang.
Karena itu menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak itu sangat penting sekali dalam membantu mempersiapkan kemandirian dirinya. Baik untuk anak yang masih kecil maupun yang sudah besar, orang tua sebaiknya tidak mengambil alih tanggung jawab anak. Misalnya ketika anak melakukan kesalahan dan kekeliruan pada orang lain, orang tua sebaiknya bisa mengambil kesempatan ini sebagai suatu moment pembelajaran bagi anak. Orang tua sebaiknya hanya mendorong anak untuk bisa menghadapi dan meminta
maaf sendiri, orang tua mendukung, dan mendampingi tapi tidak sampai mengambil alih permasalahan anak.
3) Menanamkan Rasa Percaya Diri Pada Anak
Potensi manusia untuk menjadi sukses adalah percaya diri yang nantinya akan memberikan kesiapan seseorang untuk bisa mandiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi misalnya saja dalam hal makan, ketika bayi sudah mulai bisa memegang dan menggenggam biarkan anak memegang botol sendiri. Sebenarnya manusia lahir dengan perasaan kecil atau inferior, perasaan tidak mampu serta keinginan memamerkan diri sendiri dan orang lain bahwa kita sanggup menguasai alam sekitar maka, orang tua perlu mendorong anak-anaknya agar mereka dapat mengembangkan kecakapan khusus, baik dengan menyediakan materi maupun sarana latihan, agar mempunyai rasa percaya diri yang besar sehingga mereka dapat bersikap mandiri.17
4) Menanamkan Kedisiplinan Pada Anak
Kemandirian berkaitan erat dengan kedisiplinan, Disiplin bukan sesuatu yang mengekang kebebasan anak, dengan disiplin kepribadian dan mental anak akan terbentuk.
Untuk dapat mendisiplinkan dirinya sendiri seorang anak sebelumnya harus dilatih untuk disiplin. Syarat utama dalam
17Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Mendidik Anak-anak, (Yogyakarta: Press IKIP Yogyakarta, 1982). hlm. 46.
hal ini adalah pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuensi dari orangtua. Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal dengan sebagai cara menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sangsi.Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.
Pendidikan lewat kedisiplinan ini memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan seorang pendidik memberikan sangsi pada setiap pelanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan sang pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sangsi, tidak terbawa emosi atau dorongan-dorongan lain.18
2. Tinjauan Tentang Kemandirian a. Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan suatu hal yang penting yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat berdiri sendiri dengan kaki sendiri (berdikari) tanpa harus bergantung kepada orang lain, seseorang dapat dikatakan mandiri apabila orang tersebut mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian di
18 Tamyiz Burhanudin, Ahlak Pesantren: Solusi Bagi Kerusakan Ahlak , (Yogyakarta:Ittaqa Press,
2001) hlm. 58
sebut juga sebagai keswakaryaan (kegiatan sendiri).19 Keswakaryaan ini dapat di tunjukan berupa berbuat sendiri secara aktif yang dapat dilihat serta di catat dan spontanitas (berbuat atas inisiatif sendiri).
Chabib thoha berpendapat bahwa kemandirian merupakan prilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.20
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis tanpa bantuan dari orang lain.
b. Bentuk-Bentuk Kemandirian
Robert Havighurts membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:
1) Kemandirian emosional, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya emosi pada orang lain.
2) Kemandirian ekonomi, yaitu mampu mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang lain.
3) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
19 Herman Holstein, Murid Belajar Mandiri, (Bandung: Rosdakarya, 1994), Hlm. 1.
20Chabib thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm 121
4) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.
Sementara itu Steiberg sebagaimana yang dikutip desmita membedakan kemandirian menjadi tiga bentuk, yaitu:
a) Kemandirian emosional
b) Kemandirian tingkah laku, dan c) Kemandirian nlai.21
Dari pemaparan di atas menunjukan bentuk-bentuk dari ketiga aspek kemandirian yaitu:
1) Kemandirian emosional, yaitu aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu.
2) Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung kepada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab.
3) Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memakai seperangkat prinsip tentang salah dan benar, tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting.22
21 Desmita, Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam
Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA, (Bandung : Rosdakarya, 2009), hlm. 185
22 Ibid., hlm 186
f. Karakteristik Kemandirian
Orang yang mandiri akan dapat menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dalam memilih kemungkinan- kemungkinan dari hasil perbuatan dan dapat menyelesaiakan sendiri masalah-masalahnya tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Begitu juga dalam kemandirian anak, tentunya tidak akan terlepas dari karakteristik yang menandainya bahwa seorang anak sudah bisa dikatakan mandiri atau belum. Seperti yang dikemukakan Chabib Thoha sebagai berikut:
1) Seseorang mampu mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang datang dari luar dirinya. Artinya, tidak segera menerima begitu saja pengaruh orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul.
2) Adanya kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang lain.23
Menurut pendapat Kartini Kartono keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan yang sangat penting.” Jadi kemampuan dan keterampilan memecahkan masalah banyak penting untuk menolong orang lain tetapi juga menolong diri sendiri.24
23 Chabib thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,hlm. 122.
24 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaan, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm.137
Menurut Sufyarman, orang-orang mandiri dapat dilihat dengan indikator antara lain:
1) Progresif dan ulet seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh ketekunan merencanakan dan mewujudkan harapan- harapannya.
2) Berinisiatif, yang berarti mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.
3) Pengendalian diri dalam adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi mampu mengendalikan tindakan serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas ulahnya sendiri.
4) Kemampuan diri, mencakup dalam aspek percaya pada diri sendiri.
5) Memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri.25
Dari pendapat ketiga tokoh tersebut yang mengemkakan tentang ciri-ciri kemandirian, yaitu mempunyai persamaan antara lain adanya kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang lain. Artinya, anak tersebut dapat berdiri sendiri mewujudkan cita-citanya tanpa ketergantungan kepada orang lain g. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian.
Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada
25 Sufyarman, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.51-52.
diri individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari orangtuanya.
Menurut Ali dan Asrori beberapa faktor yang disebut berhubungan dengan perkembangan kemandirian, yaitu sebagai berikut:
1) Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki sifat mandiri juga. Namun, faktor keturuna ini masih menjadi perdebatan karena adanya pendapat bahwa sesungguhnya bukan karena sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan karena sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tuanya mendidik anaknya.
2) Pola asuh orang tua
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya.
Orang tua yang terlalu banyak melarang kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembngan kemandirian anak. Sebaliknya, orang yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga orang tua yang cenderung sering membanding–
bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.
3) System pendidikan di sekolah.
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demikratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa ragu mentasi akan menghambat kemandirian anak. Demikian juga dengan, proses pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar kemandirian anak.
4) System kehidupan di masyarakat.
System kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur social kurang menghargai menifestasi potensi anak dalam kegiatan produktif dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.
Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan
tidak terlalu hirarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.26
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah gen atau keturunan, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah, sistem kehidupan masyarakat.
3. Tinjauan Tentang Anak Yatim a. Pengertian Anak Yatim
Menurut beberapa ahli yang mendefinisikan tentang arti anak yatim, di antaranya:
Menurut Raghib al-Isfahani, seorang ahli kamus al-Qur'an, bahwa istilah yatim bagi manusia digunakan untuk orang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa.27
Menurut Peter Salim dan Yenny Salim dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer mengatakan bahwa tidak beribu atau tidak berbapak, atau tidak mempunyai ibu dan bapak, tetapi sebagian menyebutkan sebutan untuk anak yatim ialah untuk anak yang bapaknya meninggal.28
26Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Bumi Aksara 2006) hlm 118
27Dahlan Addul Azizi, Ensiklopedi Hukum Islam,(Jakarta: PT Icktiar Baru Van Hoeve, 1996). hlm. 1962.
28Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), hlm. 1727.
Dari beberapa pendapat yang dipaparkan di atas dapat di simpulkan bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, sedang ia belum berada pada usia dewasa, atau belum mencapai usia baligh dan belum dapat mengurusi dirinya dengan baik. baligh dalam ajaran Islam merupakan batasan usia dari masa kanak-kanak beralih kepada masa dewasa.
b. Batasan Usia Anak Yatim
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.29
َلا مْتُي
ٍمَلاِتْحاَدْعَب
"Tidak ada keyatiman setelah baligh ..."30 Baligh menurut islam apabila telah mengalami mimpi basah bagi laki-laki dan telah mengalami haid bagi perempuan.
