• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome di SLB-C yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome di SLB-C yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN BIMBINGAN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK YANG MENGALAMI

DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KHRISNA MURTI JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Marwa Sopa Indah

NIM: 104052001986

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan disusun oleh Marwa Sopa Indah telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, tanggal 25 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 31 Agustus 2009

SIDANG MUNAQASYAH

Ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap

anggota,

Drs.Study Rizal,Lk.M.A. Drs.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A.

NIP : 19640428 199303 1 002 NIP : 150299324

Penguji I, Penguji II,

Drs.H.Mahmud Jalal, M.A. Drs.M.Luthfi, M.A.

NIP : 19520422199 NIP : 19671006 199403 1

006

Pembimbing,

Nasichah, M.A.

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Juni 2009

(4)

Abstrak Marwa Sopa Indah (104052001986)

Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan

Anak adalah anugerah dari Alllah SWT dan titipan untuk orang tua, yang merupakan pewaris atau penurun keturunan dari orang tua. Maka dari itu sudah kewajiban orang tua menjaga dengan sebaik-baiknya, sekalipun anak itu terlahir dengan kecacatan mental maupun fisik. Kecacatan mental dikenal dengan keterbelakang mental atau lebih sering disebut down syndrome.

Down syndrome adalah kondisi abnormalitas pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik termasuk keterbelakang mental yang berat, disebabkan oleh munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang kromosomnya. Dengan ciri-ciri fisik yang unik dan tampak yaitu mata sipit, kepala mengecil, tinggi badan relatif lebih pendek dari anak normal seumurannya, lidah yang menonjol keluar, mulut yang mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongol maka sering disebut mongoloid.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang dideskripsikan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. Alat pengumpul datanya adalah dengan wawancara dan observasi secara langsung terhadap aktifitas bimbingan tersebut. Maksud bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome adalah untuk memahami konsep-konsep sederhana secara rasional serta memberikan bekal pengetahuan mendasar yang berguna bagi anak menuju kemandirian pada taraf perkembangan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’aalamin, Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih

dan Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah tetap memberikan hidayah-Nya

kepada penulis untuk menjadi manusia yang membawa manfaat. Salawat dan

salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri

tauladan bagi seluruh manusia, begitupun bagi seluruh keluarga dan sahabatnya.

Ketika rasa putus asa dan keraguan datang disitulah manusia

membutuhkan dukungan dan masukan dari orang lain, itulah yang penulis rasakan

ketika menyelesaikan skripsi ini. Bersama rahmat-Nya, orang-orang terbaik telah

dikirim kepada penulis untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, Administrasi

dan Keuangan.

2. Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

yang telah membantu dalam kelancaran studi dan proses penyusunan

(6)

3. Nasichah, MA selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

serta dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta

membantu penulis dengan baik serta sabar selama penyusunan skripsi.

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis agar kelak menjadi manusia berguna bagi

dunia dan akhirat.

5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta yang telah

mempermudah peminjaman buku selama kuliah dan penulisan skripsi

berlangsung.

6. Pimpinan dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis selama kuliah dan

menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Kepala sekolah dan guru-guru SLB-C Khrisna Murti yang telah

memberikan motivasi, dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

8. H.M.Siddik dan Hj.Masinah orangtua tercinta atas segala do’a, kasih

sayang, pengorbanan, serta dukungan moral dan materiil yang tidak

henti-hentinya untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Bang Edy,

ka-Erna dan Ozy atas do’a, pengorbanan, serta dukungan moral maupun

materiilnya. Rasya yang lucu dan selalu menghibur.

9. keluarga besar H.Riman atas do’a, pengorbanan, serta dukungan moral dan

(7)

10.Juju, Yusi, Fuah, Noel sahabat-sahabat yang selalu setia dalam suka dan

duka. Friend forever. Dan Teman-teman BPI ’04 yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, kebersamaan yang tidak terlupakan.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas bantuan dan do’anya

untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian, dan penulis pun

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari hasil skripsi ini, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi semua pihak yang membaca. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Juni 2009

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN TEORI ... 13

A. Bimbingan ... 13

1. Pengertian Bimbingan ... 13

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan... 15

3. Metode Bimbingan... 17

B. Kemandirian ... 18

1. Pengertian Kemandirian ... 18

(9)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 21

C. Down Syndrome ... 26

1. Pengertian Down Syndrome ... 26

2. Faktor Penyebab Down Syndrome... 27

3. Ciri-ciri Down Syndrome ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM SLB-C YAYASAN KHRISNA MURTI ... 31

A. Latar belakang Tujuan dan Sejarah Singkat ... 31

B. Visi dan Misi SLB Khrisna Murti... 34

C. Program Kerja... 34

D. Struktur Organisasi ... 36

BAB IV ANALISA BIMBINGAN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDOME DI SLB YAYASAN KRISNA MURTI ... 37

A. Identifikasi Informan ... 37

B. Bentuk Bimbingan Bagi Anak Down Syndrome... 39

C. Metode Bimbingan Bagi Anak Down Syndrome ... 50

D. Faktor Penghambat Dan Pendukung... 51

BAB V PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan... 54

B. Saran- saran ... 55

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang

sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya, sebagaimana dalam firman

Allah SWT dalam surat At-Tin ayat 4 :

Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya.” (Q.S At-Tin : 4).

Selain itu juga manusia dilengkapi dengan organ psikofisik yang

istimewa seperti panca indera dan hati. Kenyataan itu merupakan kelebihan

manusia dari makhluk lainnya. Namun, apabila masyarakat membandingkan

manusia satu dengan lainnya maka perbedaannya akan terlihat. Misalnya

dalam bentuk kekurangan fisik atau mentalnya yang kadang disebut dengan

cacat. Cacat bukanlah penyakit, melainkan suatu keadaan yang berbeda-beda.

Dari perbedaan tersebut, terdapat sekelompok anak yang memiliki

keterbelakangan mental dengan ciri-ciri yang mencolok atau lebih dikenal

dengan istilah down’s syndrome.

Down’s syndrome adalah kondisi abnormalitas pada diri manusia yang

ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik termasuk keterbelakangan mental

(11)

puluh satu pasang kromosomnya. Nama lain untuk down’s syndrome disebut

juga Mongolism. 1

Tentunya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya

walaupun si anak menyandang down syndrome, namun dalam proses ke arah

sana orangtua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan

anaknya dengan apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan

atau penilaian, selain itu juga tetap menghargai dan memahaminya sebagai

individu yang berbeda dan mendukung perkembangannya.

Masa kanak-kanak adalah masa yang panjang dan cukup bagi seorang

pendidik untuk menanamkan apapun yang diinginkan pada diri anak. Pada

masa itu pula, seorang pendidik dapat mengarahkannya sesuai dengan

gambaran yang ada padanya. Selama seorang anak ditopang dengan asuhan

yang baik, arahan yang mendidik, maka pada saat itulah telah terbentang masa

depan cerah yang akan dihadapinya.

