PELAKSANAAN BIMBINGAN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK YANG MENGALAMI
DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KHRISNA MURTI JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Marwa Sopa Indah
NIM: 104052001986
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan disusun oleh Marwa Sopa Indah telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, tanggal 25 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 31 Agustus 2009
SIDANG MUNAQASYAH
Ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap
anggota,
Drs.Study Rizal,Lk.M.A. Drs.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A.
NIP : 19640428 199303 1 002 NIP : 150299324
Penguji I, Penguji II,
Drs.H.Mahmud Jalal, M.A. Drs.M.Luthfi, M.A.
NIP : 19520422199 NIP : 19671006 199403 1
006
Pembimbing,
Nasichah, M.A.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Juni 2009
Abstrak Marwa Sopa Indah (104052001986)
Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan
Anak adalah anugerah dari Alllah SWT dan titipan untuk orang tua, yang merupakan pewaris atau penurun keturunan dari orang tua. Maka dari itu sudah kewajiban orang tua menjaga dengan sebaik-baiknya, sekalipun anak itu terlahir dengan kecacatan mental maupun fisik. Kecacatan mental dikenal dengan keterbelakang mental atau lebih sering disebut down syndrome.
Down syndrome adalah kondisi abnormalitas pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik termasuk keterbelakang mental yang berat, disebabkan oleh munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang kromosomnya. Dengan ciri-ciri fisik yang unik dan tampak yaitu mata sipit, kepala mengecil, tinggi badan relatif lebih pendek dari anak normal seumurannya, lidah yang menonjol keluar, mulut yang mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongol maka sering disebut mongoloid.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang dideskripsikan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. Alat pengumpul datanya adalah dengan wawancara dan observasi secara langsung terhadap aktifitas bimbingan tersebut. Maksud bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome adalah untuk memahami konsep-konsep sederhana secara rasional serta memberikan bekal pengetahuan mendasar yang berguna bagi anak menuju kemandirian pada taraf perkembangan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’aalamin, Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih
dan Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah tetap memberikan hidayah-Nya
kepada penulis untuk menjadi manusia yang membawa manfaat. Salawat dan
salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri
tauladan bagi seluruh manusia, begitupun bagi seluruh keluarga dan sahabatnya.
Ketika rasa putus asa dan keraguan datang disitulah manusia
membutuhkan dukungan dan masukan dari orang lain, itulah yang penulis rasakan
ketika menyelesaikan skripsi ini. Bersama rahmat-Nya, orang-orang terbaik telah
dikirim kepada penulis untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, Administrasi
dan Keuangan.
2. Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
yang telah membantu dalam kelancaran studi dan proses penyusunan
3. Nasichah, MA selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
serta dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta
membantu penulis dengan baik serta sabar selama penyusunan skripsi.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis agar kelak menjadi manusia berguna bagi
dunia dan akhirat.
5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta yang telah
mempermudah peminjaman buku selama kuliah dan penulisan skripsi
berlangsung.
6. Pimpinan dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis selama kuliah dan
menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Kepala sekolah dan guru-guru SLB-C Khrisna Murti yang telah
memberikan motivasi, dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
8. H.M.Siddik dan Hj.Masinah orangtua tercinta atas segala do’a, kasih
sayang, pengorbanan, serta dukungan moral dan materiil yang tidak
henti-hentinya untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Bang Edy,
ka-Erna dan Ozy atas do’a, pengorbanan, serta dukungan moral maupun
materiilnya. Rasya yang lucu dan selalu menghibur.
9. keluarga besar H.Riman atas do’a, pengorbanan, serta dukungan moral dan
10.Juju, Yusi, Fuah, Noel sahabat-sahabat yang selalu setia dalam suka dan
duka. Friend forever. Dan Teman-teman BPI ’04 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, kebersamaan yang tidak terlupakan.
11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas bantuan dan do’anya
untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian, dan penulis pun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari hasil skripsi ini, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi semua pihak yang membaca. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Juni 2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan... 11
BAB II TINJAUAN TEORI ... 13
A. Bimbingan ... 13
1. Pengertian Bimbingan ... 13
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan... 15
3. Metode Bimbingan... 17
B. Kemandirian ... 18
1. Pengertian Kemandirian ... 18
3. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 21
C. Down Syndrome ... 26
1. Pengertian Down Syndrome ... 26
2. Faktor Penyebab Down Syndrome... 27
3. Ciri-ciri Down Syndrome ... 28
BAB III GAMBARAN UMUM SLB-C YAYASAN KHRISNA MURTI ... 31
A. Latar belakang Tujuan dan Sejarah Singkat ... 31
B. Visi dan Misi SLB Khrisna Murti... 34
C. Program Kerja... 34
D. Struktur Organisasi ... 36
BAB IV ANALISA BIMBINGAN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDOME DI SLB YAYASAN KRISNA MURTI ... 37
A. Identifikasi Informan ... 37
B. Bentuk Bimbingan Bagi Anak Down Syndrome... 39
C. Metode Bimbingan Bagi Anak Down Syndrome ... 50
D. Faktor Penghambat Dan Pendukung... 51
BAB V PENUTUP ... 54
A. Kesimpulan... 54
B. Saran- saran ... 55
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya, sebagaimana dalam firman
Allah SWT dalam surat At-Tin ayat 4 :
Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.” (Q.S At-Tin : 4).
Selain itu juga manusia dilengkapi dengan organ psikofisik yang
istimewa seperti panca indera dan hati. Kenyataan itu merupakan kelebihan
manusia dari makhluk lainnya. Namun, apabila masyarakat membandingkan
manusia satu dengan lainnya maka perbedaannya akan terlihat. Misalnya
dalam bentuk kekurangan fisik atau mentalnya yang kadang disebut dengan
cacat. Cacat bukanlah penyakit, melainkan suatu keadaan yang berbeda-beda.
Dari perbedaan tersebut, terdapat sekelompok anak yang memiliki
keterbelakangan mental dengan ciri-ciri yang mencolok atau lebih dikenal
dengan istilah down’s syndrome.
Down’s syndrome adalah kondisi abnormalitas pada diri manusia yang
ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik termasuk keterbelakangan mental
puluh satu pasang kromosomnya. Nama lain untuk down’s syndrome disebut
juga Mongolism. 1
Tentunya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya
walaupun si anak menyandang down syndrome, namun dalam proses ke arah
sana orangtua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan
anaknya dengan apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan
atau penilaian, selain itu juga tetap menghargai dan memahaminya sebagai
individu yang berbeda dan mendukung perkembangannya.
Masa kanak-kanak adalah masa yang panjang dan cukup bagi seorang
pendidik untuk menanamkan apapun yang diinginkan pada diri anak. Pada
masa itu pula, seorang pendidik dapat mengarahkannya sesuai dengan
gambaran yang ada padanya. Selama seorang anak ditopang dengan asuhan
yang baik, arahan yang mendidik, maka pada saat itulah telah terbentang masa
depan cerah yang akan dihadapinya.