Sedangkan menurut ilmu psikologi dijelaskan bahwa siklus kehidupan manusia khususnya pada tingkatan masa kanak-kanak
29 Al Israa’ (17): 34.
30 Hadits Sunan Abu Dawud, no. 2.873.
menuju masa yang dapat dikatakan dewasa itu di antaranya sudah melewati masa kanak-kanak dan masa remaja. Adapun masa kanak-kanak dan remaja adalah terdiri dari masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir, lalu remaja awal, madya dan remaja akhir.
Dan berikut ini adalah batasan usia masa kanak-kanak dan masa remaja,yakni:
1) Anak-anak awal (0-3 tahun) 2) Anak-anak madya (3-7 tahun) 3) Anak-anak akhir (7-12).
4) Remaja dini (12-15 tahun) 5) Remaja madya (15-17 tahun) 6) Remaja akhir (17/18-21 tahun).31
c. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim
Islam memberikan perhatian khusus terhadap diri anak yatim karena kecilnya dan ketidakmanpuannya untuk menjalankan kemaslahatan yag menjamin kebahagiaan hidup di masa depan, dengan perhatian ini, umat dapat menghindarkan kejahatan atau bahaya yang mengancam mereka, seperti mereka tidak bisa
31 Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), hlm. 88.
memperoleh pendidikan karena kehilangan orang tua yang mengasuh, mendidik dan memeliharanya.32
Islam sebagai agama pembawa rahmat, membimbing manusia dengan ajaran-Nya yang mencakup semua aspek kehidupan, di antaranya adalah ajaran yang memerintahkan manusia sebagai makhluk sosial untuk peduli terhadap lingkungannya terutama yang menyangkut anak yatim, sebagaimana firman Allah Ta’ala yaitu:
Artinya : Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.
dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.33
Ayat di atas menerangkan kepada semua terutama yang mengurus anak-anak yatim, untuk berbuat baik kepadanya, memenuhi kebutuhannya, mendidik serta mengarahannya, mengasihi menyayani serta mengasuhnya, sehingga tumbuh
32 Mahmud Syaltut, Tafsir Al Qur’anul Karim, ( Bandung : CV. Diponegoro, 1990). Hlm.
348.
33 Al-Baqoroh (2): 220
menjadi pribadi yang baik dan matang dan siap menghadapi hidup setelah dewasa.34
Dalam ayat lain Allah menegaskan dalam ayat sebagai berikut :
Artinya : " Janganlah kamu menyembah selain Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah pada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri “.35
Pada ayat ini Allah mengisyaratkan kepada manusia agar selalu berbuat baik kepada anak yatim, memperhatikan dan mengurus anak-anak yatim itu berarti memperhatikan pembangunan umat, dan ketidak pedulian terhadap mereka (anak yatim) berarti membuka pintu masuknya kejahatan yang dapat menodai dan merusak citra dan kehormatan umat tersebut.
Mendidik anak yatim pada dasarnya adalah memberikan bimbingan dan pembinaan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan baik. Pasalnya, banyak pemelihara anak yatim yang meremahkan masalah ini serta menzhalimi ha-
34 Ummu Abdillah, “Tarbiyah Bagi Anak Yatim”, As-Sunnah, Edisi 10 (Tahun VIII/1425H/2004), hlm. 53.
35 an-nisa (4): 36
anak yatim. Keadaan seperti inilah justru akan menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat.36
Demikianlah pandangan islam bahwa pendidikan anak-anak yatim itu merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian khusus dari seluruh lapisan masyarakat, sehingga tidak terdapat lagi unsur-unsur yang rusak yang dapat mendatangkan malapetaka ditubuh umat akibat dekadensi moral yang melanda putra-putri umat tersebut.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangakaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.37
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah, sebab metode merupakan syarat utama untuk mencapai suatu tujuan dan upaya untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode antara lain :
36 Ummu Abdillah, Tarbiyah, hlm. 55.
37 Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:
RemajaRosdakarya, 2008). hlm 52.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan untuk menggali dan meneliti data yang dibutuhkan, Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara membuat deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.38 Sehingga data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari wawancara, catatan lapangan dokumen pribadi dan lainnya.