Seperti halnya anak-anak normal, mereka membutuhkan pendidikan,

bimbingan dan kasih sayang. Keluarga merupakan lembaga pendidikan awal

bagi anak, karena bimbingan merupakan hal pertama dan yang utama

diberikan di rumah, sedangkan lembaga selanjutnya diberikan di sekolah

sebagai pendidikan formal yang akan membantu anak-anak untuk bisa hidup

mandiri.

Mandiri bukanlah singkatan dari ” mandi sendiri ” melainkan mandiri

merupakan suatu usaha agar anak dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada

1

(12)

orang lain dan bertanggung jawab atas perilakunya sendiri.. Kemandirian

sudah dapat dilihat sejak individu masih kecil dan akan terus berkembang

hingga akhirnya menjadi sifat yang relatif menetap pada masa remaja.

Masa kanak-kanak bukanlah masa “praktek”. Ia hanya suatu masa

persiapan dan pelatihan untuk dapat mencapai masa “praktek” di saat ia sudah

mulai dewasa hingga ia merasa mudah dalam menjalankan

kewajiban-kewajibannya. Juga membuat sang anak siap secara total dalam mengarungi

bahtera kehidupan dengan penuh rasa optimis. 2

Sekolah memiliki peranan penting terutama dalam membantu dan

mengarahkan anak agar memiliki sikap mental dan mandiri yang baik,

meskipun tidak sepenuhnya menjadikan mereka anak normal.

Masalah anak cacat terutama anak yang mengalami down’s syndrome

belum begitu banyak mendapat perhatian di Indonesia, meskipun dalam 10

tahun terakhir ini tampak kemajuan. Fasilitas pendidikan dan rehabilitasi

sangat terbatas. Secara praktis anak down syndrome tentu memerlukan

tindakan yang khusus, seperti memasukkan anak tersebut ke sekolah khusus,

intervensi dini dan sebagainya. Tindakan ini perlu dilakukan karena

intelegensi dan kemampuannya berada di bawah rata-rata, sehingga

membutuhkan bantuan khusus, seperti pengasuhan yang khusus dari orang

tua.

Selain membutuhkan perhatian yang lebih dari orang tua seorang anak

khususnya penderita down’s syndrome juga membutuhkan pola pendidikan

2

(13)

yang tepat bagi pengembangan kemampuan anak. Salah satunya adalah SLB

(sekolah Luar Biasa).

Lembaga SLB (Sekolah Luar Biasa) merupakan salah satu lembaga

sekunder yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa

anak-anak cacat, baik cacat fisik maupun cacat mental. Hal ini sesuai dengan

tujuan pendidikan luar biasa yaitu membantu anak didik yang menyandang

kelainan fisik atau mental atau kelainan perilaku agar mampu

mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi

maupun anggota masyarakat, dan dapat hidup secara wajar serta mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Hal di atas juga dikarenakan interaksi anak dengan pendidik di sekolah

cukup intensif dan berlangsung lama dalam setiap harinya. Karena itu sekolah

tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga membentuk watak

dan kepribadian anak. 3

Begitu juga pendidik harus mempunyai pengertian tentang sikap dan

pandangan anak dan keluarganya mengenai kekhususan yang dimiliki si anak.

Sikap dan pandangan ini dapat berbeda-beda, yaitu sebagian anak dan

keluarganya dapat menerima kondisi si anak dan dapat mengatasinya,

sebagian lainnya tidak dapat berbuat demikian. Dimana kunci utamanya

adalah apakah si anak merasa dicintai, disenangi, dan merasa aman. Hal ini

diperlukan oleh setiap anak, tetapi yang lebih dibutuhkan adalah anak yang

berkebutuhan khusus.

3

(14)

Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik pada anak down’s

syndrome terutama mengenai menumbuhkan kemandirian, dimana anak yang

mengalami down’s syndrome perlu mendapatkan perhatian khusus melalui

bimbingan, untuk meneliti lebih jauh dalam sebuah penelitian penulis

menuangkan dalam judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB-C Yayasan Krisna Murti Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada bimbingan dalam menumbuhkan

kemandirian anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan

Krisna Murti, yang berjumlah tujuh orang anak sedangkan pembimbing

ada dua orang.

Yang dimaksud kemandirian dalam penelitian ini adalah untuk

memahami konsep-konsep sederhana secara rasional serta memberikan

bekal pengetahuan mendasar yang berguna bagi siswa menuju

kemandirian pada taraf perkembangan masing-masing dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak

(15)

b. Apa metode yang digunakan pembimbing dalam melaksanakan

bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down

syndrome?

c. Apa saja faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam

menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian

anak yang mengalami down syndrome.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing dalam

melaksanakan bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang

mengalami down syndrome.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam

menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama

dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

b. Secara praktis sebagai bahan informasi bagi para pembimbing atau

guru yang bergerak dalam penanganan anak yang mengalami down

(16)

D. Tinjauan Pustaka

1. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB Negeri Kapten Halim Purwakarta yang ditulis oleh Maemanah Sa’diah tahun 2006 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Islam Neeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Fokus permasalahannya adalah bagaimana

bimbingan dan konseling yang dilakukan dalam menumbuhkan

kemandirian anak tunagrahita.

2. Bimbingan Agama Bagi Anak Down’s Syndrome di SLB YKS III Katapang yang ditulis oleh Mardianah tahun 2007 Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Bandung. Fokus

permasalahannya adalah proses bimbingan agama yang diberikan kepada

anak down’s syndrome.

Sedangkan skripsi ini berjudul Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan. skripsi ini membahas proses bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami

down’s syndrome.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap masalah yang

(17)

dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode ini dimaksudkan untuk mengolah dan menganalisis

berbagai fenomena empiris, yang berkenaan dengan bimbingan

menumbuhkan kemandirian pada anak yang mengalami down syndrome di

SLB-C Yayasan Khrisna Murti.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan4. Dalam

penelitian ini yang menjadi subyek adalah pembimbing yang juga sebagai

guru berjumlah dua orang yang memberikan bimbingan dalam

menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome.

Adapun yang menjadi obyek penelitian skripsi ini adalah bimbingan dalam

menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome yang

berjumlah tujuh orang.

3. Sumber Data

Sumber data adalah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam

penelitian untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat

memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini.

Untuk data primer, penulis menghimpunnya dari pembimbing yang

berjumlah dua orang di SLB-C Yayasan Khrisna Murti, yang dijadikan

sebagai subyek penelitian, kemudian data sekunder didapatkan dari

catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini

4

(18)

4. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian skripsi ini di SLB Yayasan Khrisna

Murti yang beralamat di Jalan Masjid Darussalam Blok A Jakarta Selatan.

Alasan penulis memilih lokasi ini adalah :

a. Adanya bimbingan kemandirian terhadap anak yang mengalami down

syndrome.

b. Terdapat data-data yang penulis butuhkan yang terkait dengan

penelitian.

c. SLB Yayasan Khrisna Murti ini ini bersedia untuk dijadikan tempat

penelitian.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 Desember 2008 sampai

dengan 20 April 2009.

5. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan tehnik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

a. Interview (wawancara)

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung

kepada informan, alasan peneliti menggunakan tehnik wawancara

secara langsung adalah dengan menggunakan tehnik ini, kebenaran

atas jawaban dari informen dapat dicek secara langsung dengan

mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau

gerak-gerik informen, selain itu juga jika ada pertanyaan yang belum

(19)

menjelaskannya.5 Penulis melakukan wawancara kepada pembimbing

atau guru, untuk memperoleh data tentang bimbingan dalam

menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome.

b. Observasi

Yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.6 Terkait dengan

masalah bagaimana bentuk bimbingan menumbuhkan kemandirian

yang dilakukan pembimbing selaku guru pada anak yang mengalami

down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti.

c. Dokumentasi

Yaitu penulis mengumpulkan data-data dan informasi berkenaan

dengan masalah yang terkait, yang penulis dapatkan dan telaah dari

buku-buku, internet dan juga arsip-arsip yang dimiliki yayasan.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka

instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti

menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian atau peneliti disebut

sebagai instrument kunci. 7

5

Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 68.

6

Sutrisno hadi, Metodologi Penelitian Research II, (Yogya: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h. 141.

7

(20)

7. Teknik Analisis Data

Penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara

kualitatif dengan masalah yang akan diteliti di sini, maka analisis data

yang akan dilaksanakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data dan setelah terkumpul data dikelompokan

menurut jenis masing-masing.

b. Setelah diklasifikasikan menurut jenisnya, data tersebut dihubungkan

antara pendapat satu dengan yang lainnya dengan teori yang sedang

diteliti.

c. Langkah selanjutnya data tersebut diinterpretasikan.

d. Penarikan kesimpulan.

8. Teknik Penulisan

Adapun teknis penulisan penelitian dan kajian ini mengacu kepada

buku Pedoman Penulisan skripsi, tesis dan disertasi edisi terbaru yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.8

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Penulis menjelaskan seputar latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian bimbingan, pengertian kemandirian dan pengertian down syndrome

8

(21)

BAB III: Dalam bab tiga ini akan di jelaskan mengenai gambaran umum SLB Yayasan Krisna Murti Jakarta Selatan.

BAB IV: Bab empat ini menjelaskan tentang analisis bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down

syndrome, meliputi bagaimana bentuk bimbingan dalam

menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome,

bagaimana metode yang digunakan, dan apa faktor penghambat

dan pendukung.

(22)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris

guidance“ yang berasal dari kata “to guide “ yang berarti “menunjukkan.”

Menurut Arifin secara etimologi juga berarti, “bimbingan adalah

menunjukkan, memberi jalan atau “menuntun“ orang lain kearah tujuan

yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan dimasa yang akan

datang. 9

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui

usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya

agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 10

Menururt Crow dan Crow yang dikutip oleh HM.Umar dan

Sartono menyebutkan bahwa bimbingan dapat diartikan “sebagai bantuan

yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki

pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu

dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan

9

M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (PT: Jakarta Golden Terayon, 1998), cet. ke-6, h. 1.

10

(23)

hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat

pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri”.11

Dalam pemahaman lain Stopps seperti yang dikutip umar dan

sartono menyatakan bahwa arti bimbingan adalah “suatu proses yang terus

menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai

kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang

sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat”. 12

Dalam istilah lain Moh. Surya menyatakan bahwa bimbingan ialah

“suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam

pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri,

dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri

dengan lingkungan”. 13

Dan lebih jelas lagi bimbingan, Prayitno (seorang pakar bimbingan

dan konseling) menerangkan sebagai berikut :

“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya; (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis (c) mengambil keputusan; (d) mengarahkan diri dan ; (e) mewujudkan diri”. 14

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. ke-1, h. 20.

14

(24)

Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian bimbingan

sebagaimana dapat dipahami tentang arti bimbingan yakni merupakan

suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis

kepada individu atau kelompok dalam memecahkan masalah yang

dihadapi dan agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang

mandiri.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan

Dalam melaksanakan bimbingan terhadap individu atau kelompok

supaya mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, serta

mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Maka

perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari bimbingan, menurut

Prayitno ada dua tujuan, yaitu :

a. Tujuan umum, yaitu untuk membantu individu mengembangkan diri

secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya dan

predoposisinya, berbagai latar belakang yang ada dan sesuai dengan

tuntutan positif lingkungannya.

b. Tujuan khusus merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan

langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu, sesuai

dengan kompleksitas permasalahannya. 15

Secara singkat dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dalam

membantu individu agar :

15

(25)

a. Mengenal dan memahami dirinya sendiri, termasuk kekuatan-kekuatan

dan kelamahan-kelemahannya.

b. Mengenal dan memahami lingkungan

c. Mengambil keputusan untuk melangkah maju seoptimal mungkin.

d. Berusaha sendiri memecahkan masalah.

e. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya.

f. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.

Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu tertentu yang

mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam

hubungan ini bimbingan berfungsi sebagai pemberi layanan kepada anak

agar masing-masing anak atau murid berkembang secara optimal, sehingga

menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun

keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan, maka para

ahli mengelompokkan fungsi-fungsinya kepada empat fungsi pokok yaitu :

1. Fungsi pemahaman, adalah pemahaman tentang diri anak beserta permasalahannya oleh anak sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu anak.

2. Fungsi pencegahan, membantu individu menjaga dan mencegah timbulnya masalah bagi anak.

3. Fungsi pengentasan atau perbaikan, membantu individu keluar dari masalah yang dihadapinya.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil perkembangan yang telah ditangani selama ini. 16

16

(26)

3. Metode Bimbingan

Metode dalam pengertian harfiah adalah jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari kata meta

yang berarti melalui dan hodos berarti jalan.17 Namun pengertian hakiki

dari metode adalah segala saran yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, baik saran tersebut bersifat fisik, seperti alat

peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan

berlangsung. Bahkan pelaksanaan metode seperti pembimbing sendiri

termasuk metode juga dan sarana nonfisik seperti kurikulum, contoh

teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang

menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan

pemahaman terhadap sasaran metode.

Demi untuk mencapai tujuan yang jelas dan terarah maka

bimbingan memerlukan metode atau tehnik-tehnik dalam membimbing

anak. Secara umum berikut di uraikan metode bimbingan :

a. Metode Langsung (direktif)

Metode komunikasi lansung dimana pembimbing dan pihak

yang dibimbing langsung bertatap muka. Ada dua cara :

1) Metode individual yaitu metode yang dilakukan langsung secara

individu dengan pihak yang dibimbingnya, seperti percakapan

ataupun kunjungan rumah dan observasi, yakni pembimbing

mengamati lingkungan sekitarnya.