Seperti halnya anak-anak normal, mereka membutuhkan pendidikan,
bimbingan dan kasih sayang. Keluarga merupakan lembaga pendidikan awal
bagi anak, karena bimbingan merupakan hal pertama dan yang utama
diberikan di rumah, sedangkan lembaga selanjutnya diberikan di sekolah
sebagai pendidikan formal yang akan membantu anak-anak untuk bisa hidup
mandiri.
Mandiri bukanlah singkatan dari ” mandi sendiri ” melainkan mandiri
merupakan suatu usaha agar anak dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada
1
orang lain dan bertanggung jawab atas perilakunya sendiri.. Kemandirian
sudah dapat dilihat sejak individu masih kecil dan akan terus berkembang
hingga akhirnya menjadi sifat yang relatif menetap pada masa remaja.
Masa kanak-kanak bukanlah masa “praktek”. Ia hanya suatu masa
persiapan dan pelatihan untuk dapat mencapai masa “praktek” di saat ia sudah
mulai dewasa hingga ia merasa mudah dalam menjalankan
kewajiban-kewajibannya. Juga membuat sang anak siap secara total dalam mengarungi
bahtera kehidupan dengan penuh rasa optimis. 2
Sekolah memiliki peranan penting terutama dalam membantu dan
mengarahkan anak agar memiliki sikap mental dan mandiri yang baik,
meskipun tidak sepenuhnya menjadikan mereka anak normal.
Masalah anak cacat terutama anak yang mengalami down’s syndrome
belum begitu banyak mendapat perhatian di Indonesia, meskipun dalam 10
tahun terakhir ini tampak kemajuan. Fasilitas pendidikan dan rehabilitasi
sangat terbatas. Secara praktis anak down syndrome tentu memerlukan
tindakan yang khusus, seperti memasukkan anak tersebut ke sekolah khusus,
intervensi dini dan sebagainya. Tindakan ini perlu dilakukan karena
intelegensi dan kemampuannya berada di bawah rata-rata, sehingga
membutuhkan bantuan khusus, seperti pengasuhan yang khusus dari orang
tua.
Selain membutuhkan perhatian yang lebih dari orang tua seorang anak
khususnya penderita down’s syndrome juga membutuhkan pola pendidikan
2
yang tepat bagi pengembangan kemampuan anak. Salah satunya adalah SLB
(sekolah Luar Biasa).
Lembaga SLB (Sekolah Luar Biasa) merupakan salah satu lembaga
sekunder yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa
anak-anak cacat, baik cacat fisik maupun cacat mental. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan luar biasa yaitu membantu anak didik yang menyandang
kelainan fisik atau mental atau kelainan perilaku agar mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat, dan dapat hidup secara wajar serta mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Hal di atas juga dikarenakan interaksi anak dengan pendidik di sekolah
cukup intensif dan berlangsung lama dalam setiap harinya. Karena itu sekolah
tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga membentuk watak
dan kepribadian anak. 3
Begitu juga pendidik harus mempunyai pengertian tentang sikap dan
pandangan anak dan keluarganya mengenai kekhususan yang dimiliki si anak.
Sikap dan pandangan ini dapat berbeda-beda, yaitu sebagian anak dan
keluarganya dapat menerima kondisi si anak dan dapat mengatasinya,
sebagian lainnya tidak dapat berbuat demikian. Dimana kunci utamanya
adalah apakah si anak merasa dicintai, disenangi, dan merasa aman. Hal ini
diperlukan oleh setiap anak, tetapi yang lebih dibutuhkan adalah anak yang
berkebutuhan khusus.
3
Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik pada anak down’s
syndrome terutama mengenai menumbuhkan kemandirian, dimana anak yang
mengalami down’s syndrome perlu mendapatkan perhatian khusus melalui
bimbingan, untuk meneliti lebih jauh dalam sebuah penelitian penulis
menuangkan dalam judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB-C Yayasan Krisna Murti Jakarta Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada bimbingan dalam menumbuhkan
kemandirian anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan
Krisna Murti, yang berjumlah tujuh orang anak sedangkan pembimbing
ada dua orang.
Yang dimaksud kemandirian dalam penelitian ini adalah untuk
memahami konsep-konsep sederhana secara rasional serta memberikan
bekal pengetahuan mendasar yang berguna bagi siswa menuju
kemandirian pada taraf perkembangan masing-masing dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak
b. Apa metode yang digunakan pembimbing dalam melaksanakan
bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down
syndrome?
c. Apa saja faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam
menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian
anak yang mengalami down syndrome.
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing dalam
melaksanakan bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang
mengalami down syndrome.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam
menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
b. Secara praktis sebagai bahan informasi bagi para pembimbing atau
guru yang bergerak dalam penanganan anak yang mengalami down
D. Tinjauan Pustaka
1. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB Negeri Kapten Halim Purwakarta yang ditulis oleh Maemanah Sa’diah tahun 2006 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Islam Neeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Fokus permasalahannya adalah bagaimana
bimbingan dan konseling yang dilakukan dalam menumbuhkan
kemandirian anak tunagrahita.
2. Bimbingan Agama Bagi Anak Down’s Syndrome di SLB YKS III Katapang yang ditulis oleh Mardianah tahun 2007 Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Bandung. Fokus
permasalahannya adalah proses bimbingan agama yang diberikan kepada
anak down’s syndrome.
Sedangkan skripsi ini berjudul Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan. skripsi ini membahas proses bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami
down’s syndrome.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap masalah yang
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode ini dimaksudkan untuk mengolah dan menganalisis
berbagai fenomena empiris, yang berkenaan dengan bimbingan
menumbuhkan kemandirian pada anak yang mengalami down syndrome di
SLB-C Yayasan Khrisna Murti.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan4. Dalam
penelitian ini yang menjadi subyek adalah pembimbing yang juga sebagai
guru berjumlah dua orang yang memberikan bimbingan dalam
menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome.
Adapun yang menjadi obyek penelitian skripsi ini adalah bimbingan dalam
menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome yang
berjumlah tujuh orang.
3. Sumber Data
Sumber data adalah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat
memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
Untuk data primer, penulis menghimpunnya dari pembimbing yang
berjumlah dua orang di SLB-C Yayasan Khrisna Murti, yang dijadikan
sebagai subyek penelitian, kemudian data sekunder didapatkan dari
catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini
4
4. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian skripsi ini di SLB Yayasan Khrisna
Murti yang beralamat di Jalan Masjid Darussalam Blok A Jakarta Selatan.
Alasan penulis memilih lokasi ini adalah :
a. Adanya bimbingan kemandirian terhadap anak yang mengalami down
syndrome.
b. Terdapat data-data yang penulis butuhkan yang terkait dengan
penelitian.
c. SLB Yayasan Khrisna Murti ini ini bersedia untuk dijadikan tempat
penelitian.