2. Subyek dan Obyek penelitian a. Subyek penelitian
Subyek penelitian merupaan sumber informasi untuk mencari data dala mengungkap masalah penelitian atau yang dikenal dengan informan yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi.39
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang akan menjadi sumber penulis dalam mendapatkan data
38Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), hlm. 6
39 Ibid. hlm. 4.
meliputi Bapak Warjan Subekti sebagai kepala Yayasan Darurrohmah karena merupakan penanggung jawab yayasan, selain itu bapak Ahmad Mufroil yaitu ketua bidang pendidikan dan bapak Gito Pramono sebagai ketua bidang ketrampilan yang mengetahui seluk beluk yayasan juga terlibat dalam perencanaan program maupun dalam kegiatan bimbingan. Juga lima anak yatim yang menjadi binaan Yayasan Darurrohmah. Adapun pemilihan subyek sebagai sampel penelitian dilaksanakan dengan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.40 Penentuan sampel subyek tersebut berdasarkan kriteria sebagai berikut yaitu:
1) Berusia remaja antara 14 – 18 tahun yang merupakan masa- masa transisi dari anak-anak menuju dewasa
2) Dan rutin mengikuti bimbingan di Yayasan Darurrohmah berdasarkan presensi daftar hadir terhitung dari awal tahun 2014 sampai penelitian dilaksanakan, Lebih jelasnya sebagai berikut:
40 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 300.
Tabel I
Daftar Subyek Penelitian
No Nama Jabatan
1 H. Warjan Subekti Ketua Yayasan
2 Gito Pramono Koor seksi ketrampilan
3 Mujayir Koor seksi pendidikan
4 Miftakhus Salim Anak yatim
5 Alimatus Sa’diyah Anak yatim
6 Tri Sutrisno Anak Yatim
7 Anisatun Nufus Anak Yatim
8 Zainul Arifin Anak Yatim
b. Obyek penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah bentuk-bentuk kemandirian anak yatim dan metode bimbingan kemandirian ayak yatim di Yayasan Darurrohmah Karangduwur.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam suatu penelitian, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Wawancara / Interview
Metode wawancara adalah sebuah dialog percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara atau interviewer yang mengajukan pertanyaaan dan yang diwawancarai atau interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.41
Dalam hal ini untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan wawancara bebas terpimpin yang diajukan kepada informan untuk memperoleh data atau persoalan berkenaan dengan bimbingan kemandirian di Yayasan Darurrohmah yaitu kepada bapak Warjan Subekti sebagai kepala Yayasan Darurrohmah, bapak Mujayir yaitu ketua bidang pendidikan dan bapak Gito Pramono sebagai ketua bidang ketrampilan, serta kepada lima anak yatim yaitu: Miftakhus Salim, Alimatus Sa’diyah, Tri Sutrisno, Anisatun Nufus, Zainul Arifin.
Dengan wawancara tersebut diharapkan dapat membawa peneliti kepada fakta yang mungkin saja peneliti belum didapatkan sebelumnya, dan sehingga peneliti dapat data tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan bimbingan kemandirian anak yatim.
b. Metode Observasi
41 Ibid,. hlm. 135.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.42
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode partisipasi, yaitu peneliti sebagai pengamat berperan secara lengkap, peneliti menjadi anggota penuh dalam kelompok yang diamanati. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkan. Jadi metode observasi ini digunakan untuk mendapat data-data yang berkaitan dengan kondisi obyektif Yayasan Darurrohmah, dan secara khusus peneliti mengamati berbagai macam bentuk pelaksanaan bimbingan kemandirian anak yatim yang dilakukan oleh Yayasan Darurrohmah.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa cacatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.43 Pada penelitian ini metode dokumentasi di pakai guna mencari dan menyimpan data-data penting dalam mendukung validitas penelitian, berupa data anak yatim, catatan kegiatan bimbingan anak yatim, presensi kehadiran, program kerja yayasan, dan laporan pertanggung jawaban. Data yang
42 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rordakarya, 2005), hlm. 220
43 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,( Jakarta : Rhineka Cipta, 2006), hlm. 129
diperlukan dalam penelitin ini meliputi letak geografis, susunan pengurus, sarana dan prasarana, kondisi anak yatim dan program bimbingan anak yatim.
4. Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data, proses selanjutnya adalah analisis data, yaitu proses mengatur urutan data, mengorgaisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Adapun teknik yang digunakan dalam metode analisis data ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu setelah data yang berkaitan dengan penelitian terkumpul, selanjutnya disusun dan diklasifikasikan dengan menggunakan kata sedmikian rupa untuk menggambarkan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan.44
Adapun langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk merangkum data, dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dicari pola dan temanya serta dilanjutkan dengan abstraksi.
b. Deskripsi Data
Deskripsi data dalam penelitian ini yakni menguraikan mengenai metode bimbingan kemandirian di Yayasan Darurrohmah Karangduwur dan materi dalam bimbingan pribadi.
44 Ibid,. hlm. 236.
Pendeskripsian ini dilakukan berdasarkan apa yang dilihat atau diperoleh selama penelitian.
c. Pengambilan Kesimpulan
Data yang diperoleh dan disusun, selanjutnya diambil kesimpulan. Ketiga langkah dalam menanalisis data-data penelitian sehingga dapat tercapai suatu uraian sistematik, akurat dan jelas.
I. Sistematika Bahasan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan dan gambaran ke dalam beberapa bab secara berututan dalam bentuk sistematika bahasan, yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, berisi tentang letak geografis, sejarah dan proses perkembangannya, visi dan misi, keadaan sarana dan prasarana, keadaan anak yatim, serta kegiatan bimbingan.
BAB III. ISI, berisi tentang bentuk-bentuk kemandirian dan metode bimbingan kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.
BAB IV. PENUTUP, berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup. Kemudian dilengkapi dengan lampiran-lampiran.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan kurang lebih tiga bulan tiga bulan tentang bimbingan kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu:
1. Kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah diwujudkan dari beberapa bentuk kemandirian yaitu: emosi, ekonomi, intelektual, dan social.
2. Metode bimbingan kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah menggunakan metode komunkasi langsung yaitu dengan metode individual meliputi percakapan pribadi, kunjungan ke rumah, dan observasi kerja. Sedangkan metode kelompok meliputi ceramah tausiyah, diskusi kelompok, dan darya wisata. Adapun metode komunikasi tidak langsung berupa pemberikan selebaran yang berisi materi bimbingan, serta memberikan buku panduan bagi anak yatim.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih baik, kepada:
1. Bagi pengurus Yayasan Darurrohmah Karangduwur diharapkan dapat meningkatkan profesionalitasnya agar mampu membimbing anak yatim dan mencetak anak yatim yang lebih mandiri dan berkwalitas.
2. Bagi anak yatim binaan Yayasan Darurrohmah Karangduwur hendaknya lebih mengaplikasikan pengalaman pendidikan dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti bimbingan.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini untuk memperkaya pengetahuan tentang bimbingan konseling terutama pada anak yatim.
C. Kata Penutup
Puji syukur Alhamdulilah, dengan Rahmat dan Hidayah Allah SWT, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, peneliti menyadari sepenuhnya bagaimanapun juga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berdo'a mudah-mudahan hasil penelitian ini menjadi amal ibadah penulis dalam dunia ilmu pengetahuan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan mambacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi khazanah ilmu pengetahuan khususnya bimbingan dan konseling islam.
Amin.
Daftar Pustaka
AM. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2004.
Asep Irawati, “Anak yatim dalam pandangan M. Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.
Chabib thaha, Kapita selekta pendidikan islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Dahlan Addul Azizi, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Icktiar Baru Van Hoeve, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahas Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Desmita, Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA, Bandung : Rosdakarya, 2009.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Hasan Basri, Remaja berkualitas, problematika remaja dan solusinya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984.
Herman Holstein, Murid Belajar Mandiri, Bandung: Rosdakarya, 1994.
I.Jumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah: Guidance and Counseling, Bandung: C.V Ilmu, 1975.
Jasim Fauzi “Layanan bimbingn Pribadi social Pada Siswa Kelas II MTS Negeri Giriloyo Imogiri Bantul, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008.
Latipun, Psikologi Konseling, Malang: Universitas Negeri Malang, 2001.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Mahmud Syaltut, Tafsir Al Qur’anul Karim, Bandung : CV. Diponegoro, 1990.