17

(27)

2) Metode kelompok yaitu pembimbing melakukan komunikasi

langsung dengan yang dibimbing dalam bentuk kelompok melalui

diskusi, ceramah, dan dinamika kelompok, atau bisa juga

dilakukan dengan cara menggunakan ajang karya wisata. 18

b. Metode tidak langsung (non directif)

Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang

dilakukan melalui media massa, metode tidak langsung dapat pula

dilakukan secara individual maupun kelompok. Tehnik yang

digunakan adalah :

1) Metode individual dilakukan melalui surat, telepon, fax, email, dan

sebagainya.

2) Metode kelompok dapat dilakukan melalui papan bimbingan, surat

kabar atau majalah, brosur, radio, atau televisi. 19

B. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata

mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang

lain, sejak kecil ia sudah biasa, sehingga bebas dari ketergantungan pada

(28)

Kemandirian didefinisikan sebagai suatu kemampuan mengatur

tingkah laku memilih dan membimbing keputusan dan tindakan seseorang,

tanpa dikontrol dari orang tua.

“Kemandirian adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sikap seseorang, yang lahir dari dalam hati untuk belajar menata diri sendiri. Tumbuh berarti bertambah, dalam hal ini bertambah matang dalam segala hal, dapat dilihat bahwa kemandirian adalah suatu proses pendewasaan diri seorang anak, dan proses pembelajaran diri, yaitu berpegang pada prinsip sendiri serta tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian seseorang dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian yang disiplin, mempunyai tekad untuk maju, dengan keadaan dapat berdiri sendiri.” 21

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

kemandirian adalah proses pendewasaan, dan pembelajaran seseorang

yang mempunyai tekad untuk lebih maju dan tidak bergantung kepada

orang lain, hal ini dipengaruhi oleh sikap serta kepribadian seseorang yang

disiplin.

2. Ciri-ciri Kemandirian

Menurut Lindzay dan Aronson, seperti yang dikutip oleh Tien

Supartinah . orang yang mandiri menunjukkan ciri-ciri :

a. Secara relatif jarang mencari perlindungan kepada orang lain.

b. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi.

c. Memiliki rasa percaya diri.

d. Memiliki keinginan untuk menonjol. 22

21

Sri Harini, Aba Firdaus Al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), h. 34 .

22

Tien Supartinah dan Sugiyanto, Laporan Penelitian Mengenai Kontribusi Harga Dir, Kemandirian, dan Motif Berprestasi Akademik Mahasiswa FKIP UNS Surakarta,

(29)

Menurut Thulus Hidayat, seperti yang dikutip oleh Tien Supartinah

mengelompokkan ciri-ciri kemandirian kedalam tiga kelompok yaitu :

a. Ciri-ciri yang menekankan pada adanya rasa tanggung jawab yang besar terhadap perilakunya, baik tanggung jawab terhadap orang lain maupun tanggung jawab terhadap diri sendiri.

b. Adanya rasa percaya diri, sehingga ia merasa aman menghadapi lingkungan, merasa aman berada dengan orang lain, dan tidak tergantung pada orang lain.

c. Adanya kreatifitas, sehingga ia mampu menghasilkan inisiatif atau ide-ide dalam mencapai prestasi. 23

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat penulis simpulkan bahwa

kemandirian memiliki ciri-ciri pokok yaitu :

a. Aktifitas sendiri yakni adanya tindakan yang dilakukan sendiri tanpa

bantuan orang lain, mampu mengendalikan tindakannya dan

memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri

b. Percaya diri yakni adanya kepercayaan pada kemampuan yang

dimilikinya,penerimaan terhadap dirinya sendiri dan memperoleh

kepuasaan dari usaha yang telah dilakukannya sendiri

c. Bertanggung jawab yakni adanya keinginan untuk maju, usaha untuk

mengejar prestasi, dan tujuan secara sunguh-sungguh, ulet, tekun, serta

berani mengambil resiko, berani tanggung jawab terhadap perilakunya

dan keputusan yang diambil, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri

maupun orang lain.

d. Kreatif yakni kemampuan untuk bertindak orisinil, penuh gagasan dan

mampu mengembangkan sikap kritis.

23

(30)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian tidak terjadi begitu saja, karena dalam membentuk

perilaku mandiri harus memperhatikan beberapa faktor penting yang

mempengaruhi kemandirian. Secara garis besar terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal (mencakup faktor

perkembangan dan kematangan anak: serta faktor jenis kelamin) dan

faktor eksternal (mencakup faktor sosial dan budaya, faktor pola asuh).

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

individu yang mencakup antara lain :

1) Faktor Perkembangan dan Kematangan Anak

Semakin seseorang berkembang menuju kearah

kedewasaan, maka sifat menggantungkan diri semakin berkurang

dan seseorang yang mempunyai sifat tergantung menunjukkan

pribadi yang tidak matang.

Keadaan mandiri dapat tercapai jika seseorang berhasil

memecahkan masalah yang dihadapinya dalam upaya

perkembangan dirinya, mencapai kebebasan dan mampu

melakukan banyak hal sendiri. Sedangkan bila seseorang gagal

(31)

upaya yang memperoleh kebebasan dan mandiri maka dia akan

merasa malu dan ragu akan kemampuannya sendiri.24

Maccoby dalam Monks menjelaskan bahwa sebelum anak

berusia kurang lebih 8-12 tahun, orangtua lebih mendominasi.

Selanjutnya terjadi koregulasi (penentuan bersama). Pada tahap ini

orangtua semakin memberikan kebebasan menentukan sendiri pada

anak dalam situasi self regulation. 25

Dengan demikian kemandirian anak sangat perlu

dirangsang pada saat anak berada pada tahap muscular-anal,

dimana anak mulai memiliki rasa ingin bebas walaupun belum

dapat mandiri secara sempurna. Pada usia inilah langkah yang tepat

bagi orangtua untuk memulai pemberian latihan kemandirian pada

anak, sambil tetap menyesuaikan dengan tingkat perkembangan

dan kematangan anak.

Dengan memberikan latihan kemandirian yang cukup pada

masa kecil maka anak diharapkan tumbuh menjadi manusia

mandiri pada saat dewasa, dimana pada masa ini terjadi transisi

yaitu dari anak menuju dunia dewasa yang diharapkan pada

berbagai tuntutan untuk mandiri sehingga dengan kemandirian

tersebut akan terbentuklah identitas diri.

2) Faktor Jenis Kelamin

24

Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (Klinis ),

(Yogyakarta : Kanisius, 1993), h. 144-145.

25

F. J. Monks, et. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

(32)

Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap anak

laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa

mereka mempunyai peranan yang berbeda di masyarakat. Pada

laki-laki lebih diberi peran di area publik yaitu di luar rumah,

sedangkan perempuan mendapatkan peran lebih pada wilayah

intern atau domestik yaitu dalam rumah. Akibatnya laki-laki

diharapkan lebih kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi

lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan. Sedangkan

perempuan diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.