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 Desember 2008 sampai
dengan 20 April 2009.
5. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan tehnik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
a. Interview (wawancara)
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung
kepada informan, alasan peneliti menggunakan tehnik wawancara
secara langsung adalah dengan menggunakan tehnik ini, kebenaran
atas jawaban dari informen dapat dicek secara langsung dengan
mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau
gerak-gerik informen, selain itu juga jika ada pertanyaan yang belum
menjelaskannya.5 Penulis melakukan wawancara kepada pembimbing
atau guru, untuk memperoleh data tentang bimbingan dalam
menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome.
b. Observasi
Yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.6 Terkait dengan
masalah bagaimana bentuk bimbingan menumbuhkan kemandirian
yang dilakukan pembimbing selaku guru pada anak yang mengalami
down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti.
c. Dokumentasi
Yaitu penulis mengumpulkan data-data dan informasi berkenaan
dengan masalah yang terkait, yang penulis dapatkan dan telaah dari
buku-buku, internet dan juga arsip-arsip yang dimiliki yayasan.
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti
menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian atau peneliti disebut
sebagai instrument kunci. 7
5
Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 68.
6
Sutrisno hadi, Metodologi Penelitian Research II, (Yogya: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h. 141.
7
7. Teknik Analisis Data
Penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara
kualitatif dengan masalah yang akan diteliti di sini, maka analisis data
yang akan dilaksanakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data dan setelah terkumpul data dikelompokan
menurut jenis masing-masing.
b. Setelah diklasifikasikan menurut jenisnya, data tersebut dihubungkan
antara pendapat satu dengan yang lainnya dengan teori yang sedang
diteliti.
c. Langkah selanjutnya data tersebut diinterpretasikan.
d. Penarikan kesimpulan.
8. Teknik Penulisan
Adapun teknis penulisan penelitian dan kajian ini mengacu kepada
buku Pedoman Penulisan skripsi, tesis dan disertasi edisi terbaru yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.8
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Penulis menjelaskan seputar latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian bimbingan, pengertian kemandirian dan pengertian down syndrome
8
BAB III: Dalam bab tiga ini akan di jelaskan mengenai gambaran umum SLB Yayasan Krisna Murti Jakarta Selatan.
BAB IV: Bab empat ini menjelaskan tentang analisis bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down
syndrome, meliputi bagaimana bentuk bimbingan dalam
menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome,
bagaimana metode yang digunakan, dan apa faktor penghambat
dan pendukung.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris
“guidance“ yang berasal dari kata “to guide “ yang berarti “menunjukkan.”
Menurut Arifin secara etimologi juga berarti, “bimbingan adalah
menunjukkan, memberi jalan atau “menuntun“ orang lain kearah tujuan
yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan dimasa yang akan
datang. 9
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya
agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 10
Menururt Crow dan Crow yang dikutip oleh HM.Umar dan
Sartono menyebutkan bahwa bimbingan dapat diartikan “sebagai bantuan
yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki
pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu
dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan
9
M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (PT: Jakarta Golden Terayon, 1998), cet. ke-6, h. 1.
10
hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat
pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri”.11
Dalam pemahaman lain Stopps seperti yang dikutip umar dan
sartono menyatakan bahwa arti bimbingan adalah “suatu proses yang terus
menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang
sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat”. 12
Dalam istilah lain Moh. Surya menyatakan bahwa bimbingan ialah
“suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri,
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungan”. 13
Dan lebih jelas lagi bimbingan, Prayitno (seorang pakar bimbingan
dan konseling) menerangkan sebagai berikut :
“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya; (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis (c) mengambil keputusan; (d) mengarahkan diri dan ; (e) mewujudkan diri”. 14
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. ke-1, h. 20.
14
Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian bimbingan
sebagaimana dapat dipahami tentang arti bimbingan yakni merupakan
suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis
kepada individu atau kelompok dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dan agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang
mandiri.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan
Dalam melaksanakan bimbingan terhadap individu atau kelompok
supaya mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, serta
mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Maka
perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari bimbingan, menurut
Prayitno ada dua tujuan, yaitu :
a. Tujuan umum, yaitu untuk membantu individu mengembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya dan
predoposisinya, berbagai latar belakang yang ada dan sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya.
b. Tujuan khusus merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan
langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya. 15
Secara singkat dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dalam
membantu individu agar :
15
a. Mengenal dan memahami dirinya sendiri, termasuk kekuatan-kekuatan
dan kelamahan-kelemahannya.
b. Mengenal dan memahami lingkungan
c. Mengambil keputusan untuk melangkah maju seoptimal mungkin.
d. Berusaha sendiri memecahkan masalah.
e. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya.
f. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.
Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu tertentu yang
mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam
hubungan ini bimbingan berfungsi sebagai pemberi layanan kepada anak
agar masing-masing anak atau murid berkembang secara optimal, sehingga
menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan, maka para
ahli mengelompokkan fungsi-fungsinya kepada empat fungsi pokok yaitu :
1. Fungsi pemahaman, adalah pemahaman tentang diri anak beserta permasalahannya oleh anak sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu anak.
2. Fungsi pencegahan, membantu individu menjaga dan mencegah timbulnya masalah bagi anak.
3. Fungsi pengentasan atau perbaikan, membantu individu keluar dari masalah yang dihadapinya.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil perkembangan yang telah ditangani selama ini. 16
16
3. Metode Bimbingan
Metode dalam pengertian harfiah adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari kata meta
yang berarti melalui dan hodos berarti jalan.17 Namun pengertian hakiki
dari metode adalah segala saran yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, baik saran tersebut bersifat fisik, seperti alat
peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan
berlangsung. Bahkan pelaksanaan metode seperti pembimbing sendiri
termasuk metode juga dan sarana nonfisik seperti kurikulum, contoh
teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang
menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan
pemahaman terhadap sasaran metode.
Demi untuk mencapai tujuan yang jelas dan terarah maka
bimbingan memerlukan metode atau tehnik-tehnik dalam membimbing
anak. Secara umum berikut di uraikan metode bimbingan :
a. Metode Langsung (direktif)
Metode komunikasi lansung dimana pembimbing dan pihak
yang dibimbing langsung bertatap muka. Ada dua cara :
1) Metode individual yaitu metode yang dilakukan langsung secara
individu dengan pihak yang dibimbingnya, seperti percakapan
ataupun kunjungan rumah dan observasi, yakni pembimbing
mengamati lingkungan sekitarnya.
17
2) Metode kelompok yaitu pembimbing melakukan komunikasi
langsung dengan yang dibimbing dalam bentuk kelompok melalui
diskusi, ceramah, dan dinamika kelompok, atau bisa juga
dilakukan dengan cara menggunakan ajang karya wisata. 18
b. Metode tidak langsung (non directif)
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang
dilakukan melalui media massa, metode tidak langsung dapat pula
dilakukan secara individual maupun kelompok. Tehnik yang
digunakan adalah :
1) Metode individual dilakukan melalui surat, telepon, fax, email, dan
sebagainya.
2) Metode kelompok dapat dilakukan melalui papan bimbingan, surat
kabar atau majalah, brosur, radio, atau televisi. 19
B. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata
mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang
lain, sejak kecil ia sudah biasa, sehingga bebas dari ketergantungan pada
Kemandirian didefinisikan sebagai suatu kemampuan mengatur
tingkah laku memilih dan membimbing keputusan dan tindakan seseorang,
tanpa dikontrol dari orang tua.
“Kemandirian adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sikap seseorang, yang lahir dari dalam hati untuk belajar menata diri sendiri. Tumbuh berarti bertambah, dalam hal ini bertambah matang dalam segala hal, dapat dilihat bahwa kemandirian adalah suatu proses pendewasaan diri seorang anak, dan proses pembelajaran diri, yaitu berpegang pada prinsip sendiri serta tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian seseorang dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian yang disiplin, mempunyai tekad untuk maju, dengan keadaan dapat berdiri sendiri.” 21
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kemandirian adalah proses pendewasaan, dan pembelajaran seseorang
yang mempunyai tekad untuk lebih maju dan tidak bergantung kepada
orang lain, hal ini dipengaruhi oleh sikap serta kepribadian seseorang yang
disiplin.
2. Ciri-ciri Kemandirian
Menurut Lindzay dan Aronson, seperti yang dikutip oleh Tien
Supartinah . orang yang mandiri menunjukkan ciri-ciri :
a. Secara relatif jarang mencari perlindungan kepada orang lain.
b. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi.
c. Memiliki rasa percaya diri.
d. Memiliki keinginan untuk menonjol. 22
21
Sri Harini, Aba Firdaus Al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), h. 34 .
22
Tien Supartinah dan Sugiyanto, Laporan Penelitian Mengenai Kontribusi Harga Dir, Kemandirian, dan Motif Berprestasi Akademik Mahasiswa FKIP UNS Surakarta,
Menurut Thulus Hidayat, seperti yang dikutip oleh Tien Supartinah
mengelompokkan ciri-ciri kemandirian kedalam tiga kelompok yaitu :
a. Ciri-ciri yang menekankan pada adanya rasa tanggung jawab yang besar terhadap perilakunya, baik tanggung jawab terhadap orang lain maupun tanggung jawab terhadap diri sendiri.
b. Adanya rasa percaya diri, sehingga ia merasa aman menghadapi lingkungan, merasa aman berada dengan orang lain, dan tidak tergantung pada orang lain.
c. Adanya kreatifitas, sehingga ia mampu menghasilkan inisiatif atau ide-ide dalam mencapai prestasi. 23
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat penulis simpulkan bahwa
kemandirian memiliki ciri-ciri pokok yaitu :
a. Aktifitas sendiri yakni adanya tindakan yang dilakukan sendiri tanpa
bantuan orang lain, mampu mengendalikan tindakannya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri
b. Percaya diri yakni adanya kepercayaan pada kemampuan yang
dimilikinya,penerimaan terhadap dirinya sendiri dan memperoleh
kepuasaan dari usaha yang telah dilakukannya sendiri
c. Bertanggung jawab yakni adanya keinginan untuk maju, usaha untuk
mengejar prestasi, dan tujuan secara sunguh-sungguh, ulet, tekun, serta
berani mengambil resiko, berani tanggung jawab terhadap perilakunya
dan keputusan yang diambil, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri
maupun orang lain.
d. Kreatif yakni kemampuan untuk bertindak orisinil, penuh gagasan dan
mampu mengembangkan sikap kritis.
23
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Kemandirian tidak terjadi begitu saja, karena dalam membentuk
perilaku mandiri harus memperhatikan beberapa faktor penting yang
mempengaruhi kemandirian. Secara garis besar terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal (mencakup faktor
perkembangan dan kematangan anak: serta faktor jenis kelamin) dan
faktor eksternal (mencakup faktor sosial dan budaya, faktor pola asuh).
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang mencakup antara lain :
1) Faktor Perkembangan dan Kematangan Anak
Semakin seseorang berkembang menuju kearah
kedewasaan, maka sifat menggantungkan diri semakin berkurang
dan seseorang yang mempunyai sifat tergantung menunjukkan
pribadi yang tidak matang.
Keadaan mandiri dapat tercapai jika seseorang berhasil
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam upaya
perkembangan dirinya, mencapai kebebasan dan mampu
melakukan banyak hal sendiri. Sedangkan bila seseorang gagal
upaya yang memperoleh kebebasan dan mandiri maka dia akan
merasa malu dan ragu akan kemampuannya sendiri.24
Maccoby dalam Monks menjelaskan bahwa sebelum anak
berusia kurang lebih 8-12 tahun, orangtua lebih mendominasi.
Selanjutnya terjadi koregulasi (penentuan bersama). Pada tahap ini
orangtua semakin memberikan kebebasan menentukan sendiri pada
anak dalam situasi self regulation. 25
Dengan demikian kemandirian anak sangat perlu
dirangsang pada saat anak berada pada tahap muscular-anal,
dimana anak mulai memiliki rasa ingin bebas walaupun belum
dapat mandiri secara sempurna. Pada usia inilah langkah yang tepat
bagi orangtua untuk memulai pemberian latihan kemandirian pada
anak, sambil tetap menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan kematangan anak.
Dengan memberikan latihan kemandirian yang cukup pada
masa kecil maka anak diharapkan tumbuh menjadi manusia
mandiri pada saat dewasa, dimana pada masa ini terjadi transisi
yaitu dari anak menuju dunia dewasa yang diharapkan pada
berbagai tuntutan untuk mandiri sehingga dengan kemandirian
tersebut akan terbentuklah identitas diri.
2) Faktor Jenis Kelamin
24
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (Klinis ),
(Yogyakarta : Kanisius, 1993), h. 144-145.
25
F. J. Monks, et. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,
Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap anak
laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa
mereka mempunyai peranan yang berbeda di masyarakat. Pada
laki-laki lebih diberi peran di area publik yaitu di luar rumah,
sedangkan perempuan mendapatkan peran lebih pada wilayah
intern atau domestik yaitu dalam rumah. Akibatnya laki-laki
diharapkan lebih kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi
lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan. Sedangkan
perempuan diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.