Dengan demikian perbedaan sifat-sifat yang demikian lebih

disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan kepada

mereka. Anak laki-laki lebih banyak diberi kesempatan untuk

bersikap mandiri, berdiri sendiri dan menanggung resiko. Serta

banyak dituntut untuk menunjukkan inisiatif dan originalitasnya

daripada anak perempuan.26 Sedangkan laki-laki lebih cenderung

aktif daripada anak perempuan dalam upaya memperoleh

kemandirian dari orangtua, tetapi perempuan dinilai lebih mandiri

daripada laki-laki dalam masalah emosi.

b. Faktor Eksternal

Adapun faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal

dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang meliputi antara

lain :

26

(33)

1) Faktor Sosial dan Budaya

Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak bisa

dilepaskan dari kehidupan orang lain. Lingkungan yang ada di

sekitar manusia itu merupakan bagian penting yang dapat

mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadiannya.

Lingkungan seseorang, seperti lingkungan keluarga, masyarakat,

sekolah ataupun tempat individu tersebut tinggal akan dapat

membentuk pola perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang

termasuk kemandiriannya.

Dalam upaya pembentukan kemandirian ini perlu melihat

konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh

masyarakat sekitarnya. Hal ini karena konteks lingkungan sosial

dan nilai-nilai budaya masyarakat, sangat mempengaruhi

penerimaan masyarakat akan arti pentingnya kemandirian, yang

juga sangat berpengaruh pada cepat dan lambatnya pencapaian

kemandirian seseorang.

2) Faktor Pola Asuh

Faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap proses

pembentukan kemandirian ini adalah faktor pola asuh orangtua

bahkan mungkin faktor inilah yang paling besar pengaruhnya

terhadap perkembangan kemandirian seseorang.

Ada tiga teknik pengasuhan yang biasanya diterapkan

(34)

pola asuh permisif (membolehkan), pola asuh autoritatif

(demokratis).

Pada pola asuh authoritarian, orangtua cenderung

mendidik dan menahan perolehan kebebasan anak, yang akibatnya

dapat membuat anak cenderung menjadi tergantung, kurang

percaya diri dan pasif.

Sementara itu pola asuh permisif, tidak menghasilkan

anak-anak yang sering mengalami kesulitan mengatasi tuntutan untuk

mandiri dan percaya diri menjelang usia remaja, dan mungkin akan

mengalami frustasi bila terjadi kegagalan dalam mengahadapi

lingkungan yang tidak mau menurut apa yang diinginkannya.

Sedangkan pola asuh autoritatif, secara tidak langsung

orangtua mendorong kemandirian dan tingkah laku disiplin pada

anak. Hal ini karena orangtua yang menerapkan pengasuhan

demokratis, tidak melakukan dominasi terhadap anak dalam

membuat keputusan, dan dalam membuat peraturan pun mereka

akan senantiasa memberikan penjelasan-penjelasan.

Anak yang diasuh dengan pola autoritatif (demokratis),

akan menjadi anak yang kompeten secara sosial, artinya anak akan

mandiri, dewasa, mempunyai control diri yang kuat, percaya diri,

bersemangat atau aktif, eksploratif, ramah, bersahabat dengan

(35)

Dalam hal ini pola asuh autoritatif (demokratis) lebih

efektif dibandingkan dengan otoriter dan permisif karena

memberikan standar yang jelas dan control yang bijaksana

terhadap anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi

yang matang.

C. Down’s syndrome

1. Pengertian down’s syndrome

Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada

tahun 1866. Walaupun sudah lama dikenal, baru pada tahun 1959

ditemukan dan dibuktikan adanya kelainan pada kromosom.

Menurut Kartono dan Gulo Down syndrome adalah suatu kondisi

abnormal pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas

fisik, termasuk keterbelakangan mental yang berat; disebabkan oleh

munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang

kromosomnya. Down syndrome dinamakan juga dengan mongolism. 27

Seperti yang dikatakan Bandi Delphi “Down syndrome termasuk

ke dalam tunagrahita tingkat sedang dan berat. Tipe klinis yang khusus

dapat terlihat dari bentuk raut muka, badan dan karakteristik syndrome”.28

Tunagrahita kelompok down syndrome mempunyai

kelainan-kelainan yakni kecacatan pada bentuk hati, ketidaknormalan pada

27

Kartini Kartono dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), h. 131.

28

(36)

paru, gejala leukemia, infeksi pada mata dan telinga, kegemukan, masalah

yang berkaitan dengan kulit (kasar, kering, dan terkena infeksi),

mempunyai masalah pada gigi dan gusi, serta mempunyai hendaya

pendengaran.

Anak penderita down’s syndrome ini memerlukan perhatian yang

khusus baik itu dari keluarganya di rumah maupun guru di sekolahnya.

Kesehatan umum yang perlu mendapat perhatian yang berkaitan dengan

kondisi anak down syndrome tersebut, meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Nutrisi, karena disebabkan makanan mereka yang kurang bergizi

2) Kesulitan gerak saat mengunyah dan menyuap makanan ke mulutnya

3) Sering sakit dan mempunyai penyakit yang serius disebabkan jeleknya

pemeliharaan kesehatan dirinya.

4) Mudah mendapatkan kecelakaan dan luka-luka diakibatkan oleh

adanya keterbatasan daya pandang, otot-otot tubuh yang lemah,

kesulitan gerak, seringnya mendapatkan kejang otot (seizure).

5) Kegiatan fisik sangat diperlukan guna menjaga kebugaran dan

kesehatan diri.

2. Faktor Penyebab Down Syndrome

Pewarisan sifat-sifat induk berlangsung melalui kromosom.

Kromosom manusia normal sebanyak 23 pasang atau 46 buah. Sejumlah

23 kromosom diperoleh dari ayahnya dan 23 kromosom didapatkan dari

(37)

Demikian pula dengan gangguan mental terjadi karena tidak

normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosomnya

berlebihan atau berkurang menyebabkan individu mengalami gannguan

mental, misalnya yang semestinya memiliki kromosom 46 buah berarti

terdapat 23 pasang yang terdiri dari 22 pasang kromosom normal dan yang

sepasang berjumlah 3 buah kromosom. Adanya pasangan kromosom ini

disebut trisomi. 29

Kelainan kromosom terletak pada kromosom 21 dan 15. dengan

kemungkinan-kemungkinannya ialah :

a. Non disjunction, kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana

semasa proses pembahagiaan sel secara mitosis pemisahan kromosom

21 tidak berlaku dengan sempurna.

b. Translokasi, berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom

14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu 23

pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom.

c. Mosaic, berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. 30

3. Ciri-ciri Down Syndrome

Sebagaimana telah diketahui bahwasanya down syndrome

memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dari anak-anak yang tumbuh dan

berkembang secara normal, ciri-ciri tersebut di antaranya :

29

Notosoedirjo Moeljono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2002), h 73.

30

(38)

a) Otaknya tidak tumbuh sempurna.

b) Kepalanya kecil bulat dan ceper, tidak sempurna. Ubun-ubunnya tidak

lekas tertutup menjadi keras, bahkan sering tidak pernah bisa tertutup

sama sekali.

c) Bermata miring; lubang matanya sempit dan sipit. Sering juling,

mengalami hypermetropia (bisa melihat pada jarak pendek),melihat

benda, tapi tanggapannya tidak sama dengan penglihatan (deformed).