Dengan demikian perbedaan sifat-sifat yang demikian lebih
disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan kepada
mereka. Anak laki-laki lebih banyak diberi kesempatan untuk
bersikap mandiri, berdiri sendiri dan menanggung resiko. Serta
banyak dituntut untuk menunjukkan inisiatif dan originalitasnya
daripada anak perempuan.26 Sedangkan laki-laki lebih cenderung
aktif daripada anak perempuan dalam upaya memperoleh
kemandirian dari orangtua, tetapi perempuan dinilai lebih mandiri
daripada laki-laki dalam masalah emosi.
b. Faktor Eksternal
Adapun faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal
dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang meliputi antara
lain :
26
1) Faktor Sosial dan Budaya
Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan orang lain. Lingkungan yang ada di
sekitar manusia itu merupakan bagian penting yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadiannya.
Lingkungan seseorang, seperti lingkungan keluarga, masyarakat,
sekolah ataupun tempat individu tersebut tinggal akan dapat
membentuk pola perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang
termasuk kemandiriannya.
Dalam upaya pembentukan kemandirian ini perlu melihat
konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh
masyarakat sekitarnya. Hal ini karena konteks lingkungan sosial
dan nilai-nilai budaya masyarakat, sangat mempengaruhi
penerimaan masyarakat akan arti pentingnya kemandirian, yang
juga sangat berpengaruh pada cepat dan lambatnya pencapaian
kemandirian seseorang.
2) Faktor Pola Asuh
Faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap proses
pembentukan kemandirian ini adalah faktor pola asuh orangtua
bahkan mungkin faktor inilah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kemandirian seseorang.
Ada tiga teknik pengasuhan yang biasanya diterapkan
pola asuh permisif (membolehkan), pola asuh autoritatif
(demokratis).
Pada pola asuh authoritarian, orangtua cenderung
mendidik dan menahan perolehan kebebasan anak, yang akibatnya
dapat membuat anak cenderung menjadi tergantung, kurang
percaya diri dan pasif.
Sementara itu pola asuh permisif, tidak menghasilkan
anak-anak yang sering mengalami kesulitan mengatasi tuntutan untuk
mandiri dan percaya diri menjelang usia remaja, dan mungkin akan
mengalami frustasi bila terjadi kegagalan dalam mengahadapi
lingkungan yang tidak mau menurut apa yang diinginkannya.
Sedangkan pola asuh autoritatif, secara tidak langsung
orangtua mendorong kemandirian dan tingkah laku disiplin pada
anak. Hal ini karena orangtua yang menerapkan pengasuhan
demokratis, tidak melakukan dominasi terhadap anak dalam
membuat keputusan, dan dalam membuat peraturan pun mereka
akan senantiasa memberikan penjelasan-penjelasan.
Anak yang diasuh dengan pola autoritatif (demokratis),
akan menjadi anak yang kompeten secara sosial, artinya anak akan
mandiri, dewasa, mempunyai control diri yang kuat, percaya diri,
bersemangat atau aktif, eksploratif, ramah, bersahabat dengan
Dalam hal ini pola asuh autoritatif (demokratis) lebih
efektif dibandingkan dengan otoriter dan permisif karena
memberikan standar yang jelas dan control yang bijaksana
terhadap anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi
yang matang.
C. Down’s syndrome
1. Pengertian down’s syndrome
Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada
tahun 1866. Walaupun sudah lama dikenal, baru pada tahun 1959
ditemukan dan dibuktikan adanya kelainan pada kromosom.
Menurut Kartono dan Gulo Down syndrome adalah suatu kondisi
abnormal pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas
fisik, termasuk keterbelakangan mental yang berat; disebabkan oleh
munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang
kromosomnya. Down syndrome dinamakan juga dengan mongolism. 27
Seperti yang dikatakan Bandi Delphi “Down syndrome termasuk
ke dalam tunagrahita tingkat sedang dan berat. Tipe klinis yang khusus
dapat terlihat dari bentuk raut muka, badan dan karakteristik syndrome”.28
Tunagrahita kelompok down syndrome mempunyai
kelainan-kelainan yakni kecacatan pada bentuk hati, ketidaknormalan pada
27
Kartini Kartono dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), h. 131.
28
paru, gejala leukemia, infeksi pada mata dan telinga, kegemukan, masalah
yang berkaitan dengan kulit (kasar, kering, dan terkena infeksi),
mempunyai masalah pada gigi dan gusi, serta mempunyai hendaya
pendengaran.
Anak penderita down’s syndrome ini memerlukan perhatian yang
khusus baik itu dari keluarganya di rumah maupun guru di sekolahnya.
Kesehatan umum yang perlu mendapat perhatian yang berkaitan dengan
kondisi anak down syndrome tersebut, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Nutrisi, karena disebabkan makanan mereka yang kurang bergizi
2) Kesulitan gerak saat mengunyah dan menyuap makanan ke mulutnya
3) Sering sakit dan mempunyai penyakit yang serius disebabkan jeleknya
pemeliharaan kesehatan dirinya.
4) Mudah mendapatkan kecelakaan dan luka-luka diakibatkan oleh
adanya keterbatasan daya pandang, otot-otot tubuh yang lemah,
kesulitan gerak, seringnya mendapatkan kejang otot (seizure).
5) Kegiatan fisik sangat diperlukan guna menjaga kebugaran dan
kesehatan diri.
2. Faktor Penyebab Down Syndrome
Pewarisan sifat-sifat induk berlangsung melalui kromosom.
Kromosom manusia normal sebanyak 23 pasang atau 46 buah. Sejumlah
23 kromosom diperoleh dari ayahnya dan 23 kromosom didapatkan dari
Demikian pula dengan gangguan mental terjadi karena tidak
normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosomnya
berlebihan atau berkurang menyebabkan individu mengalami gannguan
mental, misalnya yang semestinya memiliki kromosom 46 buah berarti
terdapat 23 pasang yang terdiri dari 22 pasang kromosom normal dan yang
sepasang berjumlah 3 buah kromosom. Adanya pasangan kromosom ini
disebut trisomi. 29
Kelainan kromosom terletak pada kromosom 21 dan 15. dengan
kemungkinan-kemungkinannya ialah :
a. Non disjunction, kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana
semasa proses pembahagiaan sel secara mitosis pemisahan kromosom
21 tidak berlaku dengan sempurna.
b. Translokasi, berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom
14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu 23
pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom.
c. Mosaic, berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. 30
3. Ciri-ciri Down Syndrome
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya down syndrome
memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dari anak-anak yang tumbuh dan
berkembang secara normal, ciri-ciri tersebut di antaranya :
29
Notosoedirjo Moeljono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2002), h 73.
30
a) Otaknya tidak tumbuh sempurna.
b) Kepalanya kecil bulat dan ceper, tidak sempurna. Ubun-ubunnya tidak
lekas tertutup menjadi keras, bahkan sering tidak pernah bisa tertutup
sama sekali.
c) Bermata miring; lubang matanya sempit dan sipit. Sering juling,
mengalami hypermetropia (bisa melihat pada jarak pendek),melihat
benda, tapi tanggapannya tidak sama dengan penglihatan (deformed).
Sering terdapat cataract, yaitu mata berair dan pandangannya jadi
kabur dan kosong. Matanya bertitik-titik, dan mengalami
kerusakan-kerusakan.
d) Lidahnya tebal dan besar tapi lunak, biasanya selalu terjulur keluar.
Ada kalanya lidahnya kecil sekal dan runcing, kasar juga terbelah.
e) Tangannya lunak, lebar, besar seperti mengandung air. Biasanya ibu
jari dan kelingkingnya kecil sekali. Telapak tangannya kisut dan
terlipat-lipat tidak normal.
f) Bentuk gigi juga abnormal. Tulang-tulang rusuk dan punggung sering
mengalami kelainan. Bibir tebal atau sumbing. Kuping luar biasa
besarnya, atau kecil sekali berupa sebuah kutil. Kulitnya kering dan
kasar; tetapi sering pula lembut dan lunak seperti kulit bayi. Pipinya
kemerah-merahan.
g) Jari-jarinya mengalami polydactyli atau syndactyli. Seringkali belahan
antara ibu jari dengan jari telunjuk sangat dalam sekali telapak kaki
h) Sendi-sendi dan otot-otot kaku. Alat kelaminnya sangat kecil dan tidak
sempurna; anak gadis mengalami saat menstruasi yang sangat lamban.
Darahnya dingin beku dan sangat sensitive terhadap temperature.
i) Mentalnya tenang, lamban dan mengalami retardasi total. Baru bisa
bicara ketika berusia kurang lebih 6 tahun.
Sedangkan menurut Nur’aeni, ciri-ciri anak down syndrome
diantaranya adalah :
a) Perkembangan senantiasa tertinggal dibanding teman sebayanya, bahkan kadang-kadang ada tahap perkembangan yang dilewati.
b) Tidak mampu mengubah cara hidupnya, ia cenderung rutin. Jika terjadi hal baru dilingkungannya ia menjadi bingung dan risau.
c) Perhatiannya tidak dapat bertahan lama.
d) Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi terbatas, umumnya anak-anak gagap. Bagi mereka yang cacatnya berat cenderung bisu atau sering meraban atau mengoceh.
e) Sering tidak mampu menolong dirinya sendiri. f) Motif belajarnya rendah sekali.
g) Irama perkembangannya tidak pari, suatu saat mungkin meningkat tinggi, tetapi saat lain bahkan menurun kuat.
h) Tak acuh pada lingkungan
i) Jarang menirukan tingkah laku orangtua.
j) Penampilan fisiknya juga beda dengan teman sebayanya perkembanmgan motor halus, motor kasarnya juga sering terganggu. k) Ia sering gagal menghadapi lingkungannya tetapi tidak pernah mau
berusaha. 31
31
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya SLB-C Khrisna Murti
Dari seorang ibu bernama Murniati Nasution, Yayasan Khrisna
Murti tercetus pada hari selasa tanggal 11 September tahun 1973 di kantor
notaris. dengan menyisihkan sebagian dari kekayaan beliau sebesar
Rp.5000,00 (lima ribu rupiah) bersama rekan yang bernama Sanawia Nur,
mereka menghadap notaris Raden Soeratman32 untuk dibuatkan akte
sehubungan mendirikan Yayasan Khrisna Murti.
Dari pemikiran dan rasa peduli Murniati Nasution terhadap
pendidikan dan anak-anak yang kurang normal atau keterbelakang mental
serta masih sedikitnya sekolah untuk anak-anak keterbelakang mental
tersebut di Jakarta ini, Maka murniati nasution mengajak teman-temannya
Profesor Titi Sayono dan Dra. Ganjar Dani mendirikan sekolah untuk
anak-anak keterbelakang mental. Yang dikemudian hari sekolah itu diberi
nama SLB (Sekolah Luar Biasa) khrisna Murti. Nama itu pun sesuai
dengan nama Yayasan yang didirikan murniati nasution yang juga diambil
dari nama murniati sendiri. 33
SLB Khrisna Murti beralamat di jalan raya III no.8 Kebayoran
Baru Jakarta Selatan. Kemudian tahun 1985 dalam keadaan darurat
32
Raden Soeratman, Akta Notaris SLB no 93, 1973.
33
Chairani Parinduri, Kepala Sekolah SLB Krisna Murti, Wawancara pribadi,
dipindahkan oleh bapak Yusuf Sirait yang pada waktu itu lurah setempat.
Karena tempat tersebut akan didirikan sebuah masjid. Selain itu juga
tempat itu sudah tidak cukup lagi untuk menampung siswa-siswanya yang
sudah mulai banyak. Maka, sekolah dipindahkan ke alamat jalan masjid
Darussalam Blok A Gandaria Utara Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Karena pindah dalam keadaan darurat pada waktu itu keadaan
sekolah lantainya masih berupa tanah dan sering terkena banjir karena
memang dulu tempat itu adalah empang. Namun, tahap demi tahap
sekolah pun dapat direnovasi dengan dana dari pemerintah dan sumbangan
para donator. 34
Yayasan SLB Khrisna Murti sudah mendapatkan surat persetujuan
menyelenggarakan sekolah swasta dari menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republic Indonesia sejak tanggal 10 Januari tahun 1989
dengan No. 55/ A/ I-89. selain itu yayasan juga telah terdaftar di Badan
Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta pada
tanggal 4 April tahun 1991, surat ini menjelaskan bahwa Yayasan tersebut
telah melaksanakan upaya pelayanan di bidang usaha kesejahteraan Sosial
dalam bentuk pendidikan keterbelakang mental, dan untuk mempermudah
kegiatan di bidang usaha sekolah SLB ini, juga mendapat izin operasional
dari instansi pemerintah maka sudah didapatkan surat tanda daftar yayasan
/ badan sosial dari kepala dinas sosial daerah khusus Ibukota Jakarta
34
dengan No. 96.40101.285. yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober tahun
1996. 35
Sejalannya waktu kini pun SLB Khrisna Murti sudah lebih bagus
dengan sarana dan prasarana yang dimiliki seperti; radio tape, computer,
televisi, papan tulis, mesin jahit, perlengkapan memasak, meja tennis,
lemari etalase, kipas angin, lemari buku, alat latihan atau perbaikan bicara,
kaca cermin, kursi tunggu orangtua murid, dan kantin. SLB Khrisna Murti
juga mempunyai 5 ruang belajar, 1 ruang praktek, 1 ruang kepala sekolah,
1 ruang program khusus, dan lapangan olah raga. 36
Adapun kekuatan internal yang dimiliki SLB Khrisna Murti
diantaranya adalah memiliki tenaga guru dengan rincian sebagai berikut :
a. Guru PNS : 5 Orang
b. Guru BANTU : 3 Orang
c. Guru Yayasan : 1 Orang
d. Guru BK : 1 Orang
Yang masing-masing guru terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan diantaranya :
a. Sarjana (S1) : 7 Orang
b. Diploma II (D2) : 2 Orang
c. SMK : 1 Orang
35
H. Emon Setia Sumanti. SH, Surat Tanda DaftarDinas Sosial DKI Jakarta,
1996.