Sering terdapat cataract, yaitu mata berair dan pandangannya jadi

kabur dan kosong. Matanya bertitik-titik, dan mengalami

kerusakan-kerusakan.

d) Lidahnya tebal dan besar tapi lunak, biasanya selalu terjulur keluar.

Ada kalanya lidahnya kecil sekal dan runcing, kasar juga terbelah.

e) Tangannya lunak, lebar, besar seperti mengandung air. Biasanya ibu

jari dan kelingkingnya kecil sekali. Telapak tangannya kisut dan

terlipat-lipat tidak normal.

f) Bentuk gigi juga abnormal. Tulang-tulang rusuk dan punggung sering

mengalami kelainan. Bibir tebal atau sumbing. Kuping luar biasa

besarnya, atau kecil sekali berupa sebuah kutil. Kulitnya kering dan

kasar; tetapi sering pula lembut dan lunak seperti kulit bayi. Pipinya

kemerah-merahan.

g) Jari-jarinya mengalami polydactyli atau syndactyli. Seringkali belahan

antara ibu jari dengan jari telunjuk sangat dalam sekali telapak kaki

(39)

h) Sendi-sendi dan otot-otot kaku. Alat kelaminnya sangat kecil dan tidak

sempurna; anak gadis mengalami saat menstruasi yang sangat lamban.

Darahnya dingin beku dan sangat sensitive terhadap temperature.

i) Mentalnya tenang, lamban dan mengalami retardasi total. Baru bisa

bicara ketika berusia kurang lebih 6 tahun.

Sedangkan menurut Nur’aeni, ciri-ciri anak down syndrome

diantaranya adalah :

a) Perkembangan senantiasa tertinggal dibanding teman sebayanya, bahkan kadang-kadang ada tahap perkembangan yang dilewati.

b) Tidak mampu mengubah cara hidupnya, ia cenderung rutin. Jika terjadi hal baru dilingkungannya ia menjadi bingung dan risau.

c) Perhatiannya tidak dapat bertahan lama.

d) Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi terbatas, umumnya anak-anak gagap. Bagi mereka yang cacatnya berat cenderung bisu atau sering meraban atau mengoceh.

e) Sering tidak mampu menolong dirinya sendiri. f) Motif belajarnya rendah sekali.

g) Irama perkembangannya tidak pari, suatu saat mungkin meningkat tinggi, tetapi saat lain bahkan menurun kuat.

h) Tak acuh pada lingkungan

i) Jarang menirukan tingkah laku orangtua.

j) Penampilan fisiknya juga beda dengan teman sebayanya perkembanmgan motor halus, motor kasarnya juga sering terganggu. k) Ia sering gagal menghadapi lingkungannya tetapi tidak pernah mau

berusaha. 31

31

(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya SLB-C Khrisna Murti

Dari seorang ibu bernama Murniati Nasution, Yayasan Khrisna

Murti tercetus pada hari selasa tanggal 11 September tahun 1973 di kantor

notaris. dengan menyisihkan sebagian dari kekayaan beliau sebesar

Rp.5000,00 (lima ribu rupiah) bersama rekan yang bernama Sanawia Nur,

mereka menghadap notaris Raden Soeratman32 untuk dibuatkan akte

sehubungan mendirikan Yayasan Khrisna Murti.

Dari pemikiran dan rasa peduli Murniati Nasution terhadap

pendidikan dan anak-anak yang kurang normal atau keterbelakang mental

serta masih sedikitnya sekolah untuk anak-anak keterbelakang mental

tersebut di Jakarta ini, Maka murniati nasution mengajak teman-temannya

Profesor Titi Sayono dan Dra. Ganjar Dani mendirikan sekolah untuk

anak-anak keterbelakang mental. Yang dikemudian hari sekolah itu diberi

nama SLB (Sekolah Luar Biasa) khrisna Murti. Nama itu pun sesuai

dengan nama Yayasan yang didirikan murniati nasution yang juga diambil

dari nama murniati sendiri. 33

SLB Khrisna Murti beralamat di jalan raya III no.8 Kebayoran

Baru Jakarta Selatan. Kemudian tahun 1985 dalam keadaan darurat

32

Raden Soeratman, Akta Notaris SLB no 93, 1973.

33

Chairani Parinduri, Kepala Sekolah SLB Krisna Murti, Wawancara pribadi,

(41)

dipindahkan oleh bapak Yusuf Sirait yang pada waktu itu lurah setempat.

Karena tempat tersebut akan didirikan sebuah masjid. Selain itu juga

tempat itu sudah tidak cukup lagi untuk menampung siswa-siswanya yang

sudah mulai banyak. Maka, sekolah dipindahkan ke alamat jalan masjid

Darussalam Blok A Gandaria Utara Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta

Selatan. Karena pindah dalam keadaan darurat pada waktu itu keadaan

sekolah lantainya masih berupa tanah dan sering terkena banjir karena

memang dulu tempat itu adalah empang. Namun, tahap demi tahap

sekolah pun dapat direnovasi dengan dana dari pemerintah dan sumbangan

para donator. 34

Yayasan SLB Khrisna Murti sudah mendapatkan surat persetujuan

menyelenggarakan sekolah swasta dari menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republic Indonesia sejak tanggal 10 Januari tahun 1989

dengan No. 55/ A/ I-89. selain itu yayasan juga telah terdaftar di Badan

Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta pada

tanggal 4 April tahun 1991, surat ini menjelaskan bahwa Yayasan tersebut

telah melaksanakan upaya pelayanan di bidang usaha kesejahteraan Sosial

dalam bentuk pendidikan keterbelakang mental, dan untuk mempermudah

kegiatan di bidang usaha sekolah SLB ini, juga mendapat izin operasional

dari instansi pemerintah maka sudah didapatkan surat tanda daftar yayasan

/ badan sosial dari kepala dinas sosial daerah khusus Ibukota Jakarta

34

(42)

dengan No. 96.40101.285. yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober tahun

1996. 35

Sejalannya waktu kini pun SLB Khrisna Murti sudah lebih bagus

dengan sarana dan prasarana yang dimiliki seperti; radio tape, computer,

televisi, papan tulis, mesin jahit, perlengkapan memasak, meja tennis,

lemari etalase, kipas angin, lemari buku, alat latihan atau perbaikan bicara,

kaca cermin, kursi tunggu orangtua murid, dan kantin. SLB Khrisna Murti

juga mempunyai 5 ruang belajar, 1 ruang praktek, 1 ruang kepala sekolah,

1 ruang program khusus, dan lapangan olah raga. 36

Adapun kekuatan internal yang dimiliki SLB Khrisna Murti

diantaranya adalah memiliki tenaga guru dengan rincian sebagai berikut :

a. Guru PNS : 5 Orang

b. Guru BANTU : 3 Orang

c. Guru Yayasan : 1 Orang

d. Guru BK : 1 Orang

Yang masing-masing guru terdiri dari berbagai latar belakang

pendidikan diantaranya :

a. Sarjana (S1) : 7 Orang

b. Diploma II (D2) : 2 Orang

c. SMK : 1 Orang

35

H. Emon Setia Sumanti. SH, Surat Tanda DaftarDinas Sosial DKI Jakarta,

1996.