36
SLB Khrisna Murti memiliki gedung dibangun diatas tanah seluas
600 M persegi dan juga mempunyai sarana dan prasaran yang memadai
seperti yang telah disebutkan di atas. Dan kekuatan SLB Khrisna Murti
yang paling menguntungkan adalah berada dilokasi yang strategis karena
berada di lingkungan yang sangat mendukung proses pembelajaran yaitu
dekat dengan SMU 46, Taman Kanak-Kanak, dan Puskesmas. 37
B. Visi, Misi dan Tujuan SLB Khrisna Murti 1. Visi SLB Khrisna Murti
Memberdayakan peserta didik menuju kemandiriannya dalam
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
2. Misi SLB Khrisna Murti
a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa
b. Mengidentifikasi potensi peserta didik untuk
ditumbuhkembangkan agar berpengetahuan, bercita-cita, mampu
menerapkan hasil belajarnya dalam hidup bermasyarakat local dan
global
c. Berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program wajib belajar. 38
3. Tujuan SLB Krisna Murti
a. Membiasakan penerapan akhlak mulia, perilaku terpuji, sehat
jasmani, dan rohani untuk berkreasi dalam kehidupan sehari-hari.
37
Ibid. Arsip Kepala Sekolah.
38
b. Menumbuh kembangkan kemampuan berkomunikasi, keterampilan
bekerja sama dan keberanian membuat solusi.
c. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.39
C. Program Kerja
Adapun program kerja yang dilaksanakan di SLB Khrisna Murti adalah :
1. Bimbingan Orangtua
Bimbingan orangtua merupakan kegiatan pelayanan kepada
orangtua murid. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung ketika awal
orangtua mendaftarkan anaknya ke sekolah. Ada juga kegiatan
”home visit” guna memberitahu orangtua tentang kemajuan
anaknya.atau mengadakan acara diskusi dengan para orangtua.
2. Bimbingan Kemandirian
Bimbingan kemandirian yaitu bimbingan yang diberikan kepada
anak murid mengenai kegiatan sehari-hari agar anak murid dapat
hidup mandiri walaupun memiliki kekurangan dari segi fisik
maupun mental atau cacat.
3. Bimbingan Agama
Bimbingan Agama program bimbingan dalam bentuk keagamaan.
Bimbingan tentang agama. Misalnya praktek shalat, wudhu,
39
membaca dan menghafal surah-surah pendek Al-Qur’an serta etika
dan norma-norma agama.
4. Bimbingan Keterampilan dan Olahraga
Bimbingan keterampilan untuk murid agar murid mempunyai
keterampilan tertentu sehingga dapat menghasilkan sesuatu untuk
masa depannya. Keterampilan yang ada yaitu menjahit, merangkai
bunga, menyulam, membuat pernak-pernik dan lain-lain.
Bimbingan olahraga diberikan agar murid mengetahui pentingnya
menjaga kesehatan karena biasanya anak-anak dengan kecacatan
fisik maupun mental rentang dengan penyakit sehingga mudah
terserang penyakit.
D. Struktur Organisasi
Adapun bagan struktur organisasi SLB Krisna Murti adalah :
Keterangan :
: Garis Komunikasi
: Garis Birokrasi
Sumber : Arsip Kepala Sekolah SLB Krisna Murti, 29 Januari
2009
Komite Sekolah
Bendahara Sekolah Kepala Sekolah
Tata Usaha
Guru Guru Guru Guru Guru
Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Selatan
Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN
A. Identifikasi Informan
Informan yang diambil oleh peneliti disini sebanyak 7 orang
informen yaitu anak-anak yang mengalami Down’s syndrome. Informen
pertama bernama Fabiansyah lahir di jakarta 8 februari 1999 akrab
dipanggil fabi. Fabi mengalami down’s syndrome sejak lahir karena faktor
umur ibu. Fabi masuk SLB ini karena orangtuanya sibuk bekerja sehinga
fabi kurang mendapat perhatian, sehingga kondisi seperti tidak terurus.fabi
hanya diurus oleh pengasuhnya, setiap hari fabi diantar sekolah oleh
pengasuhnya. Setelah masuk SLB Khrisna murti, fabi belajar menulis dan
bersosialisasi sehingga fabi tidak hanya berdiam diri dirumah.
Informen kedua bernama aldo lahir di jakarta 10 maret 2003. aldo
mengalami down’s syndrome sejak lahir karena faktor gizi ibu yang
kurang baik. kondisi aldo ketika masuk SLB Khrisna Murti tidak bisa
tenang atau mengontrol emosi, menulis, duduk dengan baik, memegang
sesuatu dengan baik tetapi setelah sekolah di SLB aldo dapat menulis,
emosi dapat dikontol, duduk dengan baik, memegang sesuatu dengan baik.
Informen ketiga bernama roby lahir di jakarta 13 juni 1998. roby
mengalami Down’s Syndrome karena faktor keturunan. Kondisi roby
sejak masuk SLB Khrisna Murti sangat lebih baik. Diantara anak-anak
saja ada yang dia lakukan. Roby juga anak yang rajin dan pintar walau
mempunyai keterbatasan. Roby tidak pernah tidak hadir sekolah sekalipun
dia sakit.
Informen keempat bernama lili lahir di jakarta 6 juli 2004. lili
mengalami Down’s Syndrome karena faktor keturunan. Lili juga
mengalami kegemukan atau sering disebut obesitas. Jika pola makan lili
tidak teratur dia bisa mengalami sesak nafas. Terkadang lili mudah capek
dan sulit untuk beraktifitas karena terlalu berat beban tubuhnya. Lili hanya
berdiam diri dalam kelas. Akan tetapi, lili sudah mampu menulis, melipat
pakaian, memakai sepatu sendiri.
Informen kelima bernama restu lahir di jakarta 2 september 2000.
restu mengalami Down’s Syndrome karena keturunan. Restu termasuk
anak yang pendiam dan lebih suka menggambar. Kondisi restu saat ini
dapat bersosialisasi dengan baik, menulis dan menggambar.
Informen keenam bernama sheila lahir di jakarta 17 oktober 2002.
sheila mengalami down’s syndrome karena faktor gen. sheila senang
menyendiri dan berimaginasi. Kondisi sheila saat masuk sekolah belum
bisa bicara dan mengenal huruf juga menulis. Sekarang sheila sudah bisa
sedikit terbata-bata berbicara dan juga sudah bisa menulis.
Informen terakhir atau ketujuh bernama santi lahir di jakarta 14
desamber 2004. santi mengalami down’s syndrome karena faktor
keturunan. Santi adalah anak yatim piatu yang tinggal disebuah yayasan
Awalnya santi tidak mau masuk sekolah namun setelah dibujuk oleh pihak
panti dan melihat teman-temannya bersekolah, santi mau bersekolah di
SLB Khrisna Murti. Kondisi santi ketika masuk sekolah sudah bisa
menulis karena mungkin di panti santi sudah belajar menulis. Sekarang
kondisi santi jauh lebih baik karena sudah mampu memahami bagaimana
mandiri dalam mengurus diri sendiri seperti memakai baju dan sepatu.
B. Bentuk Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome
Memberikan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian bagi
anak yang mengalami down syndrome tidak mudah dilakukan karena
keterbatasan kemampuan mereka namun dengan begitu bimbingan
menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome ini
sangat penting untuk kemajuan kehidupan anak down syndrome itu
sendiri. Di SLB Yayasan Khrisna Murti bimbingan dalam menumbuhkan
kemandirian anak yang mengalami down syndrome dinamakan bimbingan
mampu latih karena memang bimbingan yang diberikan adalah berkaitan
dengan kegiatan sehari-hari agar anak-anak yang mengalami down
syndrome itu dapat mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Bentuk bimbingan mampu latih bagi anak yang mengalami down
syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti adalah :
1. Dalam kelas dengan menjelaskan, mencontohkan dan
mempraktekkan materi yang diajarkan yang disesuaikan dengan
makan dan minum, guru atau pembimbing menjelaskan bagaimana
cara makan dan minum yang baik dan benar, mengenalkan apa saja
alat-alat perlengkapan makan dan minum, lalu guru atau
pembimbing mencontohkannya dan mempraktekkannya agar anak
dapat mengerti dan mengikuti apa yang dijelaskan. Agar mudah
menjelaskan dan mencontohkan materi yang disampaikan, guru atau
pembimbing menggunakan media gambar dan alat peraga. Di SLB
Yayasan Khrisna Murti, kelas anak down syndrome hanya ada satu
kelas dengan jumlah siswa tujuh orang.
2. Di luar kelas atau disebut karyawisata sekaligus praktek agar anak
dapat mengerti apa yang diajarkan dan langsung mempraktekkannya.
Karena anak down syndrome lebih suka kegiatan yang lebih aktif di
luar kelas, tidak hanya pasif di dalam kelas. Contohnya ketika materi
tentang keselamatan diri bagaimana cara menyeberang jalan,
anak-anak diajak ke jalan raya agar dapat mengetahui bagaimana cara
menyeberang jalan yang baik dan benar.
Waktu bimbingan diberikan mengikuti jadwal sekolah yang
dilaksanakan dua kali dalam seminggu yakni hari rabu dan kamis, tepatnya
dari pukul 08.30-11.00 Wib.
Berikut unsur-unsur yang terdapat dalam bentuk kegiatan
bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down
syndrome :
Pembimbing adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada
individu atau dalam hal ini anak agar anak mampu memahami dan
mengenal dirinya dan mengembangkan kehidupannya hingga dapat
mandiri. Pembimbing di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan tidak
hanya sekedar menjadi pembimbing tetapi juga sebagai guru di sekolah
tersebut. Untuk itu tanggung jawabnya lebih banyak daripada guru-guru
SD di sekolah anak-anak normal. Guru atau pembimbing untuk kelas anak
down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti ada dua orang yaitu :
1) Dewi Tri Mulyana lahir di Jakarta 18 Februari 1953, menjadi guru
di SLB Yayasan Khrisna Murti sejak tahun 1984 sampai sekarang
dengan status sebagai PNS DIKNAS dan pendidikan akhir beliau
adalah D II SGPLB. 40
2) Bepi Rusmeina lahir di bandung 24 mei 1972, menjadi guru di
SLB Yayasan Khrisna Murti sejak tahun 2005 sampai sekarang
dengan status sebagai guru Bantu dan pendidikan akhir beliau
adalah SPGLB.41
Berikut data guru-guru yang ada di SLB Yayasan Khrisna Murti : 42
Tabel I
Data Guru-Guru SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta
No Nama Pendidikan Jabatan
1 Dra. Chairani S1 PLB Kepala sekolah
2 Dewi Tri Mulayana DII SGPLB Guru/Pembimbing
3 Noor Isnanto Heru S1 Akta IV Guru
4 Suminten Spd S1 Akta IV Guru
40
Dewi Tri Mulyana, Wawancara Pribadi 10 Maret 2009.
41
Bepi Rusmeina, Wawancara Pribadi, 10 maret 2009.
42
5 Zawarly Spd S1 Akta IV Guru
6 Bepi Rusmeina SPGLB Guru/Pembimbing
7 Ida Spd S1 Guru
8 Johan simak Spd S1 Terapis
b. Materi
Materi yang diberikan kepada anak down syndrome adalah
mengenai tata cara melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari dan
disesuaikan dengan kondisi dan situasi maupun kebutuhan siswa. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara pemilihan materi adalah
sebagai berikut :
1) Disesuaikan dan dipadukan dengan program pembelajaran
individual sesuai dengan pengembangan kemampuan fungsional
anak downsyndrome.
2) Fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu.
3) Disusun dimulai dari materi bimbingan kemandirian yang paling
dasar (ringan) sampai pada materi yang lebih tinggi (disesuaikan
dengan kemampuan anak).
4) Materi bimbingan kemandirian yang telah disampaikan, harus
disampaikan kembali pada pertemuan selanjutnya (diulang-ulang),
karena biasanya anak down syndrome sukar untuk mengingat
materi yang telah disampaikan. 43
43
Materi bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian yang
diberikan kepada anak yang mengalami down syndrome dikelompokkan
sesuai jenis kelasnya yakni :
a) Kelas I
Kelas I dibagi dua caturwulan, pada caturwulan I materi yang
diberikan adalah :
(1) Makan dan Minum
Pada materi makan dan minum kelas I caturwulan I ini, anak
dilatih mengenal jenis makanan yang dikemas tanpa bantuan dan
dilatih membuat masakan dari makanan yang dikemas dengan
bantuan. Anak juga dilatih mengenal jenis minuman yang dibuat
dari air panas dan dilatih menuang minuman panas sesuai dengan
tempatnya.
(2) Perawatan diri
Pada materi perawatan diri kelas I caturwulan I, yang
dijadikan fokus untuk anak-anak yang mengalami down syndrome
agar mereka mampu merawat diri sendiri adalah dilatih cara
membersihkan muka dan memakai bedak tanpa bantuan. Anak juga
dilatih cara mandi yag bersih yaitu menggosok sela-sela badan,
selangkang paha dan ketiak.
(3) Pakaian dan rias diri
Pada materi pakaian anak dilatih membiasakan diri memilih