36

(43)

SLB Khrisna Murti memiliki gedung dibangun diatas tanah seluas

600 M persegi dan juga mempunyai sarana dan prasaran yang memadai

seperti yang telah disebutkan di atas. Dan kekuatan SLB Khrisna Murti

yang paling menguntungkan adalah berada dilokasi yang strategis karena

berada di lingkungan yang sangat mendukung proses pembelajaran yaitu

dekat dengan SMU 46, Taman Kanak-Kanak, dan Puskesmas. 37

B. Visi, Misi dan Tujuan SLB Khrisna Murti 1. Visi SLB Khrisna Murti

Memberdayakan peserta didik menuju kemandiriannya dalam

bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.

2. Misi SLB Khrisna Murti

a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa

b. Mengidentifikasi potensi peserta didik untuk

ditumbuhkembangkan agar berpengetahuan, bercita-cita, mampu

menerapkan hasil belajarnya dalam hidup bermasyarakat local dan

global

c. Berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program wajib belajar. 38

3. Tujuan SLB Krisna Murti

a. Membiasakan penerapan akhlak mulia, perilaku terpuji, sehat

jasmani, dan rohani untuk berkreasi dalam kehidupan sehari-hari.

37

Ibid. Arsip Kepala Sekolah.

38

(44)

b. Menumbuh kembangkan kemampuan berkomunikasi, keterampilan

bekerja sama dan keberanian membuat solusi.

c. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.39

C. Program Kerja

Adapun program kerja yang dilaksanakan di SLB Khrisna Murti adalah :

1. Bimbingan Orangtua

Bimbingan orangtua merupakan kegiatan pelayanan kepada

orangtua murid. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung ketika awal

orangtua mendaftarkan anaknya ke sekolah. Ada juga kegiatan

home visit” guna memberitahu orangtua tentang kemajuan

anaknya.atau mengadakan acara diskusi dengan para orangtua.

2. Bimbingan Kemandirian

Bimbingan kemandirian yaitu bimbingan yang diberikan kepada

anak murid mengenai kegiatan sehari-hari agar anak murid dapat

hidup mandiri walaupun memiliki kekurangan dari segi fisik

maupun mental atau cacat.

3. Bimbingan Agama

Bimbingan Agama program bimbingan dalam bentuk keagamaan.

Bimbingan tentang agama. Misalnya praktek shalat, wudhu,

39

(45)

membaca dan menghafal surah-surah pendek Al-Qur’an serta etika

dan norma-norma agama.

4. Bimbingan Keterampilan dan Olahraga

Bimbingan keterampilan untuk murid agar murid mempunyai

keterampilan tertentu sehingga dapat menghasilkan sesuatu untuk

masa depannya. Keterampilan yang ada yaitu menjahit, merangkai

bunga, menyulam, membuat pernak-pernik dan lain-lain.

Bimbingan olahraga diberikan agar murid mengetahui pentingnya

menjaga kesehatan karena biasanya anak-anak dengan kecacatan

fisik maupun mental rentang dengan penyakit sehingga mudah

terserang penyakit.

D. Struktur Organisasi

Adapun bagan struktur organisasi SLB Krisna Murti adalah :

(46)

Keterangan :

: Garis Komunikasi

: Garis Birokrasi

Sumber : Arsip Kepala Sekolah SLB Krisna Murti, 29 Januari

2009

Komite Sekolah

Bendahara Sekolah Kepala Sekolah

Tata Usaha

Guru Guru Guru Guru Guru

Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Selatan

Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa

(47)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN

A. Identifikasi Informan

Informan yang diambil oleh peneliti disini sebanyak 7 orang

informen yaitu anak-anak yang mengalami Down’s syndrome. Informen

pertama bernama Fabiansyah lahir di jakarta 8 februari 1999 akrab

dipanggil fabi. Fabi mengalami down’s syndrome sejak lahir karena faktor

umur ibu. Fabi masuk SLB ini karena orangtuanya sibuk bekerja sehinga

fabi kurang mendapat perhatian, sehingga kondisi seperti tidak terurus.fabi

hanya diurus oleh pengasuhnya, setiap hari fabi diantar sekolah oleh

pengasuhnya. Setelah masuk SLB Khrisna murti, fabi belajar menulis dan

bersosialisasi sehingga fabi tidak hanya berdiam diri dirumah.

Informen kedua bernama aldo lahir di jakarta 10 maret 2003. aldo

mengalami down’s syndrome sejak lahir karena faktor gizi ibu yang

kurang baik. kondisi aldo ketika masuk SLB Khrisna Murti tidak bisa

tenang atau mengontrol emosi, menulis, duduk dengan baik, memegang

sesuatu dengan baik tetapi setelah sekolah di SLB aldo dapat menulis,

emosi dapat dikontol, duduk dengan baik, memegang sesuatu dengan baik.

Informen ketiga bernama roby lahir di jakarta 13 juni 1998. roby

mengalami Down’s Syndrome karena faktor keturunan. Kondisi roby

sejak masuk SLB Khrisna Murti sangat lebih baik. Diantara anak-anak

(48)

saja ada yang dia lakukan. Roby juga anak yang rajin dan pintar walau

mempunyai keterbatasan. Roby tidak pernah tidak hadir sekolah sekalipun

dia sakit.

Informen keempat bernama lili lahir di jakarta 6 juli 2004. lili

mengalami Down’s Syndrome karena faktor keturunan. Lili juga

mengalami kegemukan atau sering disebut obesitas. Jika pola makan lili

tidak teratur dia bisa mengalami sesak nafas. Terkadang lili mudah capek

dan sulit untuk beraktifitas karena terlalu berat beban tubuhnya. Lili hanya

berdiam diri dalam kelas. Akan tetapi, lili sudah mampu menulis, melipat

pakaian, memakai sepatu sendiri.

Informen kelima bernama restu lahir di jakarta 2 september 2000.

restu mengalami Down’s Syndrome karena keturunan. Restu termasuk

anak yang pendiam dan lebih suka menggambar. Kondisi restu saat ini

dapat bersosialisasi dengan baik, menulis dan menggambar.

Informen keenam bernama sheila lahir di jakarta 17 oktober 2002.

sheila mengalami down’s syndrome karena faktor gen. sheila senang

menyendiri dan berimaginasi. Kondisi sheila saat masuk sekolah belum

bisa bicara dan mengenal huruf juga menulis. Sekarang sheila sudah bisa

sedikit terbata-bata berbicara dan juga sudah bisa menulis.

Informen terakhir atau ketujuh bernama santi lahir di jakarta 14

desamber 2004. santi mengalami down’s syndrome karena faktor

keturunan. Santi adalah anak yatim piatu yang tinggal disebuah yayasan

(49)

Awalnya santi tidak mau masuk sekolah namun setelah dibujuk oleh pihak

panti dan melihat teman-temannya bersekolah, santi mau bersekolah di

SLB Khrisna Murti. Kondisi santi ketika masuk sekolah sudah bisa

menulis karena mungkin di panti santi sudah belajar menulis. Sekarang

kondisi santi jauh lebih baik karena sudah mampu memahami bagaimana

mandiri dalam mengurus diri sendiri seperti memakai baju dan sepatu.

B. Bentuk Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome

Memberikan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian bagi

anak yang mengalami down syndrome tidak mudah dilakukan karena

keterbatasan kemampuan mereka namun dengan begitu bimbingan

menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome ini

sangat penting untuk kemajuan kehidupan anak down syndrome itu

sendiri. Di SLB Yayasan Khrisna Murti bimbingan dalam menumbuhkan

kemandirian anak yang mengalami down syndrome dinamakan bimbingan

mampu latih karena memang bimbingan yang diberikan adalah berkaitan

dengan kegiatan sehari-hari agar anak-anak yang mengalami down

syndrome itu dapat mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Bentuk bimbingan mampu latih bagi anak yang mengalami down

syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti adalah :

1. Dalam kelas dengan menjelaskan, mencontohkan dan

mempraktekkan materi yang diajarkan yang disesuaikan dengan

(50)

makan dan minum, guru atau pembimbing menjelaskan bagaimana

cara makan dan minum yang baik dan benar, mengenalkan apa saja

alat-alat perlengkapan makan dan minum, lalu guru atau

pembimbing mencontohkannya dan mempraktekkannya agar anak

dapat mengerti dan mengikuti apa yang dijelaskan. Agar mudah

menjelaskan dan mencontohkan materi yang disampaikan, guru atau

pembimbing menggunakan media gambar dan alat peraga. Di SLB

Yayasan Khrisna Murti, kelas anak down syndrome hanya ada satu

kelas dengan jumlah siswa tujuh orang.

2. Di luar kelas atau disebut karyawisata sekaligus praktek agar anak

dapat mengerti apa yang diajarkan dan langsung mempraktekkannya.

Karena anak down syndrome lebih suka kegiatan yang lebih aktif di

luar kelas, tidak hanya pasif di dalam kelas. Contohnya ketika materi

tentang keselamatan diri bagaimana cara menyeberang jalan,

anak-anak diajak ke jalan raya agar dapat mengetahui bagaimana cara

menyeberang jalan yang baik dan benar.

Waktu bimbingan diberikan mengikuti jadwal sekolah yang

dilaksanakan dua kali dalam seminggu yakni hari rabu dan kamis, tepatnya

dari pukul 08.30-11.00 Wib.

Berikut unsur-unsur yang terdapat dalam bentuk kegiatan

bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down

syndrome :

(51)

Pembimbing adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada

individu atau dalam hal ini anak agar anak mampu memahami dan

mengenal dirinya dan mengembangkan kehidupannya hingga dapat

mandiri. Pembimbing di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan tidak

hanya sekedar menjadi pembimbing tetapi juga sebagai guru di sekolah

tersebut. Untuk itu tanggung jawabnya lebih banyak daripada guru-guru

SD di sekolah anak-anak normal. Guru atau pembimbing untuk kelas anak

down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti ada dua orang yaitu :

1) Dewi Tri Mulyana lahir di Jakarta 18 Februari 1953, menjadi guru

di SLB Yayasan Khrisna Murti sejak tahun 1984 sampai sekarang

dengan status sebagai PNS DIKNAS dan pendidikan akhir beliau

adalah D II SGPLB. 40

2) Bepi Rusmeina lahir di bandung 24 mei 1972, menjadi guru di

SLB Yayasan Khrisna Murti sejak tahun 2005 sampai sekarang

dengan status sebagai guru Bantu dan pendidikan akhir beliau

adalah SPGLB.41

Berikut data guru-guru yang ada di SLB Yayasan Khrisna Murti : 42

Tabel I

Data Guru-Guru SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta

No Nama Pendidikan Jabatan

1 Dra. Chairani S1 PLB Kepala sekolah

2 Dewi Tri Mulayana DII SGPLB Guru/Pembimbing

3 Noor Isnanto Heru S1 Akta IV Guru

4 Suminten Spd S1 Akta IV Guru

40

Dewi Tri Mulyana, Wawancara Pribadi 10 Maret 2009.

41

Bepi Rusmeina, Wawancara Pribadi, 10 maret 2009.

42

(52)

5 Zawarly Spd S1 Akta IV Guru

6 Bepi Rusmeina SPGLB Guru/Pembimbing

7 Ida Spd S1 Guru

8 Johan simak Spd S1 Terapis

b. Materi

Materi yang diberikan kepada anak down syndrome adalah

mengenai tata cara melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari dan

disesuaikan dengan kondisi dan situasi maupun kebutuhan siswa. Adapun

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara pemilihan materi adalah

sebagai berikut :

1) Disesuaikan dan dipadukan dengan program pembelajaran

individual sesuai dengan pengembangan kemampuan fungsional

anak downsyndrome.

2) Fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu.

3) Disusun dimulai dari materi bimbingan kemandirian yang paling

dasar (ringan) sampai pada materi yang lebih tinggi (disesuaikan

dengan kemampuan anak).

4) Materi bimbingan kemandirian yang telah disampaikan, harus

disampaikan kembali pada pertemuan selanjutnya (diulang-ulang),

karena biasanya anak down syndrome sukar untuk mengingat

materi yang telah disampaikan. 43

43

(53)

Materi bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian yang

diberikan kepada anak yang mengalami down syndrome dikelompokkan

sesuai jenis kelasnya yakni :

a) Kelas I

Kelas I dibagi dua caturwulan, pada caturwulan I materi yang

diberikan adalah :

(1) Makan dan Minum

Pada materi makan dan minum kelas I caturwulan I ini, anak

dilatih mengenal jenis makanan yang dikemas tanpa bantuan dan

dilatih membuat masakan dari makanan yang dikemas dengan

bantuan. Anak juga dilatih mengenal jenis minuman yang dibuat

dari air panas dan dilatih menuang minuman panas sesuai dengan

tempatnya.

(2) Perawatan diri

Pada materi perawatan diri kelas I caturwulan I, yang

dijadikan fokus untuk anak-anak yang mengalami down syndrome

agar mereka mampu merawat diri sendiri adalah dilatih cara

membersihkan muka dan memakai bedak tanpa bantuan. Anak juga

dilatih cara mandi yag bersih yaitu menggosok sela-sela badan,

selangkang paha dan ketiak.

(3) Pakaian dan rias diri

Pada materi pakaian anak dilatih membiasakan diri memilih

Gambar

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Tabel I  Data Guru-Guru SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta
gambar orang sedang makan di muka kelas. Kemudian anak perlahan bisa

Referensi

Dokumen terkait